teradesa.com. Salah satu yang dapat diambil pelajaran dalam perseteruan antara Jin dengn Adam (baca: manusia), diantaranya adalah keadilan Tuhan. Episode pertama, di Surga, dimenangkan oleh jin, yang berdampak manusia harus terlempar ke bumi. Episode kedua, manusia menyadari kekhilafan dan bersedia patuh kepada Tuhan, yang ditandai bertemunya Adam dengan Hawa di bumi Arafah.
Perseteruan itu diawali dari penunjukan Tuhan terhadap manusia pemimpin (khalifah). Ini, adalah tradisi pertama bidang politik. Jin sangat girang menjadikan manusia menderita di bumi, jauh dari kenikmatan di surga. Begitulah keadilan Tuhan, seakan perseteruan awal itu dimenangkan jin. Tetapi ia (Jin) tidak paham jika skenario awal manusia memang tempatnya di bumi/alam semesta (QS. al-Baqarah/2: 30).
Semesta itulah sejatinya tempat pengujian kekhalifahan manusia (QS. al-Mulk/67: 2), baik sebagai pribadi maupun pemimpin bumi. Di semesta inilah manusia dapat mengembangkan potensinya. Mengapa di semesta, salah satu penyebabnya adalah semua unsur badani manusia memiliki kemiripan dengan unsur-unsur kimia semesta. Unsur kimia itulah yang berfungsi menjaga kehidupan dan fungsi biologis, membentuk struktur, dan berpartisipasi dalam reaksi kimia dalam tubuh.
Sebagian unsur kimia dalam tubuh manusia adalah oksigen (O), hydrogen (H), karbondioksida (CO2), nitrogen (N), kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), besi (Fe), dan zink (Zn). Dengan cara yang sangat komplek unsur-unsur tersebut bekersama dalam menjaga kesehatan dan kehidupan dengan beragam unsur kimia minor lainnya, diantaranya; magnesium, selenium, iodin, dan lain-lain. Karenanya tempat yang tepat bagi manusia adalah di semesta. Hal ini tentu berbeda dengan Jin, yang tidak bisa menyatu dengan semesta.
Kesatuan manusia semesta adalah konsep yang mencerminkan hubungan erat diantara keduanya. Konsep ini mengakui bahwa manusia adalah bagian integral dari semesta. Dan, kesejahteraan manusia bergantung pada keberlanjutan semesta. Karena itu, sudah menjadi keharusan, jika manusia seharusnya menjaga keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Begitulah, inti fungsi kekhalifahan manusia bagi semesta.
Beberapa hal penting yang perlu dijadikan renungan bersama adalah; Pertama, manusia selalu tergantung kepada ekosistem untuk mendapatkan berbagai kebutuhan dasar, seperti; air bersih, makanan, udara bersih, dan bahan baku lainnya. Ekosistem menyediakan layanan yang penting bagi kehidupan manusia, seperti; penyediaan sumber daya alam, regulasi iklim, dan habitat bagi keanekaragaman hayati.
Kedua, aktifitas manusia, seperti; pertanian, industri, dan urbanisasi memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Penggunaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berkelanjutan, polusi, deforestasi, dan perubahan iklim adalah beberapa contoh negatif yang dapat merusak ekosistem. Perubahan negatif ekosistem demikian, tentu, akhirnya akan dapat merusak kesatuan manusia semesta. Oleh karena itu, mari bersama menjaga keberlangsungan keanekaragaman hayati di sekitar.
Ketiga, kesadaran bersama akan pentingnya konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati menjadi sesuatu yang krusial dalam mempertahankan kesatuan manusia semesta. Perlindungan, pelestarian ekosistem, dan tindakan untuk mengurangi jejak ekologis manusia adalah langkah penting untuk menjaga keseimbangan semesta dan mendukung kelangsungan hidup manusia. Eksploitasi seharusnya diikuti langkah rehabilitasi—itulah hakikat etika industri semesta.
Keempat, pendidikan tentang pentingnya alam, lingkungan, dan praktik keberlanjutan merupakan faktor kunci dalam memperkuat kesatuan manusia alam semesta. Semakin banyak orang yang memahami dan menyadari dampak tindakan mereka terhadap alam. Maka, akan semakin besar peluang untuk mengambil langkah-langkah positif dalam menjaga alam dan mendorong perubahan menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
Kelima, upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta dalam mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan menjadi kunci untuk memastikan kesatuan manusia semesta. Pengembangan kebijakan lingkungan yang baik, teknologi berkelanjutan, dan praktik bisnis yang bertanggung jawab akan mendukung terwujudnya kesatuan manusia semesta. Dalam konteks ini, kita bersyukur ditetapkannya para koruptor lingkungan hidup, misalnya Ridwan Djamaluddin. Nur Kholis