teradesa.com. Tidak seperti biasanya, pagi ini aku mengayun sepeda tua menuju pertigan Togokan. Tujuannya cuma satu, ngopi. Di warung pojok itu, kuhabiskan beberapa waktu untuk scroll beberapa info penting dan tidak penting medsos di HP.  Beberapa menit kemudian muncul chat dari sepupu.

Abah, nopo mpun ngertos kabar lelayu”. Secepat kilat ku balas.

Siapa yang ninggal?” Pertanyaanku penuh penasaran.

Pasti bukan bapak, yang memang sudah semakin tua, kira-kira umurnya mendekati 80 tahun. Alhamdulillah, sampai saat ini kedua orang tua masih utuh dan sehat. Sebulan sekali, aku selalu mengusahakan untuk pulkam menengok beliau. Sepekan lalu, aku sudah pulkam, mereka tidak menunjukkan sakit sama sekali.

Sebetulnya, saat pulkam kemarin, aku ingin membelikan lontong kikil di Perning. Tetapi, istri bilang, “opo sek tedas kikil?”. Ohya, saya hampir lupa, jika gigi bapak semakin berkurang. Akhirnya, putar bali membelikan bakso Delanggu. Bakso ini enak, untuk ukuranku. Setidaknya 11-12 dengan bakso di Lempung, Srengat.

Guk Padi yang ninggal, abah”. Jawab sepupuku.

lho, apa sakit?” Pertanyaanku, dengan dugaan yang tidak masuk akal.

Pekan lalu, saat penulis pulkam, Cak Padi masih adzan magrib dan Isya. Setahuku, dia sangat rajin adzan di mushola sebelah rumah. Adzan Magrib, Isya’ dan Shubuh.

Cak Padi ceblok menek wit pencit, abah”. Jawab sepupuku lagi. Cap Padi memang setahuku sejak dulu bakul apa saja yang bisa dijual ke pasar Krian. Kalau musim buah mangga misalnya seperti sekarang ini. Dia kulak’ak sampai jauh dari desanya.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, semoga husnul khatimah”. Doa-ku dalam hati.

Rumah cak Padi, di depan rumah orang tua, kegangan satu rumah Bu Lek, di Gresik. Dia memiliki tanggungan istri dan dua cucu-nya yang sudah yatim piatu. Cucunya masih sekolah di Madrasah Ibtidaiyah  (MI) dan di Pondok pesantren, khusus anak yatim/piatu, di daerah Krian, Sidoarjo.

ok, suwun Ir, infone”, jawabku untuk mengakhiri percakapan via chat.

Meskipun ini, hari Sabtu sepertinya aku tidak mungkin takziyah ke Gresik. Karena sepekan lalu, aku sudah pulkam. Kuputuskan untuk menginfokan ke adik, dan sekedar nitip sesuatu untuk keluarga almarhum. Begitulah, kematian merupakan rahasia Allah SWT bagi hambanya. Maka, tugas setiap hamba adalah menyiapkan semaksimal mungkin sangu untuk bertemua dengan-Nya.

Kuingat kembali penjelasan guru ngaji, “seseorang yang telah mendekati ajal hendaknya diajarkan kalimat tauhid, yaitu; La ilaha illallah”. Oleh karena itu, jika sanak saudara atau orang-orang terdekat kita telah dekat dengan ajalnya, misalnya; sakit keras atau tua hendaklah diperbanyak diajarkan kalimat tauhid di atas.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Malaikat mau datang kepada seseorang yang akan mati. Lalu didapatinya tidak sesuatu-pun ada didalam hati orang itu. Kemudian ia membuka dengan paksa rahang orang itu dan menemukan di tepi langit-langit tertempel ucapan, La ilaha illallah, maka Allah SWT memberi ampunan baginya”

Menurut Imam Ghazali bahwa maksud dari ucapan atau kalimat tauhid ini diucapkan atau diajarkan kepada seseorang saat ajal adalah bahwa supaya didalam hati orang itu tidak ada pikiran lain selain Allah SWT dan tidak ada tujuan lain didalam hatinya selain bertemu dengan Allah SWT. Nur Kholis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top