teradesa.com. Dinasti Umayyah merupakan salah satu Dinasti penting yang ikut mewarnai sejarah peradaban Islam. Terdapat 14 khalifah yang menjabat sebagai khalifah Islam pada masa ini. Dinasti ini memerintah Islam selama 90 tahun dengan berbagai sistem yang berbeda dari masa sebelumnya. Salah satunya seperti sistem pemerintahan pola monarchi heridetis (kerajaan turun-temurun). Beberapa khalifah juga mengadopsi kebijakan masa sebelumnya, seperti sistem Gubernur, administrasi dan pola pembangunan.
Dinasti Umayyah lahir dari latar belakang situasi dan kondisi masyarakat yang mengalami pertentangan politik dan golongan. Pada masa Ali bin Abi Thalib, terjadi ketidaksetujuan Mu’awiyah bin Abi Sufyan terhadap dinobatkannya Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Pertentangan ini mengakibatkan terjadinya perang Siffin. Dampaknya muncul perpecahan di kubu Islam. Perpecahan tersebut terbagi menjadi tiga kelompok yaitu pengikut Mu’awiyah, pengikut Ali (Syi’ah) dan golongan yang tidak berpihak antar keduanya (Khawarij). Kelompok Mu’awiyah terus melakukan propaganda. Hingga akhirnya, pada tahun 749 M Bani Umayyah melakukan pemberontakan besar-besaran yang meruntuhkan kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.
Dinasti Umaiyyah melakukan banyak perubahan. Misalnya, sistem pemerintahan demokratis menjadi monarki (kerajaan), Ibukota Negara dipindah dari Madinnah ke Damaskus. Pemerintahan paling terkenal pada masa itu adalah periode Abdul Malik bin Marwan (khalifah ke-5), Walid bin Abdul Malik (khalifah ke-6), Umar bin Abdul Aziz (khalifah ke-8). Pada masa tersebut terjadi perkembangan pemikiran dan peradaban Islam.
Legacy keberhasilan Raja Abdul Malik bin Marwan, diantaranya adalah; berhasil mencegah disintegrasi di masyarakat, efisiensi administrasi Negara, meningkatkan anggaran besar untuk pengembangan ilmu pengetahuan, kebijakan Bahasa Arab menjadi bahasa resmi di seluruh wilayah taklukan.
Pada masa khalifah Walid bin Abdul Malik melaksanakan ekspansi wilayah sampai ke semenanjung Iberia dan Afrika Utara, pembangunan kota, pendirian gedung-gedung umum seperti sekolah kedokteran dan terdapat jaminan sosial bagi anak-anak terlantar maupun dana khusus untuk penderita kusta.
Umar bin Abdul Aziz sebagai salah satu khalifah termasyhur Dinasti Umayyah, melakukan pengembangan ilmu pengetahuan secara universal seperti penerjemahan buku asing, pengajaran didaerah taklukan Islam, sistem koreksi terhadap teori sehingga banyak melahirkan teori baru dan pembangunan perpustakaan serta lembaga pendidikan resmi. Masa itu, khalifah juga menggalakkan pemberantasan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) di lingkup pemerintahan dan meredam konflik antar sekte (Islam maupun non Islam).
Beberapa pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah ilmu agama (seperti nahwu, sharaf, tafsir, hadits dan kalam) dan ilmu umum (seperti filsafat, bahasa, kedokteran, astronomi, ilmu pasti, sejarah, arsitektur dan lain-lain).
Runtuhnya Dinasti Umayyah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti ungkapan bumi yang selalu berputar, masa terbentuknya dinasti Umayyah dimulai dari pemberontakan dan berakhir juga akibat adanya pemberontakan. Pemberontakan ini dipicu dari sistem pergantian khalifah yang dianggap tirani karena dengan menekankan kekuatan dan paksaan dalam memutuskan penerus pemerintahan, serta maraknya fanatisme kesukuan sehingga menyebabakan perpecahan.
Selain itu, dari internal kerajaan, figur khalifah banyak yang dianggap lemah, karena tidak ada potensi kepemimpinan, persaingan antar keluarga kerajaan untuk merebut takhta, hidup hedonisme atau bermewah-mewahan tanpa melakukan pekerjaan yang seharusnya. Akibat beberapa faktor tersebut, munculah kekuatan baru yaitu Bani Abbasiyah yang memberontak secara besar-besaran, dan berhasil menghancurkan Dinasti Umayyah di Damaskus.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa Dinasti Umayyah merupakan salah satu pembawa perubahan yang sangat signifikan di berbagai bidang pemerintahan. Beberapa perubahan tersebut ada yang bersifat pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pada mulanya arah laju pemikiran dan peradaban Islam mengarah kepada kejayaan.
Namun, di beberapa periode akhir memiliki kecenderungan kemunduran dan akhirnya mengalami kehancuran. Dinasti Umayyah berfokus kepada tatanan politik yang bersifat monarki dan itu bertolak belakang dengan periode sebelumnya. Selaian itu, beberapa sistem kebijakan yang lain juga mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya, seperti pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, peningkatan sosial masyarakat serta ekspansi wilayah secara masif di berbagai penjuru dunia. #Putri Habibillah.