teradesa.com. Keduanya; cinta dan kebaikan merupakan bagian dari kategori positivity, yang tidak hanya dimiliki manusia tetapi juga makhluk lainnya (kesemestaan). Guru mencintai murid dan sebaliknya, orang tua mencintai anak dan sebaliknya. Petani mencintai tanaman dan sebaliknya. Peternak mencintai hewan ternak dan sebaliknya.
Cinta selalu menghadirkan kebaikan, tetapi tidak selalu sebaliknya—kebaikan mesti menghadirkan cinta. Dalam sebuah hadis Qudsi bahwa Allah swt sebelumnya adalah dzat yang sendiri dan memiliki 100 rahmah (kasih sayang, cinta), maka diciptakanlah makhluk (termasuk manusia) agar ia dapat menerima luberen rahmah itu.
Seseorang yang mencintai lainnya akan selalu menghadirkan kebaikan, kehangatan dan kebahagiaan bagi yang dicintainya. Orang tua yang mencintai anak-anaknya, maka ia akan selalu berusaha membahagiakan anak-anak dengan cara apapun—halal atau haram. Petani yang mencintai tanamannya, ia akan selalu merawatnya secara baik. Dan, karena cinta-Nya, maka Ia selalu menghadirkan kebaikan (rizki) bagi setiap makhluk-Nya.
Irfan (18/11/2023) nekat mencuri alat-alat rumah tangga, dan sepeda motor agar ia dapat membelikan susu anaknya. Kejadian ini bergulir ke ranah hukum dan sempat dihentikan oleh kejaksaan berdasarkan kebijakan restorative justice, setelah dapat didamaikan antara pelaku dan korban. Bahkan, banyak diantara orang tua yang bekerja keras siang malam di rantau untuk belanja kebutuhan keluarganya.
Cinta itulah yang menjadi energi untuk lahirnya suatu tindakan dan kebaikan. Cinta itu yang menggerakkan Allah swt menciptakan semua makhluk. Cinta itu yang menggerakkan orang tua selalu bersemangat dalam bekerja. Cinta itu yang menggerakkan para petani bercocok tanam. Cinta itu yang menggerakkan para peternak bertahan dalam suka duka. Dan, cinta itu yang menggerakkan guru dalam mengajar.
Tetapi sebaliknya, kebaikan tidak selalu dapat menghadirkan cinta. Semua kesemestaan diciptakan untuk saling menghadirkan kebaikan. Keindahan alam semesta adalah pantulan kebaikan-Nya. Ritme dan rotasi planet-planet semesta adalah gerakan kebaikan. Denyutan jantung manusia dan hewan, sinar matahari, lambaian dedaunan, liukan pohon yang terterpa angin adalah kebaikan.
Kebaikan-kebaikan demikian merupakan luberan kebaikan Allah swt dalam bentuk tanazzul-Nya. Tanpa luberan itu, kesemestaan ini tidak akan menghadirkan kebaikan bagi diri dan lainnya. Setiap saat matahari menghadirkan kebikan bagi semua unsur semesta. Tanaman menghadirkan kebaikan bagi manusia. Manusia menghadirkan kebaikan bagi semua tanaman dan tumbuhan. Dan, antar manusia juga saling menghadirkan kebaikan.
Kebaikan selalu berdimensi ganda, karenanya dapat hadir bagi/untuk apapun dan siapapun. Kebaikan seseorang harusnya dilakukan untuk siapapun dan kapanpun. Kebaikan matahari berlaku untuk semua makhluk. Kebaikan tanaman hadir untuk siapapun dan apapun yang dapat menjangkaunya. Kebaikan barang untuk siapapun dan apapun yang dapat memanfaatkannya.
Sementara, cinta berdimensi ganda, tetapi ia harus dapat hadir untuk hanya pada satu. Terdapat dimensi cinta dunia dan akhirat. Cinta harta dan benda. Cinta perempuan dan laki-laki. Cinta nafsu dan kebaikan. Tetapi cinta-cinta yang demikian seharusnya hanya diarahkan untuk mencintai seseorang atau barang hanya karena Allah swt. Begitulah keniscayaan cinta.
Berbeda dengan cintanya Allah swt. Keniscayaan cinta manusia hanya diarahkan untuk satu. Sedangkan cintanya Allah swt berdimensi satu, tetapi diarahkan untuk semua makhluknya tanpa pengecualian. Semua tumbuh-tumbuhan, semua manusia (iman atau tidak beriman), semua hewan (darat, laut, udara), unsur kesemestaan lainnya selalu menerima keniscayaan cinta Allah swt. Karena memang sejatinya Allah swt itu maha cinta. Cak Nur.