Islam: Dalam Diskursus Pemikiran dan Peradaban

0
1001

teradesa.com. Pemikiran dan peradaban merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki hubungan yang cukup erat. Secara historis, dinamika peradaban dipengaruhi oleh dinamika pemikiran. Tetapi, disisi lain, dinamika pemikiran juga dipengaruhi oleh dinamika peradaban. Ibarat, telur dengan ayam cukup sulit dibedakan mana diantara keduanya yang lebih dulu ada.

Dinamika Perkembangan Pemikiran Islam

Kajian pemikiran Islam dapat dimulai dari; era sebelum Islam (pra-Islam) sampai sekarang. Untuk mempermudah analisis, maka sebaiknya dibuat periodesasi. Misalnya periode pra-Islam, Islam jaman Nabi Muhammad saw, Islam masa khulafaur rasyidin, masa kerajaan umaiyah, abbasiyah, ustmaniyah, dll (Abad 18). Atau juga disederhanakan menjadi; pra-Islam, awal dan kejayaan Islam, masa keruntuhan Islam, dan masa kontemporer.

Selain itu, kajian sejarah pemikiran dapat dibedakan kedalam bidang-bidang dari setiap periodenya. Misalnya pemikiran bidang teologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan/atau seni. Bidang-bidang ini selalu mengalami dinamika/perubahan bentuk, jenis, dan kualitasnya pada setiap periode perkembangan masyarakat (sosial)-nya. Kualitas, kedalaman, dan keluasan kajian-kajian pemikiran pada setiap periode tentu berbeda, hal ini dipengaruhi oleh teori-teori, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dikuasai oleh masyarakat.

Keempat periodesasi dinamika pemikiran Islam ini menarik untuk dikaji. Kajian terhadap sejarah pemikiran Islam berfungsi menjadi pembelajaran bagi generasi sekarang. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dipahami dalam mengkaji sejarah pemikiran Islam; Pertama, peristiwa/pemikiran. Kedua, sebab lahirnya atau munculnya peristiwa (pemikiran). Ketiga, relevansi mempelajari peristiwa pemikiran dengan kehidupan sekarang. Sejarah selalu mengalami siklus, pengulangan model dari periode ke periode. Mekanisme pengulangan inilah yang memungkinkan bagi generasi berikutnya untuk dapat belajar banyak dari pengalaman sejarah sebelumnya

Mengkaji fakta, pemkiran, dan peristiwa di masa lampau dapat berfungsi untuk mencari relevansi dengan kondisi saat ini. Setiap sejarah selalu memiliki titik temu dengan periode berikutnya (siklus sejarah). Dengan demikian, generasi saat ini diharapkan dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa/pemikiran. Berdasarkan hikmah itu, para ilmuwan, ulama’ dan generasi umat Islam sekarang dapat menentukan arah perubahan/target yang hendak dilalui.

Berbagai faktor tersebut penting untuk dikaji, tujuannya diantaranya adalah bagaimana ajaran, doktrin, tradisi pemikiran, dan pranata sosial masyarakat Islam yang telah melembaga sejak pra-Islam sampai sekarang. Jamak dipahami bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad saw pemikiran Islam sebenarnya banyak dipengaruhi oleh dinamika tafsir terhadap al-Qur’an & al-Hadis, tradisi umat Islam, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat Islam menyadari dan meyakini bahwa al-Qur’an dan al-Hadis merupakan sumber utama. Namun toh demikian, tetap saja membutuhkan tafsir terhadap dua peninggalan Nabi Muahmmad saw tersebut. Dalam konteks inilah, mempelajari al-Qur’an dan al-Hadis, dinamika peradaban muslim menjadi suatu keniscayaan.

Pemikiran dan Peradaban Islam

Peradaban yang berkembang dalam setiap periode Islam tidak bisa lepas dari konteksnya. Banyak faktor yang saling mempengaruhi, misalnya; pemikiran teologi, sosial, ekonomi, politik pemerintahan, budaya, teknologi dan seni. Faktor-faktor ini pula yang membentuk tingkat kualitas dan kedalaman suatu peradaban. Tidak sepatutnya mengukur kualitas peradaban masa lalu dengan ukuran peradaban masa kini (mutakhir). Setiap periodesasi peradaban memiliki kualitas yang berbeda, meskipun ruang lingkup sama. Tugas aktor generasi saat ini adalah mengembangkan peradaban yang baik, dan relevan dengan kebutuhan primer, skunder, dan tertier suatu komunitasnya.

Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sementara, manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral. Sedangkan, peradaban terefleksi dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Dengan demikian, kebudayaan adalah dasar, nilai-nilai, norma dan/atau regulasi tertulis maupun lisan yang disepakati, ditaati dan diindahkan secara bersama oleh anggota komunitas/masyarakat. Dan, hasil yang kasat mata merupakan wilayah kajian peradaban. Kebudayaan merupakan soft legacy, dan peradaban adalah hard legacy. Antara soft legacy dengan hard legacy merupakan satu kesatuan yang saling membentuk.

Wujud kebudayaan setidaknya meliputi tiga hal; Pertama, wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain. Kedua, wujud perilaku, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas perilaku berpola dari setiap anggota dalam suatu komunitas masyarakat. Ketiga, wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sementara, peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang bersifat estetic, baik, bermanfaat bagi masyarakat. Kita tidak mungkin menyebut peradaban untuk menjelaskan sejarah masa lalu yang tidak baik, misalnya tentang peperangan antar suku, dan peperangan saudara.

Kebudayaan, dan peradaban sebagiannya disebabkan berkembangnya pemikiran-pemikiran dikalangan ilmuwan, ruhaniawan, dan negarawan. Pemikiran-pemikiran ini merupakan respon terhadap; nilai-nilai dan norma yang bersumber dari al-Qur’an & al-Hadis, kondisi keberagamaan internal umat Islam, dinamika hubungan antar ideologi dunia, politik, ekonomi, dan budaya. Interaksi antar pemikiran yang bersumber dari nilai-nilai dan norma agama, masyarakat, dan kebudayaan diluar masyarakat yang bersangkutan membentuk pemikiran peradaban baru. Bangunan rumah, perabot rumah tangga, tempat ibadah, gedung pemerintahan, dan semua yang berbentuk fisik merupakan cerminan dari nilai-nilai dan norma agama atau masyarakat.

Peradaban Islam yang berkembang saat ini jauh berbeda dengan peradaban pra-Islam. Perbedaan ini terletak pada dasar perwujudan dan pengembangan nilai-nilai dan norma agama. Perkembangan peradaban mulai; awal perkembangan Islam (di Makkah dan Madinah), masa empat khalifah, masa dinasti Umaiyah, dinasti Abbasiyah, dan Dinasti Utsmaniyah, bahkan sampai dinasti dinasti Turki muda (Ahmed Riza[1859-1931, Mehmed Murad [1853-1912, dan pangeran Sabahuddin [1877-1948]). Ajaran Islam, terutama yang terkandung didalam al-Qur’an dan al-Hadis diterjemahkan, ditafsirkan, dan diimplementasikan sehingga membentuk model baru dalam dunia; politik pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya, seni dalam kehidupan masyarakat. #Nur Kholis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here