teradesa.com. Asyura merupakan hari bersejarah bagi umat Islam. Guruku saat masih kecil, Abdul Sholeh, dalam ceramahnya setiap tahun selalu menyampaikan bahwa 10 Muharram merupakan; diciptakannya Nabi Adam a.s dan Hawa a.s dan hari taubatnya, berlabuhnya perahu Nabi Nuh a.s, Nabi Idris diangkat ke syurga, Nabi Ibrahim a.s selamat dari apinya Namruz, kesembuhan Nabi yakub a.s dan bertemu dengan Nabi Yusuf, a.s Nabi Musa selamat dari Fir’aun, Nabi Sulaiaman a.s diberikan kerajaan tersohor, Nabi Yunus a.s dikeluarkan dari ikan paus, dan Nabi Isa a.s diangkat ke syurga.
Asyura adalah hari suka cita bagi umat Islam, khususnya Sunni. Mereka melakukan banyak hal ritual keagamaan. Misalnya muslim Jawa merayakan 1 Muhaarram dengan kenduren takir plontang, menyantuni yatim, puasa. Di Kalimantan, 10 Muharram diekspresikan dalam bentuk perayaan bubur asyura yang terbuat dari beras dan campuran 41 bahan yang berasal dari berbagai jenis sayuran, ubi-ubian dan kacang.
Karen Amstrong dalam buku, “sepintas sejarah Islam” (2000), menyebut asyura sebagai “fitnah” yang melanda umat Islam, yang terkenal dengan peristiwa Karbala. Perang Karbala inilah yang telah menjadi puncak permusuhan antara kaum Syiah dengan kaum Sunni secara meluas, mendunia.
Tujuan Husein bin Ali ke Kufah saat itu, adalah untuk melakukan perjalanan damai, karena diundang oleh “pendukungnya” di Kufah. Karenanya Husein bin Ali datang bersama rombongan keluarganya kurang lebih 70an orang yang terdiri dari kelurga, perempuan, dan anak-anak. Di padang Karbala itulah, rombongan Husen bin Ali dihadang oleh tentara Yazid bin Muawiyah yang berjumlah 4.000 s.d 10.000.
Di Gurun Karbala (Irak) Husein bin Ali dan pengawalnya dihabisi oleh pasukan Yazid bin Muawiyah yang dipimpin oleh Umar bin Sa’ad (Ibnu Ziyad), Nyaris tidak ada yang selamat. Tidak hanya itu, kebengisan pasukan Yazid bin Muawiyah juga memenggal kepala Husein bin Ali, kemudian diarak dan diserahkan kepada Khalifah Yazid bin Muawiyah di Damaskus. Saat itu, kemudian mereka mengekspresikan dalam bentuk perayaan penuh suka cita.
Hari itu adalah hari kelam dan traumatic bagi umat Syi’ah. Peristiwa itu tepatnya terjadi pada 10 Oktober 680 M/61 H. Peristiwa itu dikenang oleh masyararakat Bengkulu dengan upacara tradisional tabot, dan di Pariaman, Sumatera Barat dikenang dengan melakukan upacara tradisional tabuik. Sekarang, saya baru sadar bahwa Muharram adalah bulan berwajah dua. Asyura adalah peristiwa suka cita bagi kaum Sunni, dan Asyura adalah peristiwa trauma dan sedih bagi kaum Syiah. #Nur Kholis