teradesa.com. Seluruh isi alam semesta; langit, bumi, planet, bintang, hewan, tumbuh-tumbuhan, daratan, lautan, Malaikat, dan manusia seluruhnya tunduh dan patuh pada perintah Allah swt. “…padahal kepadaNya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa…” (QS. Ali Imran: 83). Kepatuhan dan ketundukannya merupakan takdir-Nya. Dan, mereka tidak ada yang membelot, sebagaimana manusia.
Manusia dan seluruh isi alam semesta hakikatnya ditakdirkan untuk bersujud kepada-Nya. Sejak dalam kandungan, manusia sudah melakukan perjanjian bahwa mereka bersedia tunduk dan mengakui Allah swt sebagai Tuhan yang wajib disembah. “Dan kepada Allah swt sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para Malaikat, sedang mereka (Malaikat) tidak menyombongkan diri” (QS. al-Hajj: 18).
Seluruh benda-benda dalam alam semesta tunduk kepada Allah swt, patuh kepada kekuasaan-Nya, berjalan menurut kehendak dan perintah-Nya (takdir). Tidak satu-pun makhluk yang mengingkari-Nya. Semua menjalankan tugas dan perannya masing-masing serta berjalan menurut aturan yang sangat sempurna. “Langit yang tujuh, bumi dan semuanya yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah swt…” (QS. al-Isra’: 44).
Bagaimana tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk lainnya yang ada di alam semesta bertasbih? Dalam sebuah penelitian ilmiah, Prof. William Brown, dkk menemukan bahwa tumbuh-tumbuhan bertasbih. Mereka mengamati tumbuh-tumbuhan dengan alat canggih yang bernama oscilloscope. Mereka mendapati suara lembut dari tumbuh-tumbuhan tersebut. Suara tersebut terekam grafik gerakannya, namun tidak bisa didengar dengan telinga.
Hampir selama 3 tahun para ilmuwan Amerika ini mengamati temuan yang menakjubkan itu. Saling bahu-membahu untuk menganalisis denyutan/tarikan nafas tumbuh-tumbuhan tersebut. Tetapi mereka hanya mampu menterjemahkan gelombang suara tersebut kedalam bentuk cahaya elektrik. Namun demikian mereka tidak mampu menjabarkan hasil temuannya dalam bentuk/wujud yang sebenarnya. Bahkan para ilmuwan Eropa lainnya-pun juga tidak mampu.
Pada akhirnya temuan tersebut dikaji oleh para pakar di Britania, yang salah satu anggota teamnya adalah orang India, yang beragama Islam. Setelah mengamati beberapa waktu, ilmuwan muslim tersebut dengan sangat meyakinkan menyatakan bahwa fenomena ini sudah dijelaskan dalam al-Qur’an sejak 1.400 tahun yang lalu. Mendengar pernyataan tersebut para ilmuwan Britania saling berpandangan, antara percaya dan tidak percaya.
“…dan tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha penyantun lagi maha pengampun” (QS. al-Isra’: 44). Dari hasil penelitian Prof. Wlliam Brown, dkk ini-lah seharusnya manusia menyadari bahwa hakikatnya ia hanya ditakdirkan untuk tunduk, patuh, dan selalu mengagungkan kebesaran Allah swt. Ketundukan demikian jangan-lah berupa ketundukan yang dipaksa, tetapi ketundukan sebagai kewajiban, sebagaimana ia diciptakan.
Ada dua cara bagi Allah swt untuk menundukkan manusia, yaitu ketundukan secara suka rela. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Dengan ikhlas mereka mengagungkan kebesaran Allah swt, sebagaimana pula makhluk-makhluk lainnya. Sedangkan, orang-orang yang tidak percaya, tunduk kepada Allah swt secara dipaksa, dalam bentuk yang sangat beragam. Begitulah kekuasaan Allah swt, pada hakikatnya adalah menyempurnakan potensial para makhluk-Nya. Nur Kholis