Menulis itu Tidak Sulit. Sulit? karena Males Saja.

teradesa.com. Coba perhatikan, anak-anak yang sedang belajar naik sepeda. Dia harus mengerahkan semua potensi; kemauan yang kuat, istiqomah memelihara semangat, berkeinginan untuk bisa, dan terus berlatih meski harus jatuh bangun. Sakit karena jatuh dari sepeda tidak menyebabkan ia berhenti belajar. Ia malah lebih semangat dan berhati-hati untuk tidak jatuh, meski akhirnya jatuh lagi.

Begitulah menulis. Menulis bukanlah kecerdasan bawaan, dan juga bukan karena kecerdasan. Banyak tokoh penulis tetapi anaknya tidak serta merta menjadi penulis hebat. Banyak orang yang cerdas, tetapi tulisannya kurang enak dibaca. Kuncinya hanya satu, menulis harus terus dilatih secara ajeg. Begitu ditulis Ernest Hemingway, “ketrampilan menulis itu harus dilatih secara terus menerus”.

Harus punya keberanian! Saya masih ingat nasehat Prof. Zamroni, “kalian harus memiliki keberanian dalam menulis, jangan banyak bergantung pada para ahli (maksudnya mengutip)”. Mirip dengan ketrampilan bicara, keduanya adalah ekspresi pikiran. Untuk itu, beranilah menulis gagasan diri sendiri agar terbaca oleh orang lain. Dan tentu, pada akhirnya semua orang memahami kapasitas terbaik kita.

Kadang kita memiliki banyak ide, dan gagasan tetapi selalu menguap. Setiap saat otak manusia mampu memproduksi ribuan ide. Para ahli neurosains menyebutnya sebagai intuisi. Intusi harus segera ditulis. Karena jika tidak ditulis, maka ia akan menghilang tanpa bekas. Menko bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, Muhajir Effendy, dalam setiap tahajud-nya selalu membawa kertas dan bolpoin untuk mencatat semua intusi yang muncul. Ini hanya trik, tentu setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda.

Penulis itu seniman. Pahatan huruf-huruf, kemampuan merangkai semua kalimat menjadi enak dibaca, padat, dan inspiratif adalah bagian lain dari sisi ketrampilan menulis. Ketrampilan ini tidak bisa datang secara ujug-ujug. Semuanya harus dilatih, dan tidak malu untuk selalu menulis. Semua orang pasti faham bahwa ketrampilan yang baik itu selalu membutuhkan waktu, kesabaran, dan ajeg tidak mengenal lelah untuk menulis. No problem, di awal belajar hasil tulisannya jelek, pasti semakin lama semakin berkualitas.

Tidak usah menghiraukan teori tata bahasa. Lihatlah anak-anak saat belajar bicara! Mereka tidak menghiraukan kalimat sempurna atau tidak, tidak tahu subyek predikat obyek dan keterangan. Mereka nerocos saja mengungkapkan kalimat per-kalimat, toh semua orang disekitarnya paham maksudnya. Dan, semakin dewasa tutur bahasanya makin baik, sempurna, dan enak didengar. Tulis saja semua ide yang ada dalam pikiran. Baca lagi, edit, baca lagi, edit, dan akhirnya menjadi tulisan yang baik.

Terakhir, jangan lupa membaca. Ya, membaca apapun yang ada di sekitar kita. Membaca itu akan mendatangkan inspirasi, melahirkan gagasan baru, dan memunculkan ide yang mungkin bagi orang lain sepele, tetapi penting bagi kita. Seperti tema yang saya tulis ini, hanya sepele kan? Tetapi bagiku, ini penting. Karena bagiku, ini bagian dari dakwah literasi. Kemajuan peradaban Islam abad pertengahan juga banyak disumbang dari budaya menulis masyarakat saat itu. Jadi, yuk semangat menulis, mari membuat komunitas menulis. #Nur Kholis.


One thought on “Menulis itu Tidak Sulit. Sulit? karena Males Saja.

  1. Yang menjadi masalah saat ini ialah karena kesibukan dan aktifitas yang padat sehingga tidak ada waktu luang untuk menulis ,,semua orang pasti bisa menulis tetapi yang membedakan ialah tulisan tersebut hidup atau mati ,hidup dalam artian si pembaca merasakan apa yg dirasakan penulis dan mati maksutnya adalah kita biasa” saja menulisnya dan hanya faham” saja ,,,yang menjadi masalahnya ialah bagaimana kita menghidupkan tulisan kita agar dapat bermanfaat untuk masa ini dan masa yang akan datang . Terimakasih salam melnulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top