teradesa.com. Tidak bisa dipungkiri bahwa kata lain manusia adalah microcosmic. Sedangkan kata lain alam semesta adalah macrocosmic. Makna dari dua kata tersebut menunjukkan bahwa antara manusia dan alam semesta (alam jagad raya) memiliki kesamaan dan keterhubungan diantara keduanya. Keterhubungan manusia dengan alam semesta dapat dianalisis dari dua aspek, yaitu; unsur dasar keterciptaannya. Dan, cara kerja dari masing-masing unsur biologis/materi dasarnya.
Pertama. Unsur-unsur dasar keterciptaan manusia dengan beragam makhluk di alam semesta ini sesungguhnya memiliki kemiripan. Baik, dari unsur dzat padat maupun unsur dzat cairnya. Bahkan pada masing-masing; manusia dan beragam makhuk di alam semesta ini terbuat dari kedua macam dzat tadi, yaitu; dzat padat dan dzat cair. Dzat cair seperti darah atau lainnya memiliki persentase lebih dibanding dzat padatnya.
Manusia, tumbuh-tumbuhan, dan hewan lainnya, kelangsungan hidupnya sangat tergantung dari ketersediaan dzat cair didalam tubuhnya. Tidak terpenuhinya unsur dzat cair, maka seseorang atau makhluk lainnya akan mengalami kematian. Kekurangan dzat cair bagi manusia, sering disebut dengan mengalami dehidrasi. Berdasarkan beberapa hasil penelitian-penelitian bahwa kedudukan dzat cair dalam diri manusia mencapai hampir lebih dari 80%.
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Water Science School di situs USGS, air disebut membentuk hingga 60% dari tubuh orang dewasa. H.H. Mitchell dalam Journal of Biological Chemistry 158 menyebutkan bahwa komposisi air pada otak dan jantung mencapai 73%. Air membentuk 83% dari paru-paru. Kandungan air dalam kulit sebesar 64%. Sedangkan kadar air dalam otot dan ginjal mencapai 79%. Tulang manusia juga mengandung air, yakni sebesar 31%.
Filosof Yunani, Thales membuat suatu hipotesis bahwa semua makhluk berasal dari air. Meskipun, beberapa filsosof lainnya juga membantah. Jika kita mendasarkan pada ayat al-Qur’an, misalnya dalam QS. Al-Anbiya[21]: 30, maka penulis cukup sependapat dengan hipotesis Thales tersebut, “…dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”.
Hampir 99% dari massa tubuh manusia tersusun oleh enam unsur, yaitu; oksigen (65%), karbon (18%), hidrogen (10%), nitrogen (3%), kalsium (0,4%), dan fosfor (1,0%). Hanya sekitar 0,85% yang disusun oleh lima unsur lainnya, seperti; kalium, belerang, natrium, klorin, dan magnesium. Kesebelas unsur tersebut diperlukan untuk hidup. Dan, lihat semua unsur tersebut juga terdapat dalam alam semesta. Bahkan, ban mobil juga membutuhkan nitrogen…keren kan manusia.
Unsur-unsur yang tersisa merupakan unsur renik, yang diperkirakan berjumlah lebih dari selusin (berdasarkan bukti yang baik) yang diperlukan untuk hidup. Jika seluruh massa unsur renik digabungkan bersama-sama (jumlahnya kurang dari 10 gram untuk tubuh manusia) tetap tidak mencapai massa magnesium dalam tubuh, yang merupakan unsur nonrenik berjumlah paling sedikit.
Kedua. Cara kerja alat-alat/unsur sensorik manusia dapat berfungsi dengan baik, jika berada pada titik simetris dengan unsur-unsur yang ada didalam alam semesta. Misalnya, penglihatan manusia tidak akan berfungsi dengan baik jika dalam ruang yang memiliki cahaya lebah atau terlalu tinggi. Ini menunjukkan bahwa diperlukan pencahayaan pada titik simetris tertentu yang membuat penglihatan berfungsi dengan baik, terutama unsur retina mata manusia atau hewan.
Menurut hasil penetian yang dilakukan oleh Profesor Michael Denton menyimpulkan bahwa sebuah mata organik dapat menghasilkan penglihatan hanya didalam batas-batas cahaya tampak. Tidak ada rancangan mata lain yang memungkinkan secara teoritis dapat menangkap panjang gelombang yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa keberfungsian unsur mata manusia juga tergantung, atau membutuhkan titik simetris dengan alam semesta.
UV, sinar X, dan sinar gama berenergi tinggi dan sangat destruktif. Sedangkan gelombang inframerah dan gelombang radio terlalu lemah untuk dideteksi karena energinya terlalu sedikit yang berinteraksi dengan materi. Karena beberapa alasan, maka akan terlihat bahwa wilayah tampak spektrum elektromagnetik adalah sebuah wilayah yang amat cocok bagi penglihatan biologis dan terutama bagi bentuk mata kamera milik vertebrata yang beresolusi tinggi dengan rancangan dan dimensi yang sangat dekat dengan mata manusia.
Penulis: Nur Kholis