teradesa.com. Tulisan ini sekedar hiburan menjelang akhir pekan. Saya mencoba meluangkan waktu sedikit sebelum pulang. Tidak seperti biasanya, agaknya sore ini saya cukup bersemangat, tidak ingin buru-buru pulang. Pandangan ketiga tokoh filosof yang hidup antara 7 sampai 6 SM di Yunani ini yang membuat saya ingin menulis topik ini. Mereka dikenal dengan mazhab Milesian, yaitu; Thales, Anaximander, dan Anaximenes. Mereka hidup di kota ilmu pengetahuan dan niaga, Miletus, yang juga cukup terkenal, yaitu dibagian Negara di Asia Kecil. Yang menarik perdebatan mereka adalah mengenai asali, permulaan segala sesuatu di dunia ini.
Miletus merupakan kota niaga, kondisi kota cukup dinamis, terutama pemicunya adalah pertentangan kelas antara kelompok kaya dan komunitas tertindas, budak. Pada mulanya komunitas miskin menang, dan membunuh istri-istri dan anak-anak kaum bangsawan; kemudian kaum bangsawan unggul dan membakar lawan mereka hidup-hidup, membumihanguskan tempat-tempat terbuka di kota itu dengan oncor yang menyala. Peristiwa semacam ini, pertentangan antara kelas bangsawan, pedagang, politikus (penguasa), dan kaum tertindas (budak, miskin, buruh tani, dsb), tampaknya tetap menjadi fenomena abadi, meskipun kualitasnya berbeda—selama keadilan sosial hanya sebatas ide.
Pertama, Thales. Thales membuat statemen bahwa yang terpenting adalah air. Air adalah subtansi dasar yang membentuk segala hal lainnya. Bumi terapung di atas air. Menurut Aristoteles bahwa hipotesis Thales ini cukup berdasar, karena di masa berikutnya kebanyakan para filosof menerima pandangan bahwa segala sesuatu terbuat dari hidrogen, yang dua pertiganya adalah air. Konon, pandangan Thales ini didasarkan pada kebiasaan orang-orang Mesir yang selalu mengambil/membutuhkan air dari sungai Nil. Maklum, antara Yunani dengan Mesir saat terjalin hubungan yang baik, terutama saat dipimpin oleh Croesus, Raja Lydia yang terakhir, sebelum ditaklukkan oleh Cyrus pada tahun 546 SM.
Kedua, Anaximander. Nah, bagiku pandangan Anaximander lebih keren, dan menarik untuk dikaji lebih mendalam. Ia berpendapat bahwa segala hal berasal dari satu substansi asali, namun substansi itu bukan air, atau substansi lain manapun yang kita ketahui. Substansi itu tak terbatas, abadi, dan tidak mengenal usia, dan Ia melingkupi seluruh dunia-dunia. Ia juga beranggapan bahwa dunia kita ini hanyalah salah satu dari banyak dunia. Substansi asali itu diubah menjadi berbagai substansi lain yang kita kenal. Dan, substansi-substansi itu saling ditransformasikan menjadi substansi yang satu atau yang lain.
Anaximander berargumen bahwa substansi asali itu bukan air, atau unsur lain manapun yang kita kenal. Jika salah satu substansi itu bersifat asali, maka substansi itu akan mengalahkan yang lain. Menurut ia juga, bahwa unsur-unsur yang telah dikenal itu saling beroposisi. Udara bersifat dingin, air basah, dan api panas. Dan, karena itu, jika salah satu substansi itu asali, maka susbtansi lain tentu sudah punah saat ini.Substansi asali dengan demikian, harus bersifat netral di tengah perselisihan kosmis ini.
Ketiga, Anaximenes. Anaximenes berpendapat bahwa substansi yang paling dasar adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan, pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Arti penting dari teori Anaximenes ini adalah perbedaan antara berbagai kuantitas substansi, sepenuhnya tergantung pada tingkat kepadatannya. Selain itu, menurutnya bahwa bumi ini berbentuk seperti meja bundar. Sementara, udara melingkupi segala sesuatunya. Sebagaimana jiwa kita yang tidak lain adalah udara, yang mempersatukan kita bersama, demikian pula nafas dan udara melingkupi seluruh dunia.
Air, udara, api, tanah adalah unsur penting dalam pembentukan alam jagat raya ini. Berkumpulnya keempat unsur itu dalam konsepsi Einstin adalah massa, yang berpotensi menimbulkan ledakan besar. Alam jagat raya ini menurut teori big bang awalnya adalah berukuran kecil yang sangat panas dan padat. Menimbulkan ledakan, yang semua unsur didalamnya berhamburan, kemudian terus mengembang sampai sekarang. Semua unsur didalamnya terus bergerak saling menjauh. Bercampurnya unsur-unsur; air, udara, api, dan tanah menimbulkan beragam cuaca dan tumbuhnya segala ragam fauna; tumbuh-tumbuhan, hewan, dan seluruh isi alam semesta. Bercampurnya air dengan udara dalam jumlah besar, misalnya menimbulkan cuaca dingin, begitu juga sebaliknya, menimbulkan panas.
Fenomena demikian digambarkan secara gamblang dalam QS. al-Anbiya’/21: 30. Bahwa pada awalnya langit dan bumi adalah satu, kemudian keduanya dipisahkan oleh-Nya. Dan, dijadikan semuanya dari air. Pemisahan antara langit dan bumi melalui proses sunnatullah yang dapat dipelajari dan diteliti oleh para ilmuwan, sehingga menemukan teori big bang. Teori ini memperjelas tafsir ayat di atas. Dan, tentu kita juga tidak menyangkal bahwa semua unsur alam semesta membutuhkan air. Meskipun demikian, air, udara, api, dan tanah bukanlah asali sebagaimana diteorikan oleh Thales, Anaximander, dan Anaximenes. Tetapi, pandangan Anaximander bahwa yang asali adalah bersifat netral menguatkan pandangan kita bahwa itu-lah dzat Tuhan. #Cak Nur