teradesa.com. Salah satu yang mendasar dari pengetahuan adalah obyek pengetahuan dan alat (instrument) untuk mendapatkan pengetahuan. Obyek pengetahuan dalam tradisi keilmuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obyek metafisik dan fisik. Dalam tradisi ilmu pengetahuan yang berkembang dari Barat tidak mengenal obyek metafisik. Karena yang disebut saintifik menurut ideologi keilmuan Barat adalah yang dapat diketahui dan dipahami melalui indra manusia.
Pertama, obyek metafisik. Pengetahuan tentang metafisik justru akan melahirkan ilmu pengetahuan hakikat. Apakah pengetahuan ini tidak melibatkan akal sebagaimana tradisi saintifik? Tetap melibatkan indra dan akal, sebagaimana diajarkan oleh Nabi Ibrahim as dalam proses pencarian pengetahuan tentang Allah swt (QS al-An’am/06: 76-78). Di beberapa ayat lainnya, Allah swt memberikan informasi tentang “ada” lainnya, seperti; Malaikat, Jin, surga, neraka, hari kiamat, dan lain sebagainya.
Kedua, obyek fisik. Pengetahuan tentang obyek fisik, tentu, sangat banyak dan beragam. Baik, yang bersifat kuantitatif, kualitatif, dan relatif. Ketiga kategorisasi ini sebetulnya juga merupakan bagian dari proses untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu; tahapan analisis dan kategorisasi. Pengetahuan tentang obyek-obyek fisik ini pada akhirnya dapat melahirkan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia dan masyarakat. Allah swt mengajarkan tentang obyek fisik ini kepada Nabi Adam as, agar ia dapat memaksimalkan fungsi kekhalifahannya (QS. al-Baqarah/02: 31).
Alat (instrument) berfungsi untuk mendapatkan pengetahuan. Penciptaan manusia didesain tidak hanya agar ia mampu bertahan dan berkembang sebagaimana makhluk-makhluk lainnya, yaitu; kepemilikan instrument fisik dan insting. Tetapi, lebih dari itu, atau diberikan instrument plus (i+). Instrument plus-nya adalah akal. Akal menjadikan manusia mampu/bersedia menerima tantangan dari Allah swt untuk menjadi khalifah di bumi (QS. al-Baqarah/02: 30; QS. al-An’am/06: 165; QS. an-Naml/27: 62).
Dalam memperoleh pengetahuan, manusia terkadang memerlukan satu bentuk pemilahan (tajzi’ah) dan analisis (tahlil). Bahkan ada kalanya berbagai bentuk pemilahan dan analisis. Pemilahan dan analisis merupakan aktifitas akal. Keduanya berfungsi untuk mengklasifikasikan obyek-obyek tertentu dalam kategori-kategori yang berbeda-beda. Dan, menyusunnya dalam bentuk khusus. Itu—merupakan tugas logika untuk melakukan aktifitas pemilihan dan penyusunan (tarkib).
Fungsi akal lainnya dalam proses pencarian pengetahuan adalah kemampuan untuk mengabstraksikan obyek. Abstraksi bukanlah pemilahan (tajzi’ah). Tetapi, ia adalah proses yang tengah berlangsung dalam akal manusia untuk melepas dua perkara yang sebenarnya pada alam obyektif hanya berupa satu perkara, yang tidak mungkin dapat dilepas dan dipisah-pisahkan serta tidak mungkin dapat terpisah.
Anda tidak memiliki bilangan lima yang semata hanya bilangan, tanpa lima buah pisang, tanpa lima batang pohon, ataupun tanpa lima benda lainnya. Artinya, dalam realitas obyektif ini, tidak mungkin terdapat bilangan “lima” tanpa adanya “lima sesuatu”. Jika dalam realitas obyektif ini terdapat berbagai bilangan yang jumlahnya “lima”, maka pasti terdapat berbagai benda yang jumlahnya lima pula. Contohnya, terdapat lima jari, kemudian kita mengatakan bahwa terdapat lima jari.
Tetapi dalam alam akal, didalam perhitungan dan penjumlahan, saat dikatakan 25= 5×5, hal demikian tidak harus ada gambaran tentang benda atau sesuatu (pisang). Kemudian, dikatakan bahwa lima buah pisang sebanyak lima kali menjadi dua puluh lima pisang. Artinya, akal mengabstraksi kasus tersebut, maka ia memiliki kemampuan untuk berfikir dan mengetahui. Seandainya akal tidak memiliki kemampuan mengabstraksi, maka tidak mungkin ia memiliki kemampuan berfikir.
Kemampuan lainnya dari akal adalah kemampun mengasosiasikan sesuatu benda, peristiwa, dan hal lainnya berdasarkan pengetahuan kategorisasi. Ia merupakan kemampuan menghubungkan atau mengaitkan berbagai benda, fenomena, gagasan, konsep, atau informasi yang mungkin pada pandangan/peristiwa pertama tidak terlihat memiliki hubungan langsung. Aktifitas ini melibatkan kemampuan mengidentifikasi pola, kesamaan, perbedaan, dan relevansi diantara suatu elemen. Kemampuan ini terlihat dalam berbagai konteks; berfikir kreatif, pemecahan masalah, komunikasi, seni, dan interaksi sosial.
Indra, merupakan instrument penting lainnya yang dimiliki manusia. Indra merupakan reseptor. Dalam tradisi ilmu pengetahuan Barat, terdapat lima indra, yaitu; penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan perabaan. Lima indra ini bekerja secara bersama-sama untuk memberikan informasi kepada otak (fungsi reseptor) tentang lingkungan sekitar dan menghasilkan persepsi kompleks tentang dunia sekitarnya. Informasi yang diterima indra-indra ini pada puncaknya membentuk dasar bagi pemahaman, interaksi, dan respon seseorang terhadap dunia sekitarnya yang ada. Nur Kholis