teradesa.com. Sejak tiga pekan petarkhir ini, sekolah-sekolah sudah mulai setengah normal. Anak-anak masuk ke sekolah, meski hanya setengah hari. Ini sudah menyenangkan bagi anak-anak dan orang tua. Senang, karena mereka bisa berkumpul dengan teman-teman sekolah dan menikmati suasana sekolah yang sudah lama direnggut oleh corona. Team teradesa.com mencoba mengamati beberapa sekolah. Dan, ringkasan hasilnya ditulis berikut ini.
Jam 6.35 an anak-anak mulai berdatangan. Dengan senyum mereka mengucapkan, assalamu’akum ustadzah. Mereka bersalaman mencium tangan ustadzah yang sudah menunggu di pintu masuk halaman sekolah. Anak laki-laki hanya tersenyum dan mengucapkan, assalamu’akum ustadzah. Seraya memberi isyarat salaman dengan ustadzahnya.
Hem….senang rasanya menyaksikan anak-anak kecil yang polos itu bergembira saat memasuki halaman sekolah. Eh bentar….itu ada anak yang dengan muka cemberut datang, tidak ada ekspresi senyum, dan salam meski ustazdahnya mendahului mengucapkan salam, “asaalamu alaikum anak sholihah, cantik…”. Dasar anak kecil, langsung saja dia ngelonyor ke ruang kelasnya dengan langkah lunglai, tidak menunjukkan kegembiraan seperti anak-anak sholih sebelumnya.
Tidak lama saat kemudian, tepat jam 07.00 wib semua anak bergegas mengambil air wudlu, dan menuju mushola untuk melaksanakan sholah dhuha dan mengaji bersama. Setelah selesei mengaji, ada yang masih bercengkrama dengan teman-temannya, bermain, membaca buku, dan ada juga yang terlihat ngobrol serius dengan ustadz dan uztadzahnya.
Saya masih penasaran dengan anak yang tadi datang tidak menunjukkan ekspresi kegembiraan. Oh….sepertinya dia terlibat ngobrol dengan ustadzahnya. Rasa penasaran terus menghinggapi saya ingin menguping dari jarak agak dekat. Terdengar ia bercerita tentang kejadian yang dialaminya di rumah sebelum berangkat ke sekolah. Rupanya habis dimarahi ibunya lantaran bangun kesiangan, bahkan sarapannya-pun tidak bernafsu.
Manusiawi, saat kita tiba di tempat kerja atau sekolah butuh waktu sejenak untuk menceritakan kejadian sebelumnya. Di rumah atau dalam perjalanan sebelum betul-betul seseorang melaksanakan rutin pekerjaan dan pelajaran di ruang kelas. Terutama, anak-anak sebelum pelajaran dimulai otak mereka perlu diturunkan pada titik ordinat nol (0) sehingga mereka fresh dalam mengikuti pelajaran. Tidak terkontaminasi dengan pengalaman dan situasi sebelumnya, yang kadang sangat mengganggu konsentrasi belajarnya, inilah yang dinamankan dengan menurun pikiran pada titik nol (zero mind process).
Kegiatan zero mind process di masing-masing sekolah tentu berbeda-beda. Sesuai dengan kecenderung masing-masing sekolah. Di tempat sekolah pengamatan ini berlangsung, ada empat kegiatan utama zero mind process, yaitu; sholah dhuha, mengaji/hafalan surat pendek, membaca cepat materi pelajaran, dan bermain atau curhat dengan ustzdah/uztadz.
Keempat kegiatan tersebut, atau boleh dengan kegiatan-kegiatan lainnya tidak harus dilakukan secara berurutan atau sistematis. Tetapi boleh diacak sesuai dengan keinginan masing-masing sekolah dan anak. Yang penting kegiatan tersebut dilakukan sebelum pelajaran dimulai. Tujuannya adalah agar fungsi zero mind process dapat dilampaui oleh masing-masing anak.
Empat kegiatan zero mind process ini merupakan bentuk pengejawantahan bangunan komunikasi yang seimbang, yang diperlukan oleh setiap anak, yaitu; komunikasi manusia dengan Tuhannya, dan komunikasi antar sesama manusia. Komunikasi demikian dapat mengakrabkan anak dengan dunia eksternalnya, sehingga mereka merasa bagian penting dari keseluruhan alam semesta yang saling berinteraksi dan membutuhkan satu sama lain.
Belajar, bagi anak-anak bukan semata memasukkan isi materi pelajaran ke dalam struktur otaknya. Tetapi membangun pengalaman baru melalui kompleksitas inderawinya. Karena itu, mengapa harus buru-buru masuk kelas? Jika mereka belum siap (ready) untuk belajar. Belajar merupakan proses mengalami. Apapun pengalaman di sekolah akan terekam dalam alam bawah sadar memori anak. Jadi, mari kita bangun pengalaman belajar anak dengan zero mind process setiap pagi, agar belajar dapat lebih menyenangkan dan menggembirakan. #Nur Kholis