teradesa.com. Semua unsur materi di dunia ini diciptakan Tuhan dengan rumus ketersangkutpautan antara satu dengan lainnya. Tidak ada satu materi-pun yang dapat eksis dengan dirinya sendiri. Adanya suatu materi karena tidak adanya materi lainnya. Berkembangnya suatu materi karena adanya dukungan materi lainnya. Baik tidaknya suatu materi karena tidak baiknya materi lainnya. Dan, logika ini juga bisa dibalik, misalnya tidak berkembangnya suatu materi karena adanya perkembangan pesat materi lainnya.
Tumbuh dan berkembang adalah keniscayaan material dunia. Tuhan hanya menciptakan potensi-potensi semua unsur material. Tugas individu manusia dan unsur material lainnya untuk membuatnya dapat tumbuh dan berkembang. Tapi ingat, tidak ada jalan yang lurus atau mudah. Karena selalu ada materi lainnya yang membutuhkan ketidakberdayaan atau ketidaksempurnaan materi lainnya agar ia menjadi sempurna, tumbuh atau berkembang dengan baik.
Setiap halangan, rintangan atau masalah dalam proses pertumbuhan dan perkembangan suatu materi menyimpan banyak hikmah atau nilai positif. Itupun, jika material tersebut dapat memaknainya secara positif. Karena didalam setiap kemudahan, kesulitan, kegembiraan, kesedihan, kebaikan, dan ketidakbaikan adalah manifestasi kecintaan (rahmah) Tuhan. Tidak ada satupun yang menimpa manusia dan material dunia lainnya tanpa kehendak Tuhan. Dan setiap kehendak Tuhan adalah kebaikan.
Kehidupan suatu materi tertentu, misalnya membutuhkan kematian/ketiadaan materi lainnya. Agar manusia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka ia membutuhkan nutrisi yang bersumber dari nabati dan hewani. Secara otomatis eksistensinya menimbulkan kematian materi (hewan, dan tumbuh-tumbuhan). Contoh ekstrimnya, kematian Brigadir J, menimbulkan masalah bagi keluarga Irjen Ferdy Sambo dan Bharada E, tetapi keuntungan bagi Irjen Syahardiantono. Begitulah, eksistensi satu materi dunia menimbulkan ketiadaan materi lainnya.
Semua makhluk membutuhkan proses tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembang ini suatu keniscayaan agar makhluk dapat menjadi sempurna. Prosesi kesempurnaan membutuhkan dukungan atau kerelaan kematian materi lainnya. Anak-anak membutuhkan dampingan, kasih sayang, dan pendidikan dari orang-orang di sekitarnya (guru orang tua, tokoh masyarakat). Pengetahuannya diperoleh dari pengalaman; membaca teks, membaca konteks, dan meneladani orang-orang di sekitarnya.
Mungkin kita bertanya, berarti Tuhan tidak adil? Kegembiraan seseorang mengakibatkan kesedihan lainnya. Kehidupan seseorang mengakibatkan kematian hewan atau tumbuh-tumbuhan. Kesenangan seseorang menimbulkan kematian, traumatic, dan kesedihan individu lainnya. Ingat, setiap akibat (kebaikan dan/atau keburukan) diikuti dengan reward (pahala/kebaikan) lainnya. Dan, setiap kesulitan diikuti oleh kemudahan, setiap kesedihan selalu diikuti kegembiraan. Inilah hukum alam particular yang berlaku bagi setiap materi/makhluk.
Agar semua fenomena ini bisaha kita pahami sebagai suatu keadilan, maka harus dibaca dari konteks keumuman. Secara mujmal (umum) prosesi ini adalah keadilan yang maha Rahman. Sunnatullah alam adalah keseimbangan (equilibrium). Maka mau tidak mau harus ada yang eksis dan ketiadaan, pertumbuhan dan kemusnahan, kehadiran dan absensia, kehidupan dan kematian. Itulah relasi kesalingpemangsaan antar materi diberlakukan. Satu materi menjadi sumber nutrisi bagi lainnya. Dengan demikian keadilan yang disuguhkan Tuhan dalam panorama kehidupan ini adalah keadilan mujmal menuju keseimbangan alam semesta. Maka, tugas manusia dan semua makhluk lainnya adalah menemukan cara yang indah untuk kembali kepada-Nya.
Nur Kholis