teradesa.com. Agama, secara mendasar dan umum, dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan lingkungannya”. Para ahli ilmu-ilmu sosial, khususnya Antropologi dan Sosiologi, yang perhatian utamanya adalah kebudayaan dan masyarakat manusia, mencoba melihat agama dari perspektif masing-masing bidang ilmu dan pendekatan-pendekatan yang mereka gunakan, dalam upaya mereka untuk dapat memahami hakekat agama dalam kehidupan manusia dan masyarakatnya.
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Untuk mengetahui agama islam lebih mendalam sangat diperlukan ilmu yang dinamakan Studi Islam. Secara umum studi Islam bertujuan untuk menggali kembali dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang bersifat hakiki, universal dan dinamis serta abadi (eternal), untuk dihadapkan atau dipertemukan dengan budaya dan dunia modern,agar mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
Studi Islam dan Pendekatan Budaya
Pendekatan bukan hanya diartikan sebagai suatu sudut atau cara pandang tetapi juga berbagai metode yang tercakup dalam sudut dan cara pandang tersebut. Konsep pendekatan kebudayaan dapat diartikan sebagai metodologi atau sudut dan cara pandang yang menggunakan kebudayaan sebagai kacamatanya. Kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Berbagai kekuatan yang dihadapi manusia seperti kekuatan alam dan kekuatan-kekuatan lainnya tidak selalu baik baginya. Budaya sendiri adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi dan Kebudayaan adalah cara, aturan, dan jalan hidup manusia.
Pendekatan kebudayaan adalah pendekatan melalui budaya seperti kepercayaan, kesenian, adat istriadat. Misalnya cara berpakaian di saat resepsi pernikahan, kehidupan sehari-hari, pergaulan antara pria dan wanita dan upacara-upacara keagamaan. Kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bila agama telah menjadi bagian dari kebudayaan maka agama juga menjadi bagian dari nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut. Dengan demikian, maka berbagai tindakan yang dilakukan oleh para warga masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kehidupan mereka dalam sehari-harinya juga akan berlandaskan pada agama yang diyakini. Dengan demikian, nilai-nilai etika dan moral agama akan terserap dan tercermin dalam berbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut.
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Budaya
Kelebihan pendekatan budaya yang pertama yaitu dapat diwariskan kepada generasi penerusnya, misalnya melalui cerita kepada anak. Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengarahkan segala potensi batin yang dimilikinya. Didalam kebudayaan terdapat pengetahuan, keyakinan , seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Kesemuannya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan demikian kebudayaan tempil sebagai pranata yang secara terus – menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya diwarisi kebudayaan tersebut.
Kedua, diajarkan kepada siswa dilembaga Pendidikan. Norma dan budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa.Sehingga budaya sangat berpengaruh terhadap seseorang, budaya dapat membentuk pola pikir, tingkah laku, kebiasaan bahkan pandangan politik seseorang. Peran budaya dalam dunia Pendidikan adalah: 1)mewujudkan masyarakat yang cerdas, artinya dalam hal ini adanya pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang baik,ini bagi peserta didik yang telah memiliki skap dan budaya dan karakter bangsa. 2) transmisi budaya 3)Pengendalian sosial.
Oleh karena itulah budaya diajarkan kepada siswa dilembaga Pendidikan seperti; SD, SMP, SMA/SMK/MAN, bahkan perguruan tinggi. Sehngga para generasi muda bisa menjadi orang yang berpendidikan yang bermoral dan berakhlak mulia. Kebudayaan sebagai hasil budi manusia dalam hal ini berbagai bentuk dan manifestasinya, dikenal sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan suatu selalu berkembang dan berubah menyesuaikan perkembangan zaman.
Ketiga, bersifat adaptif, artinya bahwa kebudayaan dapat menyesuaikan diri denga napa yang terjadi. Kebudayaan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sehingga bisa kita temukan adanya pergeseran / perubahan kebudayaan pada kelompok sosial tertentu. Seperti: kebudayaan manusia di Indonesia 100 tahun lalu berbeda dengan kebudayaan manusia di Indonesia pada saat ini.
Keempat, mudah diterima di masyarakat. Seseorang cenderung mudah terbuka dengan seseorang apabila seseorang tersebut memiliki kebiasaan atau perilaku yang sama dengan orang yang ada dikelompok tersebut. Apabila kit akita ingin melakukan berubahan pada masyarakat tersebut maka kita harus menyesuaikan dengan kebudayaan pada masyarakat di daerah tersebut. Dengan begitu sekelompok orang tersebut dapat menerima kita, seperti, dakwah yang dilakukan oleh ulama wali songo dalam menyebarkan agama islam di nusantara dengan pendekatan budaya wayang kulit, alat music gamelan,dll. dengan metode tersebut akhirnya agama islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Karena adanya akulturasi budaya antara islam dengan budaya nusantara.
Kelima, terjaganya keharmonisan antar masyarakat. Lingkungan sosial budaya yang baik akan membawa dampak lingkungan disekitarnya pun akan baik. Dengan terciptanya lingkungan yang baik, masyarakat yang berawawasan luas dan berbudaya maka akan timbul sikap saling menghargai satu sama lain. Yang membuat terciptanya lingkungan yang rukun damai dan tentram.
Agama dan budaya adalah bidang yang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama sifatnya statis dan mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sifatnya dinamis dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Dalam pengertian lain, agama dapat kita asumsikan sebagai kebutuhan primer, dan budaya kita asumsikan sebagai kebutuhan sekunder. Budaya sudah melekat dalam kehidupan masyarakat kita. Budaya bisa mencerminkan ekspresi hidup keagamaan. Oleh karena itu , tinggi rendahnya ekspresi keberagamaan seorang dapat kita lihat berdasarkan strata ekpresi budaya nya.
Mungkin sebagian dari kalian ada yang bertanya “emang bisa ya antara islam dan budaya itu menyatu?” Islam dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Islam sebagai agama merupakan simbol yang melambangkan nilai ketaatan pada Tuhan, dan kebudayaan mengandung nilai dan simbol supaya kita sebagai manusia bisa hidup di dalamnya.Selain mempunyai hubungan saling mempengaruhi, agama dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan. Lalu, adakah perbedaan antara islam dan budaya?
Meskipun agama dan budaya saling terhubung, ada yang membuat keduanya berbeda yaitu, agama dianggap sesuatu yang final, universal, abadi (parennial), dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan memiliki sifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi. Namun, agama tanpa kebudayaan dianggap sebagai kolektivitas yang tidak mendapat tempat.
Yang perlu diingat adalah islam dan budaya memiliki hubungan yang saling terkait dan mampu menghasilkan manfaat dalam kehidupan masyarakat kita. Dengan kata lain agama merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial-budaya. Di kehidupan sehari-hari, kita berinteraksi dengan islam dan budaya. Hal itu bisa kita lihat pada lahirnya aturan-aturan (norma) yang mengatur kehidupan manusia dan norma kehidupan tersebut termasuk dalam ajaran agama. Aturan yang sudah melekat tersebut akhirnya menjadi suatu budaya. Agama islam sebagai pedoman hidup dan kebudayaan menjadi pengalaman yang mengatur tingkah laku kita.
Karakteristik, Klasifikasi dan Implementasi Pendekatan Budaya
Studi kebudayaan ini memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah dapat dipelajari dan dimiliki bersama oleh masyarakat, diwariskan turun temurun kepada generasi penerusnya, berkembang melalui interaksi individu, dan merupakan pemikiran yang mendalam untuk dijadikan simbol yang memberikan makna terhadap lingkungan.
Pendekatan budaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu budaya implisit dan budaya eksplisit. Budaya implisit merupakan hubungan antar kelompok dan satu kelompok individu yang mengatur dan mengupayakan agar berperilaku sesuai budaya kelompoknya. Sedangkan budaya eksplisit adalah kebalikan dari budaya implisit, yaitu sekelompok individu yang mengadopsi budaya dari satu kelompok individu dengan budaya yang berbeda.
Untuk menjadi pengetahuan dan keyakinan dari masyarakat, agama harus melakukan berbagai proses dalam meniadakan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan keyakinan hakiki dari agama tersebut. Oleh karena itu, harus dapat menyesuaikan nilai-nilai hakikinya dengan nilai-nilai budaya serta karakteristik budaya yang ada. Dengan demikian, agama dapat menjadi nilai-nilai dari kebudayaan tersebut.
Dalam menyebarkan ajaran Islam, Wali Songo menggunakan pendekatan kebudayaan serta profesionalitas dari para Wali Songo di bidangnya masing-masing. Gending (lagu instrumental Jawa), tradisi kebudayaan, hingga permainan, menjadi media Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam kala itu. Dengan menyisipkan unsur seni dan budaya dakwah yang disampaikan menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Hal ini juga mempermudah para Wali Songo karena dakwah menjadi lebih mudah dipahami dan dekat dengan rakyat Jawa.
Untuk mengimplementasikan Pendekatan Budaya dalam Studi Islam agar berjalan dengan sempurna Maka kita sebagai manusia yang beragama dan berbudaya untuk bisa mengamalkan nilai-nilai agama yang dipadukan dengan nilai kebuyaan yang telah diajarkan oleh Wali Songo seperti : Ikut serta dalam acara Slametan, Tahlilan, dll. Karena keaneka ragaman budaya kita dalam beragama sangatlah banyak, maka kita sebagai umat beragama dan berbudaya harus bisa untuk melestarikannya.
Penutup
Agama terutama islam sebagai objek kajian dapat didekati dengan mempergunakan berbagai pendekatan salah satunya adalah budaya. Kegunaan menggunakan pendekatan kebudayaan terhadap studi islam, yang terutama adalah kegunaannya sebagai alat metodologi untuk memahami corak keagamaan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat dan para warganya. Juga untuk dapat mengarahkan dan menambah keyakinan agama yang dipunyai oleh para warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menurut agama tersebut, tanpa harus menimbulkan pertentangan dengan para warga masyarakat tersebut.
Seringkali sesuatu keyakinan agama yang sama dengan keyakinan yang kita punyai itu dapat berbeda dalam berbagai aspeknya yang lokal. Tetapi, dengan memahami kondisi lokal tersebut maka kita dapat menjadi lebih toleran terhadap aspek-aspek lokal tersebut, karena memahami bahwa bila aspek-aspek lokal dari keyakinan agama masyarakat tersebut dirubah maka akan terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut yang akhirnya akan menghasilkan perubahan kebudayaan yang hanya akan merugikan masyarakat tersebut karena tidak sesuai dengan kondisi-kondisi lokal lingkungan hidup masyarakat tersebut.
Penulis : A’izza Navia, Eka Rahma Mustika Putri, M. Afa Fahrobi, Nurfaida Khoirun Nisa, Okta Hamidah