teradesa.com. Ada kemajuan, dari beberapa sekolah yang pernah saya singgahi. Baik, untuk kepentingan penelitian maupun sekedar dolan dan berdiskusi ringan dengan beberapa guru, kebanyakan di setiap ruang sudah disediakan air minum [galon]. Anak-anak mengambil dengan membawa gelas/botol plastic dari rumah untuk isi ulang. Berbeda, dengan zaman saya masih sekolah, tidak tersedia air minum sedikit-pun. Jika butuh ya harus membeli.

Hal ini menunjukkan kesadaran terhadap kebutuhan air minum dikalangan guru dan murid semakin baik. Bahkan, anak-anak dan para guru menjadi trend membawa air minum dan makanan [bekal] dari rumah. Ini, adalah trend yang baik dan patut untuk dibudayakan agar-agar murid tumbuh menjadi sehat. Terutama, di tingkat sekolah dasar, pertumbuhan fisik sedang menanjak. Oleh karenanya memerlukan mobilitas yang tinggi. Dan, tentu kebutuhan air minum juga banyak.

Sebelumnya, terdapat penelitian dengan eksperimen beberapa orang sesuai dengan agamanya diminta untuk membaca doa/dzikir 30 menit. Kemudian diobservasi aliran darah ke otaknya, dibandingkan antara sebelum dan sesudah melakukan ritual doa/dzikir. Hasilnya menunjukkan bahwa aliran darah ke otah lebih deras/banyak setelah mereka berdoa/dzikir. Kesimpulannya bahwa berdzikir/berdoa dapat mempengaruhi kecerdasan.

Menarik untuk diteliti lebih lanjut tentang ketercukupan asupan air dan kecerdasan seorang murid. Kajian lebih awal, tinjauan neurology menunjukkan bahwa ketercukupan air dalam tubuh dapat mempengaruhi ketenangan jiwa. Jiwa yang tenang, pada puncaknya dapat mempengarugi kemampuan berfikir secara sempurna. Dengan demikian, penulis sangat mendukung budaya murid membawa makan [bekal] dan minum bagi murid-murid dari rumah, untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Menurut kajian neurology, air merupakan kebutuhan vital untuk keberfungsian otak secara maksimal, karena kandungan air dalam otak manusia adalah 75%. Kekurangan air (dehidrasi) akan dapat mempengaruhi fungsi kognisi, memori dan suasana hati. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kekurangan air [dehidrasi] ringan dapat menyebabkan gangguan fungsi eksekutif, termasuk pengambilan keputusan dan perhatian.

Dalam system susunan syaraf, air diperlukan untuk dapat melakukan transportasi nutrisi dan neurotransmitter ke sel-sel otak, serta pembuangan limbah metabolis melalui cairan serebrospinal. Oleh karenanya, ketercukupan asupan air [hidrasi] yang optimal diperlukan untuk mendukung konektivitas antar syaraf dan kestabilan neorologis yang esensial dalam kehidupan keseharian seseorang.

Selain itu, air dapat membantu menjaga homeostatis tubuh, termasuk kemampuan mengatur suhu dan sirkulasi darah. Air berperan penting dalam aktivitas enzim dengan memberikan medium yang mendukung reaksi kimia. Air juga berfungsi memfasilitasi pemecahan molekul energi seperti glukosa dalam proses metabolisme, sehingga memastikan tubuh memperoleh energi yang dibutuhkan untuk fungsi vital.

Pada saat kita menyeleseikan kegiatan olah raga, tubuh memberikan reaksi bahwa ia membutuhkan air. Dengan memberikan air cukup kedalam tubuh, maka berfungsi untuk mengembalikan fisik yang Lelah dan mempertahankan fisik bugar. Hal ini, berimbas pada ketahanan mental dan terhindar dari stress ringan. Inilah proses ketahanan keseimbangan elektrolit dan cairan yang mendukung fungsi neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamine, sebagaimana disinggung sebelumnya.

Ketercukupan asupan air dengan demikian dapat menyeimbangkan antara fisik dengan psikhis. Fisik yang sehat mempengaruhi psikhis yang stabil. Psikhis yang berkembang secara stabil memungkinkan berpengaruh terhadap ketenagan jiwa. Jiwa yang tenang dapat mengoptimalkan keberfungsian otak dan kecerdasan. Apalagi diimbangi dengan budaya spiritual yang baik, misalnya setiap pagi anak-anak dibiasakan sholat dhuha dan membaca al-Qur’an sebelum masuk kelas.

Dalam konteks kajian tasawuf falsafi bahwa air melambangkan asal kehidupan dan kemurnian jiwa, merepresentasikan esensi Ilahi yang mengalir dalam setiap ciptaan. Hidrasi mencerminkan harmoni fisik dan spiritual, membantu manusia menyucikan batin, menjaga keseimbangan emosi, dan mendekatkan diri pada kesadaran Ilahi melalui refleksi keselarasan dengan alam semesta. Cak Nur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top