teradesa.com. Mendengar kata Dewi (Sukarno) ingatan saya melayang ke sebuah buku yang mengulas cerita istri-istri Sukarno dengan kisah romantisme cintanya.
Namun, nama Dewi ini terasa unik, berbeda dan lebih menarik untuk dikupas karena beliau merupakan istri Sukarno yang tidak lahir dari bumi pertiwi, Indonesia. Dewi Sukarno satu-satunya istri dari seberang lautan, beliau berasal dari Tokyo Jepang.
Dewi Sukarno, istri almarhum Presiden pertama Republik Indonesia ini memiliki nama asli Naoko Nemoto. Naoko Nemoto dibesarkan oleh orang tuanya yang bukan berasal dari keluarga berada, apalagi kaya raya.
Dia dibesarkan oleh Ayahnya yang seorang pekerja bangunan. Keluarga mereka berada pada titik bawah roda kehidupan, termasuk kalangan keluarga miskin.
Kondisi ekonomi keluarganya serba kekurangan, ditengah-tengah kehidupan Tokyo yang tengah menggeliat menuju modernitas Negara maju.
Latar belakang Naoko Nemoto semasa kecil hingga dewasa sanngat manarik. Lika-liku kehidupan beliau bagaikan pelangi yang tak akan indah tanpa didukung komposisi warna yang berbeda.
Dengan kondisi keluarga yang pas-pasan, orang tua Naoko bertekat menyekolahkannya di Kota Tokyo. Sekolah awal yang diduduki Naoko adalah Kogai School (1946). Ia meneruskan ke Karyo School (1952) dengan nilai yang baik, sehingga bisa melanjutkan sekolah ke Mita School.
Selain menimba ilmu di sekolah formal Naoko mempelajari banyak kesenian seperti tarian klasik Jepang, menyanyi, bermain drama, juga melukis. Hal ini membuahkan hasil Naoko sering diundang tampil dipanggung-panggung ternama Tokyo.
Kisah asmara Sukarno dan Naoko bermula dari rombongan kunjungan Presiden ke Jepang pada awal tahun 1959 untuk sebuah urusan diplomatik kenegaraan.
Sukarno bersama 29 orang yang sebagian besar adalah para menteri anggota kabinet. Sukarno dipertemukan dengan Naoko oleh seorang pengusaha Jepang dari Perusahaan Dagang Tonichi yakni Kubo Masao.
Disebuah club malam Akasaka’s Copacabana di mana Naoko Nemoto bekerja menjadi geisha yang sangat terkenal dikalangan pengusaha, dan para pejabat.
Dari situlah gelora api cinta mulai membara. Tepatnya pada suatu malam tanggal 16 Juni 1959 menjadi hari yang bersejarah bagi keduanya.
Orang yang diakui paling kharismatik oleh masyarakat dunia dan Sang “Dewi” maestro Akasaka’s Copacabana. ”…. Ada rasa senang campur bangga, bisa berkenalan dan makan malam dengan orang nomor satu di Indonesia kala itu.
Untuk seterusnya biarlah kupanggil dia „Bapak‟.” Imbuh Naoko. Begitupun dengan sang Presiden, layaknya gayung bersambut. Sukarno sangat tertarik dengan gadis nan ayu salah satu geisha penghuni club malam Akasaka Copacabana yang sangat terkenal itu. Niqo