Masa Depan Dunia: High Tech-Spiritual Harmony

teradesa.com. Percayakah Anda tentang berita 1000an orang menjadi muallaf (masuk Islam) saat pembukaan piala dunia sepak bola di Qatar, 2022?. Saya belum memastikan kebenaran berita tersebut. Jika betul, ini adalah berita yang membahagiakan. Bukan karena saya muslim. Tetapi, setidaknya ini menarik untuk didiskusikan lebih jauh. Mengapa di abad 21 ini terjadi fenomena penguatan spiritual masyarakat dunia?

Fenomena demikian ini sebetulnya bersifat umum, karena tidak hanya dialami oleh agama Islam. Tetapi juga pada agama-agama lain, bahkan sufisme dan cult-cult dangkal lainnya. Theodore Roszak, dalam buku, Unfinished Animal: The Aquarian Frontier and the evolution of the consciousness, menabelkan tidak kurang dari 13 point of entry spiritual, dan lebih jauh dirincinya menjadi lebih dari 100 paguyuban keagamaan.

Saya mencoba melacak pembahasan ini, di buku, The Aquarian Conspiracy: Personal and social transformation in the 1980s, tulisan Marylin Ferguson. Diatara isi buku tersebut adalah memotret meledaknya kesadaran spiritual di Amerika Serikat dan Negara-negara Barat lainnya, sejak dekade lalu. Selain itu, Ferguson menyatakan bahwa di penghujung abad 20 ini umat manusia sedang beranjak ke suatu zaman yang disebutnya “zaman aquarian”. Yaitu suatu zaman hilangnya dahaga  spiritual umat manusia.

Alvin Toffler, dalam buku, The Third Wave, malah berpandangan bahwa di Amerika Serikat tidak kurang dari tiga juta orang mengikatkan dirinya pada 100 paguyuban keagamaan. Mulai dari Buddisme Zen, Hinduisme Vedanta, dan lain sebagainya. Dari sini, sebenarnya dapat kita lacak kegandrungan masyarakat dunia terhadap kehidupan berbasis spiritual. Seolah semua merasa bahagia, terbebas dari “candu” ilmu pengetahuan, teknologi dan rasionalitas yang menyesatkan.

Dalam sebuah buku, Cosmic Consciousness, yang ditulis oleh Richard Bucke pada tahun 1991, seorang dokter Canada. Menjelaskan bahwa semakin banyak orang-orang yang mengalami kesadaran kesatuan dengan unsur cosmis lainnya di alam semesta ini. Jauh sebelumnya, di tahun 1902, William James, psikolog besar Amerika, menulis bahwa agama bukan sebagai dogma, tetapi sebagai pengalaman—penemuan dari konteks baru, tatanan tak terlihat yang dengannya individu mencapai keharmonisan.

Saya semakin optimis bahwa masa depan dunia adalah tumbuhnya kesadaran kebertuhanan berbarengan dengan puncak perkembangan pengetahuan dan teknologi. Sejak awal renaisance, manusia terjebak pada dogma baru, yaitu dogma ilmu pengetahuan, yang sebelumnya terjebak dogma Katholik. Tetapi, apa yang terjadi, dagma baru itu—tidak serta merta membahagiakan manusia. Mereka malah terjebak pada lubang peperangan antar umat manusia di dunia.

Berakhirnya perang dingian antara dua negara adidaya dan sekutunya di tahun 1994an, penderitaan manusia tidak begitu saja berakhir. Mereka semakin terjebak pada candu capitalisme. Semua berlomba mengejar kebahagian material, tetapi kenyataannya semu. Mereka semakin berlomba, bahkan saling meniadakan. Wajah dunia semakin kelam, permasalahan demi persalahan sosial semakin bertambah dan kompleks. Maka di abad 21 ini jalan ke dunia spiritual semakin terbuka lebar. Selamat berada di dunia baru!

John Naisbitt dan Patricia Aburdene, dalam buku, Megatred, mengungkapkan bahwa terdapat kecendrungan di masyarakat untuk menyeimbangkan antara keajaiban material teknologi dengan tuntutan spiritual fitrah manusia. Oleh karenanya, ia mengenalkan formula high tech/high touch untuk menguraikan cara manusia dalam merespon perkembangan teknologi. Kapan saja teknologi baru (high tech) diperkenalkan kepada masyarakat, selalu muncul respon balik, berupa sentuhan manusiawi (high touch) untuk mengimbanginya.

Tidak heran, saat ini, berkembangnya teknologi digital, yang kemudian dikenal dengan revolusi industri 4.0, kemudian diikuti dengan perkembangan/revolusi masyarakat 5.0. Berkembangnya teknologi komunikasi baru, juga diikuti dengan temuan baru manusia untuk memudahkan menemukan informasi dan ajaran agama. Beragam produk aplikasi al-Qur’an digital, hadis digital, buku digital, kitab-kitab klasik digital, perpustakaan digital, dan lain sebagainya. Kapanpun, dimanapun—semua orang lebih mudah menemukan jawaban permasalahan agama dan keagamaan.

Inilah, wajah baru dunia! Dan, masa depan agama-agama di dunia. Harmonisasi puncak pikiran manusia, teknologi dan ikatan spiritual kebertuhanan yang semakin kokoh. Mengubah cara pandang lama, bahwa semakin rasional, orang semakin meninggalkan agama. Semakin modern, makan semakin banyak masyarakat yang meninggalkan agama. Kenyataannya tidak demikian, berbagai temuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi, justru malah melahirkan kesadaran kebertuhanan. Inilah puncak janji Tuhan dalam QS. Ali Imran [03]: 191.

Penulis: Cak Nur

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top