teradesa.com. Allah adalah dzat yang maha Pengasih. Dia memiliki cinta yang tidak terbatas. Bahkan, Dia mewajibkan dzat-nya untuk selalu mencintai semua hamba-Nya, tanpa pandang bulu.
“Allah adalah yang Pemaaf, yang Pencinta, sang Pemilik Arasy” (QS. Al-Buruj/85: 14-15. “Dia-lah sang pengasih, yang bersemayam di atas arasy” (QS. Thaaha/20: 5. “Dia telah mewajibkan atas Diri-Nya kasih sayang” (QS. al-An’am/6: 12).
Penciptaan semua tumbuh-tumbuhan, hewan, fauna, manusia, dan benda-benda kesemestaan adalah bentuk ungkapan kasih sayang-Nya. Melalui hamparan kesemestaan itu-lah Allah bertanazzul, meluapkan kasih-sayang-Nya.
Masing-masing benda kesemestaan ini saling memberi dan menerima manfaat. Contoh, teori siklus rantai produsen makanan. Tidak ada satu makhluk-pun yang hanya sebagai produsen. Karena, sejatinya makanan/rizki dari Allah di “titip” kan pada makhuk-Nya.
Untuk mendapatkan rizki itu, antar makhluk harus saling berelasi dan berinteraksi, baik secara disengaja maupun secara alamiah. Itulah-sunnatullah (hukum alam) yang harus dijalankan makhluk-makhluk kesemestaan.
Seseorang harus bekerja dan/atau berelasi dengan orang-lainnya untuk mendapatkan upah/keuntungan. Pekerjaan yang dilakukan sendiri dan untuk sendiri misalnya, tidak akan terlepas dari berelasi dengan individu lainnya.
Produsen kripik pisang misalnya, yang dikerjakan sendiri (home indutsri). Dia tetap membutuhkan relasi dengan petani pisang, pengepul, dan pedagang pisang, minyak goreng, dan konsumen. Begitu halnya, petani. Ia tetap harus berelasi dengan penyedia bibit, pupuk, pedagang, dan konsumen.
Hubungan antar individu, baik dalam konteks pekerjaan, belajar, maupun pergaulan keseharian—dinamai sebagai ekosistem. Didalamnya terdapat hubungan simbiosis mutualis berpola mata rantai rizki.
Selain itu, ekosistem dapat juga dimaknai sebagai ssstem ekologi yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik antara keanekaragaman spesies/hayati dengan siklus materi serta arus energi (rizki) melalui komponen-komponen yang terdapat didalamnya.
Antar spesies satu dengan lainnya saling memberi-menerima manfaat. Unsur kimia yang terdapat dalam suatu spesies atau makhluk kesemestaan yang bersifat racun dan harus dikeluarkan. Tetapi bagi spesies lainnya bermanfaat untuk kelangsungan hidupnya.
Misalnya, oksigen (O2) bagi sutau tumbuhan merupakan racun dan setiap saat dibuang. Tetapi bagi manusia dan makhluk lainnya, O2 sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidupnya. Setiap saat manusia menghirup O2 yang terdapat di sekitarnya.
Sementara, makhluk hidup, termasuk manusia mengubah oksigen yang terdapat didalam tubuhnya menjadi karbon dioksida (CO2). Tanaman dan tumbuhan lainnya pada akhirnya mengubah atau memanfaatkan karbon dioksida sebagai sumber karbon untuk mengembalikan oksigen ke atmosfer.
Semua makhluk kesemestaan ini menerima luberan kasih sayang-Nya. Luberan yang menjadikannya meluberkan kasih sayang itu ke sesama makhluk di sekitarnya. Bentuk luberan kasih sayasng-Nya menjelma kedalam unsur kimiawi yang bermanfaat bagi makhluk lainnya.
Begitulah ekosistem luberan kasih-sayang-Nya menjelma menjadi ekologi kasih sayang yang tak terbatas. Padahal menurut suatu hadis qudsi hanya satu dari 100 bentuk kasih sayang Allah yang diluberkan di dunia ini, dapat menjelma menjadi ekologi kasih sayang yang sedemikian dahsyat.
Coba bayangkan jika Allah betul-betul meluberkan 100 kasih sayang-Nya? Apa yang akan terjadi? Bahan renungan kesemestaan untuk memantabkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Cak Nur