teradesa.com. Berikut artikel terakhir di periode ini. Mungkin penulisnya sudah kadung kalap dalam melihat ke-Indonesia-an saat ini. Mohon maaf, bahasa sudah editor agak perhalus, tetapi masih terlihat memanaskan kuping. Semoga bermanfaat dan berdampak positif bagi perjalanan bangsa ke depan.

=======

Negeri ini udah kayak kapal pecah. Korupsi bukan lagi penyakit, tapi udah jadi budaya. Duit negara ngalir deras ke kantong pejabat dan para cukong, rakyat cuma kebagian debu. Mereka hidup di dunia lain, makan enak di restoran mahal, sementara kita antre beras murah. Udah kayak negeri dongeng: ada raja, ada budak, dan kita semua cuma figuran.

Pejabat di sini udah lebih sakti dari superman. Mereka bisa kebal hukum, kebal kritik, kebal akal sehat. Mau maling miliaran? Tinggal setor ke petinggi, urusan beres. Mau jilat atasan? Dijamin naik jabatan. Sementara rakyat, salah dikit aja di jalan, langsung kena tilang. Keadilan di negeri ini udah lama sekarat.

Laporan keuangan negara cuma formalitas. Yang penting angka bagus di layar, soal duitnya lari ke mana urusan belakangan. Proyek-proyek fiktif terus bermunculan, dana bansos disulap jadi ATM pribadi. Sementara sekolah rusak, jalanan bolong-bolong, rumah sakit kekurangan obat. Rakyat disuruh sabar, sementara pejabat pesta pora dengan uang hasil keringat kita.

Penjara cuma buat maling kelas teri. Maling kelas kakap? Bikin partai, bikin yayasan, bikin dinasti. Muka sok suci di TV, pura-pura peduli rakyat, tapi di belakang dagang jabatan. Kalau ketahuan korupsi, Tinggal pura-pura sakit, masuk rumah sakit mewah, terus bebas dengan hukuman ringan. Rakyat cuma bisa gigit jari sambil nunggu keajaiban.

Sistem ini lebih busuk dari got mampet. Pajak digenjot, harga naik, subsidi dicabut, tapi gaji rakyat segitu-gitu aja. Yang kaya makin kaya, yang miskin disuruh bersyukur. Hidup di negeri ini kayak main monopoli, tapi kita semua cuma pion yang disuruh nurut. Mereka main curang, kita disuruh patuh. Lawak banget.

Feodalisme versi modern nih khan? Bedanya, dulu raja pake mahkota, sekarang pejabat pake jas mahal. Oligarki yang ngatur semua, dari harga sembako sampai kursi kekuasaan. Rakyat nggak lebih dari buruh yang disuruh kerja rodi buat memperkaya tuannya. Demokrasi? Halah, cuma istilah keren buat menutupi kediktatoran berkedok pemilu.

Media udah jadi alat propaganda. TV, koran, portal berita, semua dibayar buat nyebarin citra palsu. Pejabat yang busuk dibuat seolah pahlawan, rakyat yang kritis dicap provokator. Jurnalis yang masih punya hati? Diancam, dipenjara, atau tiba-tiba “hilang” . Kita hidup dalam ilusi, di mana kebenaran cuma milik mereka yang punya duit.

Harga kebutuhan naik terus, upah segitu-gitu aja. Hidup makin berat, tapi pemerintah pura-pura nggak denger. Mereka sibuk pencitraan, bikin wacana-wacana kosong dan omon-omon. Anak pejabat bisa foya-foya ke luar negeri, sementara anak buruh harus putus sekolah buat bantu orang tua. Negeri ini dijual ke pemodal, rakyat cuma jadi penonton di rumah sendiri, pejabat hanya bisanya jadi makelar.

BUMN bukan lagi milik Negara untuk rakyat, tapi sapi jadi perahan pejabat. Proyek bodong, kontrak fiktif, utang numpuk, tapi direksi tetap kaya raya dengan gaji milyaran. Komisaris diisi orang-orang titipan, tanpa kompetensi, tanpa tanggung jawab. Dana investasi diselewengkan buat kepentingan pribadi, rakyat disuruh bangga dengan prestasi palsu. Sementara itu, perusahaan negara pelan-pelan ambruk karena jadi lahan korupsi.

Hukum di negeri ini kayak pesanan restoran. Siapa yang bayar paling mahal, dia yang menang. Para Yudikator udah nggak mau/bisa bedain mana yang benar dan mana yang salah, yang penting amplop tebal. Kritik dikit langsung kena pasal karet, tapi pejabat maling triliunan tetap bisa tersenyum di depan kamera. Negara ini udah bukan negara hukum, tapi negara para bajingan berdasi.

Ayo segera bertaubat, bos. Ini bulan penuh ampunan, saatnya mandi taubat dan buang baju-baju penuh dosa. Pejabat yang selama ini ngembat duit rakyat, masih ada waktu buat sadar sebelum ajal datang. Jangan sampai mati dalam keadaan bergelimang korupsi dan dihujat tujuh turunan. Ingat, dunia ini cuma sementara, akhirat menunggu pertanggungjawabanmu.

Ya Allah SWT, tunjukkan keajaiban-Mu, matikanlah para koruptor segera, jadikan negeri kami gemah ripah loh jinawi, murah sandang, murah pangan, rakyatnya hidup sejahtera, dan pejabatnya bersedia hidup sederhana. Amin YRA. By Comrade Community

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top