teradesa.com. Dinasti Abbasiyah memiliki kontribusi besar dalam perkembangan Islam, sehingga dikenal sebagai zaman keemasan, kejayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan umat Islam. Pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyaah kekuasaan islam bertambah luas. Pusat pemerintahannya di Baghdad. Perluasan kekuasaan dan pengaruh Islam bergerak ke wilayah timur Asia Tengah, India, dan perbatasan China.
Dalam menjalankan pemerintahan sikap politik Daulah Ababsiyah berbeda dengan daulah Bani umayyah. Pejabat di era Daulah Abbasiyah lebih merata. Bukan hanya dijabat oleh bangsa Arab tetapi juga oleh non-Arab secara demokratis. Salah satu khalifah pada masa Dinasti Abbasiyah yang terkenal adalah khalifah Harun Al-Rasyid.
Al-Rasyid dikenal sebagai Kholifah yang cerdas. Basis pengalamannya dalam kepemimpinan membuat Harun al-Rasyid paham dan mampu memimpin pemerintahannya. Bahkan, di eranya, legacy Islam terkenal dan bersinar di Barat. Pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid sistem pemerintahan telah mencapai target yang telah diinginkannya. Diantaranya dalam bidang kesehatan, khalifah Harun Ar-Rasyid mampu mendirikan banyak rumah sakit, lembaga pendidikan kedokteran dan farmasi.
Di bidang Sosial, banyak mendirikan pemandian umum. Di bidang militer, menerapkan ilmu pengetahuan seperti fisika dan kimia dalam kemiliteran, membekali pasukan dengan peralatan yang mutakhir, melibatkan insinyur-insinyur dalam mengembangkan teknologi perang dan lain-lain. Stabilitas politik, sosial, dan budaya serta kemantapan ekonomi pada masa khalifah Harun Al-Rasyid membuat pemerintahan kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Kemashuran Harus al-Rasyid, diantaranya karena memiliki perhatian yang tinggi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan bertaraf internasional, yang belum pernah dicapai sebelumnya oleh pemimpin-pemimpin yang lain. Terutama lembaga pendidikan seperti Bait al-Hikmah. Banyak proyek-proyek penerjemahan buku-buku dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab.
Majelis al-Muzakarah ialah lembaga yang mengkaji tentang masalah-masalah keagamaan. Majelis ini sering dilakukan di rumah-rumah, masjid-masjid, istana khalifah, dan rumah sakit. Serta penerapan dalam kebijakan di bidang keilmuan seperti memuliakan guru dan ulama, penghargaan kepada siswa berprestasi, menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan peran orang tua dalam pendidikan, menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat kurikulum dan mengutamakan ta’dib dalam Pendidikan.
Puncaknya, berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat melahirkan empat tokoh aliran (madzhab) fiqh. Keempat tokoh tersebut di antaranya; Imam Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi. Imam Maliki bin Anas, banyak menulis hadis-hadis dan merupakan pendiri Mazhab Maliki. Muhammad bin Idris Ash-Syafi’i, pendiri Mazhab Syafi’i. Dan, Ahmad bin Hanbal, pendiri Mazhab Hanbali.
Faktor yang mempengaruhi keemasan era khalifah Harun al-Rasyid, antara lain: Pertama, banyaknya ulama yang diangkat menjadi pegawai pemerintah untuk mendampingi khalifahan Abbasiyah.Kedua, pada masa Khalifah al-Makmun, Muktazilah diakui sebagai mazhab resmi negara. Mu’tazilah adalah paham yang menganjurkan kemerdekaan dan kebebasan berpikir kepada manusia.
Ketiga, meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan umat Islam pada masa itu, Keempat, setelah wilayah Islam menguasai wilayah Romawi dan Persia, penduduk dari wilayah tesebut menjadi muslim yang taat, hingga terjadi asimilasi besar-besaran antara Arab dan non-Arab (‘ajam). Inilah, yang selanjutnya melahirkan generasi muda intelektual yang menjadi pelopor akulturasi budaya Islam dan lokal.
Keturunan campuran ini memiliki keunggulan dalam kecerdasan akal, bentuk tubuh, keuletan dalam berusaha, berorganisasi, bersiasat, dan unggul dalam segala bidang kebudayaan. Dan, terakhir, Kelima, sistem pendidikan yang diterapkan menggunakan konsep multicultural. Nilai-nilai seperti toleransi, keterbukaan, kesederajatan, kebebasan keadilan, keragaman, demokrasi dikembangkan dalam sistem pendidikannya. #Rif’atul Musyafa’ah