teradesa.com. Betul, kehidupan itu misteri, bahkan termasuk semua fenomena sosial didalamnya. Semua orang pasti tidak menyangka Argentina dikalahkan 1-2 oleh Arab Saudi, Jerman juga dikalahkan 1-2 oleh Jepang. Pinalti yang diberikan kepada Jerman-pun menurutku adalah aneh. Atau hanya karena mataku saja yang semakin kabur. Pun toh, di berbagai arena terpelajar, akademisi, organisasi mahasiswa, dan organisasi profesi terjadi adu jotos, lemparan kursi, agitasi, ancaman, dan pengrusakan fasilitas umum.
Tidak perlu mengelus dada ataupun prihatin bahkan mencibirnya. Itulah, fakta ketidakpastian dunia dengan segala isi dan fenomena sosialnya. Prinsip ketidakpastian (principle of uncertainty) pertama kali dikemukakan oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927 yang dikenal dengan teori Quantum. Bahwa posisi dan kecepatan elektron tidak bisa ditentukan pada saat yang bersamaan, karena semakin akurat kecepatannya ditentukan, maka akan semakin tidak akurat penentuan posisinya, demikian pula sebaliknya.
Teori ini sekarang yang banyak dianut oleh para fisikawan, bahkan mampu menjungkirbalikkan teori Deterministik yang dikemukakan oleh Niels Bohr, fisikawan Denmark. Bohr, sebetulnya adalah dosen dan pembimbing Heisenberg saat yang bersangkutan menjadi mahasiswa. Teori ini berimplikasi pada cara pandang kita terhadap fenomena alam semesta dan sosial. Karena, keduanya (fisika dan sosial) memliki unsur inti yang hampir sama, yaitu; terdiri dari atom dan elektron-elektron.
Asumsi teori ini dapat dianalogkan kedalam unsur kejiwaan manusia dan berimplikasi pada perilakunya. Bahwa ruh adalah inti atom karena didalamnya terdapat sinaran cahaya ilahiyah, disitulah Allah swt bertanajjul. Selain atom yang bersenyawa positif, juga terdapat elektron-elektron negatif yang selalu bergerak mengelilingi atom sesuai dengan masing-masing orbitnya. Keterhubungan antara atom dan elektron-elektron menjadikan pergerakan yang tidak selalu pasti. Hal ini analog dengan pengetahuan, pengalaman, sikap, dengan tindakan seseorang.
Reaksi seseorang terhadap suatu momentum selalu dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan sikap. Termasuk, sikap agresifitas. Antara agresifitas dan momentum memiliki hubungan bersifat aktif-reaktif. Disinilah kemudian agresifitas bercabang dua, yaitu; agresifitas konstruktif dan agresifitas destruktif. Hal demikian, sangat tergantung dari kuat tidaknya tarikan atom (ruh/hati), atau sifat keterhubungan antara atom dan elektron.
Ketidakpastian sikap dan tindakan manusia secara individu, juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku individu-individu lainnya dalam lingkungan komunitas dan masyarakatnya. Inilah, yang kemudian dikenal dengan konsep perilaku sosial. Dalam konsepnya, Erick Fromm, seorang psikoanalis sosial, bahwa terdapat enam type karakter sosial, diantaranya adalah type eksploitasi atau memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya. Type inilah yang cenderung menimbulkan masalah sosial.
Hubungan antara manusia dengan masyarakat, mirip hubungan antara atom dengan elektron-elektron yang selalu bergerak pada orbitnya. Perubahan masyarakat akan mempengaruhi karakter manusia. Misalnya perubahan masyarakat dari feodalisme ke kapitalisme, atau perubahan dari sistem pertukangan menjadi produksi pabrik, dan dari pabrik ke produksi individu berbasis peralatan modern. Tentu, ini semua akan berpengaruh terhadap bentuk reaksi dan karakter sosial manusia.
Fromm, lantas mengembangkan suatu validitas proposisi, bahwa; manusia mempunyai kodrat bawaan; masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini; tidak satupun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia, dan; eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu. Dari proposisi tersebut dapat dikembangkan suatu pandangan bahwa ketidakpastian akan selalu eksis selama perubahan masyarakat terjadi. Karena memang sejatinya hidup dan kehidupan sosial adalah dinamis.
Perubahan komunitas atau masyarakat pada suatu momentum tertentu selalu direaksi oleh seseorang, baik dalam bentuk penyesuaian, proaktif, reaktif, maupun harmoni/konflik. Pada puncaknya diperlukan norma, nilai, dan etika dalam bermasyarakat. Perangkat lunak demikian tidak dapat menjamin harmoni suatu komunitas/masyarakat tanpa kepemimpinan yang kuat. Dan, menjaga secara seimbang sifat dualisme manusia; manusia sebagai binatang dan sebagai manusia.
Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologis yang harus dipuaskan, seperti; kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia memiliki kebutuhan; kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas manusia, meliputi; perasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, sedih, transendensi, kebebasan, nilai, dan norma.
Penulis: Cak Nur.