teradesa.com. Ribuan umat Hindu di Bali pada hari ini (11/09/2021) sedang merayakan “tumpek landep”. Hari raya tumpek landep dilaksanakan sabagai bentuk ungkapan syukur dan memohon kepada Sang Hyang Widi Sasa agar diberi ketajaman berfikir dan keselamatan penggunaan alat-alat bekerja.
Hari raya tumpek landep jatuh pada Saniscara (Sabtu Kliwon wuku Landep). Wuku adalah siklus penanggalan Bali yang umurnya tujuh hari (sepekan). Ada 30 wuku, yang namanya berbeda-beda. Sehingga untuk tiba di satu wuku yang sama, dibutuhkan waktu 210 hari. Sedangkan, wuku landep dimulai dari Minggu wage hingga Sabtu Kliwon. Dan di ujung wuku landep inilah, hari raya tumpek landep diadakan.
Untuk dapat memahami dan memaknai ritual ini, menurut Ida Ayu Made Sri Widiastuti dapat dijelaskan secara arti kata terlebih dulu. Menurutnya, yang juga seorang dosen ini mengatakan bahwa tumpek landep berasal dari kata tumpek dan Landep. Tumpek berarti tampak/dekat, dan landep mengandung pengertian tajam atau ketajaman.
Lebih lanjut dia menjelaskan kepada teradesa.com bahwa hari raya tumpek landep adalah ungkapan rasa terima kasih umat Hindu khususnya di Bali terhadap Sang Hyang Widi Wasa yang turun ke dunia dan memberikan ketajaman pemikiran kepada manusia. Turunnya Sang Hyang Widi Wasa juga menunjukkan kasih sayang-Nya terhadap umat, dan mengajarkan bagaimana memahami suatu hakikat berdasar pola pikir tajam.
Prof. Made dalam suatu pertemuan dengan penulis beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa umat Hindu di Bali memaknai hari raya tumpek landep kedalam dua hal, yaitu; makna jasmaniah dan non-jasmaniah. Kedua pemaknaan ini sebetulnya memiliki hubungan erat dan saling menguatkan.
Menurut Prof. Made, yang sehari-hari dosen di Universitas Merdeka Malang (UNMER) menjelaskan bahwa secara jasmaniah, hari raya tumpek landep dilakukan sebagai ritual untuk mempertajam alat-alat bekerja keseharian. Dalam ritual tumpek landep umat Hondu Dharma, Bali menggelar ritual persembahan suci khusus yang ditujukan pada semua jenis benda yang terbuat dari logam, misalnya; keris, senjata pusaka, laras, dan alat-alat pertanian lainnya.
Sementara, secara non-jasmani hari raya tumpek landep dimaknai untuk perenungan dan mengasah ketajaman pikiran umat Hindu Dharma sehingga dapat memahami dan memaknai secara kritis ajaran-ajaran Sang Hiyang Widi Wasa. Dewa Siwa telah mengajarkan kepada umatnya tentang pemahaman dan pemaknaan terhadap semua problem kehidupan keseharian sebagai media untuk mendekatkan kepada Tuhan. #Muhamad Alwi (kontributor desa)