Memperebutkan Potensi Desa, Sirah Kencong

teradesa.com. Potensi sumberdaya alam Blitar sangat menggiurkan. Kali ini team teradesa.com mengunjungi wilayah Blitar, bagian utara-timur, tepatnya di desa Ngadirenggo. Hutan terhampar sangat luas. Pemandangan yang hijau, udara segar, air mengalir dari sumber utama, air terjun Sirah Kencong.

Menurut pak Suyanto, warga dusun Bedengan Pijombo bahwa hutan disini adalah milik perhutani, luasnya sekitar 350 Ha. 165 Ha dikelola oleh pertamina yang menurut sebagian ditukarguling di Bojonegoro, 65Ha oleh greenfield. Dan, lainnya dikelola oleh perkebunan sengon, perkebunan kopi, sebagian ditanami rumput oleh masyarakat setempat.   

Disepanjang perjalanan, mulai dari desa Tegalasri sampai ujung jalan semua pengunjung dimajakan dengan pemandangan kebun sengon, kebun kopi, hutan pinus, kebun teh, dan peternakan sapi, greenfield. Menurut penjual bakso, warga asal Babadan, dulu wilayah ini semua pegunungan, bahkan wilayah peternakan greenfiled awalnya adalah gunung.

Potensi alam yang luas ini, telah berubah menjadi wilayah industri. Masyarakat setempat semakin terhimpit oleh industri besar. Perkebunan PTPN 12 Sirah Kencong, industri peternakan greenfields farm 2, perkebunan kopi, dan perkebunan sengon. Mereka ini telah ‘pemilik’ sejati alam yang luas ini.

Air yang berasal dari sumber utama, air terjun sirah kencong diperebutkan oleh masyarakat setempat dan empat perusahaan besar tersebut. Limbah dan bau yang sangat menyengat dari peternakan greenfields farm 2 menjadi sumber konflik baru. Selain masyarakat yang terdampak, perkebunan lainnya, misalnya perkebunan sengon dan kopi juga terdampak.

Masyarakat hanya pasrah dengan situasi ini, demikian disampaikan penjual bakso, warga asal Babadan. Pernah ada LSM yang memfasilitasi konflik ini, tetapi setelah itu juga menghilang tanpa uap. Sebetulnya jika mau, warga dapat ‘meracun’ air sirah kencong, tetapi ga tega juga, kasihan perusahaan dan hewan. Ya sudah kami pasrah saja.    

Selain itu, pemandangan yang agak miris dengan kondisi rumah warga setempat. Rumah mereka berhimpitan ukuran sekitar 6×12 m, beratap seng/esbes, dan sudah tampak sangat tua. Terutama warga Bedengan, rumah dan tanah yang mereka tempati merupakan pemberian dari perusahaan kopi pijombo.

Menurut pak Suyanto, warga dusun Bedengan pijombo, Ngadirenggo Kecmatan Wlingi Kabupaten Blitar. Warga di sini asalnya merupakan karyawan perushaan kopi pijombo yang beroperasi sejak tahun 1970-an sampai 1990an. Setelah perusahaan dijual, para mantan karyawan diberikan tanah sepetak untuk rumah dengan sertfikat hak milik. Saat ini, mereka bekerja sebagai petani, atau karyawan di perkebunan. #Muhamad Alwi (kontributor desa)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top