Bumi untuk Manusia

teradesa.com. Menarik untuk mengkaji QS. al-Jasiyah [45]: 22, kaitannya mengapa manusia ditakdirkan berpindah dari syurga ke bumi. Ayat ini menegaskan bahwa bumi diciptakan dengan keseimbangan untuk mendukung kehidupan. Allah swt menetapkan bumi sebagai tempat tinggal manusia sebagai tempat ujian. Ayat ini menggambarkan tujuan keberadaan manusia yang tidak semata-mata fisik, melainkan sebagai khalifah yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan bumi.

Keseimbangan ekologis, misalnya jarak bumi-matahari dan rotasi bumi, mendukung kehidupan manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam teori anthropic principle bahwa kondisi alam semesta tampaknya dirancang secara presisi untuk memungkinkan kehidupan, membuktikan peran Allah swt sebagai pencipta (al-Khaliq) yang Maha Mengatur. Dia-lah yang mengatur kesemuanya, bahkan beragam unsur dalam tubuh manusia dapat kita temui di bumi.

Perubahan musim; semi, panas, gugur, dan dingin ini berkaitan dengan tingkat kemiringan sumbu bumi yang sebesar 23,5° sehingga menjadikan ekosistem bumi seimbang. Keseimbangan ekosistem ini-lah yang menjadikan manusia dapat tumbuh dan berkembang di bumi. Hal ini mengajarkan agar manusia tetap harus bersyukur atas nikmat Allah swt, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ibrahim [14]: 34, bahwa manusia diberi karunia tak terhitung untuk kehidupannya.

Begitu halnya dengan atmosfer bumi, yang mengatur suhu dan melindungi dari radiasi adalah elemen penting dalam mendukung kehidupan di bumi. Keteraturan atmosfir ini berkaitan dengan keseimbangan unsur-unsur yang tersebar di alam, misalnya udara, air, angin, panas. Hal ini menunjukkan sifat kasih sayang Allah swt yang digambarkan dalam QS. Al-Mulk [67]: 15, yang memerintahkan manusia memanfaatkan bumi dengan bertanggung jawab.

Al-Qur’an dalam QS. Al-Anbiya [21]: 30 menegaskan bahwa air adalah sumber kehidupan atau segala sesuatu berasal dari air. Keberadaan air sebagai senyawa unik yang sulit ditemukan di planet lain menguatkan fakta bahwa bumi dirancang secara khusus untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Hakikatnya manusia dan makhluk lainnya tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya air.

Selain itu, lautan yang mencakup 70% permukaan bumi berfungsi sebagai penyeimbang suhu global dan sumber kehidupan. Air pula yang merupakan unsur penting perubahan dari panas, dingin, dan lembab. Misalnya jika kita merasa gerah, panas berarti air yang ada di udaya sedikit. Perspektif ini selaras dengan QS. An-Nahl [16]: 14, yang menyebutkan manfaat laut sebagai karunia Allah swt, termasuk sumber makanan dan transportasi.

Kandungan air dalam tubuh manusia yang setara 70-80% menyerupai proporsi air di bumi. Kesejajaran ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, yang diciptakan Allah swt dengan penuh hikmah sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Tin [95]: 4. Jika manusia kekurangan air maka kehidupannya menjadi tidak sehat. Begitu halnya dengan bumi, kurangnya air dalam bumi dapat menyebabkan malapetaka besar bagi semua makhluk.

Kecepatan rotasi bumi, selain berfungsi untuk keseimbangan dan keteraturan, juga berfungsi untuk mencegah ekstremitas suhu siang dan malam. Evolusi bumi yang teratur juga memungkinkan perubahan musim menjadi teratur. Misalnya antara bulan Nopember sampai Pebruari hujan. Hal ini menunjukkan bukti keseimbangan yang dirancang oleh Allah swt, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ar-Rahman [55]: 5, tentang keteraturan kosmik.

Interaksi antar makhluk hidup menciptakan rantai makanan yang seimbang. Rantai makanan, mulai dari makhluk produsen, konsumen sampai pada makhluk konsumen segala makhluk menjadi bagian penting terjadinya keseimbangan bumi. Dalam Islam, manusia diberi tanggung jawab sebagai pemelihara lingkungan (QS. Al-A’raf [7]: 56), menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam untuk kelangsungan hidup.

Bumi sebagai tempat yang dirancang sempurna menuntut manusia memahami tanggung jawabnya. QS. Al-Baqarah [2]: 30 menekankan peran manusia sebagai khalifah untuk menjaga keseimbangan alam, sehingga kehidupan di bumi tetap lestari sesuai dengan kehendak Allah swt. Hendaknya setiap individu menahan diri dari sikap eksploitatif terhadap lingkungan dan bumi beserta isinya. Sehingga kehidupan di bumi tetap eksis untuk eksistensi keseluruhan makhluk. Cak Nur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top