teradesa.com. Kesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang pasti telah dijamin akan sampai kepadamu. Disampaing kelalaianmu terhadap kewajiban-kewajiban yang diamanatkan keadamu—membuktikan butanya mata hatimu. Seseorang yang disibukkan mencari rezeki, dan meninggalkan apa yang diperintah Allah swt adalah orang yang buta mata hatinya. Dan, sebaliknya seseorang yang selalu bekerja dengan tidak melalaikan kewajibannya, maka mata hatinya semakin hidup.
Kadang kita memang salah dalam melihat kehidupan ini. Mengejar kepentingan duniawi, bekerja dari pagi sampai sore bahkan larut malam (yang sudah dijamin Allah swt). Hanya diperintahkan untuk beribadah sholat—yang hanya beberapa menit saja dalam lima waktu, enggan. Rezeki setiap orang dan makhluk lainnya sudah dijamin oleh Allah swt melalui pancaran rahmah (kasih sayang), sebagaimana diuraikan sebelumnya.
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. al-Ankabut: 60). Ayat ini memberikan ibrah kepada kita bahwa binatang yang tidak dibekali kemampuan untuk mengumpulkan makanan dan minuman saja, setiap hari bisa mendapatkan makanan dan minuman. Itulah bukti rahmah-Nya.
Banyak sekali makhluk di muka bumi yang tidak memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, mendapatkan, dan membawa rezekinya melainkan sekedar rezeki yang telah Allah swt tetapkan baginya. Dengan kelemahan makhluk itu hanya Allah swt yang mampu menyiapkan dan memudahkan rezeki baginya. Allah swt memberi rezeki kepada setiap makhluk sesuai dengan kemaslahatan baginya. Allah swt Maha memberi rezeki dan Maha mendengar.
Syeikh Ibrahim al-Khawwas menyampaikan, “jangan memaksa diri untuk mencapai apa yang telah dijamin, dan jangan menyia-nyiakan (mengabaikan) apa yang diamanatkan kepadamu”. Mengabaikan kewajiban/amanat sebagai penghamba secara terus-menerus akan mematikan mata hati. Kewajiban penghamba terangkum dalam makna unsur-unsur rukun Iman dan Islam. Selain itu, terus belajar memperbaiki pemahaman ajaran agama dan berkumpul bersama orang-orang shaleh menjadi bagian penting.
Penciptaan manusia dibekali dua mata, yaitu; mata jasmaniah dan mata ruhaniah (hati). Mata jasmaniah bersifat terbatas-lokalistik, sedangkan mata hati bersifat interlocal dan dapat menembus batas-batas indrawiah. Mata jasmani hanya mampu melihat hal-hal yang kasat mata dalam luasan yang terbatas dan kekinian. Sementara, mata hati dapat melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat mata jasmaniah dan pasca dunia (akhirat). Mata jasmaniah relatif, sedangkan mata hati mutlak.
Fokus mengejar tujuan yang sudah dijamin Allah swt (duniawi) dengan mengabaikan kewajiban penghamba menyebabkan membutakan mata hati. “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki padamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat [yang baik di akhirat] adalah bagi orang yang bertaqwa”. (QS. Taha: 132).
Terdapat dua pelajaran dari ayat di atas. Pertama, yang dijamin oleh Allah swt, maka jangan menuduh atau berburuk sangka kepada-Nya. Kedua, yang dituntut (menjadi kewajiban bagimu) kepada Allah swt, maka jangan diabaikan. Dalam sebuah hadis qudsi diceritakan, “Hamba-Ku, taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberi tahu pada-Ku apa yang baik bagimu [jangan mengajari-Ku apa yang menjadi kebutuhanmu]”. Nur Kholis