Berdamai Sejak Dalam Hati

teradesa.com. Damai, tetap menjadi harapan bagi setiap orang. Dan, belum pernah tercapai sepanjang periodesasi kehidupan manusia. Pada masa nomaden, kelompok masyarakat kecil berharap ada Raja yang mendamaikan dan mensejahterakan kehidupannya. Tapi tidak, pada masa kerajaan, para Raja kebanyakan hanya berdamai dengan diri, keluarga, dan para bangsawan serta para saudagar.

Pada masa kerajaan, masyarakat berharap terbentuk negara bangsa modern agar kehidupannya lebih damai dan sejahtera. Tapi tidak, pada masa negara bangsa modern, penguasa hanya mau berdamai dengan pemimpin partai dan para kapitalis.
Pada masa negara modern, masyarakat berharap ada sistem pemerintahan yang lebih berpihak pada masyarakat kecil. Tapi tidak, sistem pemerintahan modern-pun masih direkayasa agar tetap menguntungkan pihak penguasa dan pemodal. Oligarki-lah penguasa tertinggi.

Perang saudara, perang antar negara, perang dalam berdagang, dan konflik-konflik horizontal lainnya adalah menunjukkan bahwa perdamaian masih merupakan sebuah oase di padang pasir. Ia seakan-akan ada, tetapi tidak dapat memuaskan dahaga. Kalaupun ada, ia-pun hanya memihak pada kelompok-kelompok yang saling teruntungkan. Ya, damai adalah masih selalu berupa cita-cita.

Kalau begitu, jangan-lah berharap banyak pada orang lain, pihak lain, dan kepada para penguasa. Karena, sampai kapanpun mereka tidak mungkin mau memahamimu dan memenuhi kebutuhanmu. Omong kosong!!!, jika mereka membuat undang-undang, peraturan, dan regulasi lainnya untuk kedamaian dan kesejahteraan masyarakat. Kedamaian dan kesejahteraan hanyalah miliki mereka yang berkuasa.

Kedamaian dan kesejahteraan hanya mungkin dicapai, saat kau berharap pada dirimu sendiri. Belajarlah berdamai dengan hatimu, maka kau akan damai. Syukurilah semua yang ada, dan tetaplah fokus meningkatkan kapasitas diri. Dan, hindari bekerja seperti mesin, tanpa mengikutsertakan hati. Dalam manuscrip Paris, Karl Marx menulis bahwa peningkatan nilai dunia benda-benda berjalan dengan proporsi yang sama dengan penurunan nilai dunia manusia. Pekerja tidak hanya memproduksi komoditas; ia juga memproduksi dirinya sendiri sebagai sebuah komoditas.

Pada puncaknya, manusia menjadi teralianasi atau terasing, bahkan dengan dirinyanya sendiri. Dimana kedamaian akan bisa temui?

Betul, kedamaian tidak juga terletak pada kepemilikan kebendaan material. Tidak juga terletak pada pakaian, dan jabatan sekalipun. Kedamaian hanya dapat dicapai, jika seseorang telah berani mengambil sikap untuk berbagi. Pada saat seseorang berbagi, maka Tuhan tersenyum, seseorang telah berhasil menundukkan nafsu kebendaan dan mau mengadopsi sifat ketuhanan.

Mengapa? Karena sepanjang sejarah manusia bahwa pertikaian banyak disebabkan oleh ketamakan penguasa, ketidakadilan, dan kesalahpahaman yang berujung pada fanatik buta.

Situasi batinku saling bertentangan, satu sama lain menjelma amal berlainan, ketika aku masih berperang dengan diriku, bagaimana mungkin aku bisa berdamai dengan selainku, tengoklah keriuhan dalam diriku, satu sama lain saling berjibaku, Jika kau belum usai berperang dengan dirimu, untuk apa kau sibuk berperang dengan selainmu” (Jalaludin Rumi, Matsnawi, jilid 6, bait 51-54). #Nur Kholis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top