Mengapa Ada Orang yang Gagal atau Sukses?, Begini Penjelasannya


“Otak manusia dirancang untuk sukses”, Begitu kata Tony Buzan. Sejarah kehidupan setiap manusia selalu dimulai dari persimpangan jalan, salah dalam memilih jalan maka ia akan tersesat. Apabila tidak segera menyadari kesalahan dalam memilih jalan tersebut maka ia akan semakin tersesat. Itulah yang dinamakan cara kerja meta pikiran dalam otak manusia.

Coba perhatikan, mengapa orang yang sedang marah jika dilawan dengan marah maka pembicaraannya semakin tidak masuk akal?, semua kalimat lawan bicara selalu dianggap serba salah. Dan, sebaliknya amati orang-orang yang baik, maka bicaranya baik, sikapnya menyenangkan, dan tindakannya inspiratif. Itulah contoh kondisi orang yang berada pada meta pikiran negatif dan meta pikiran positif.

Setiap hari semua orang berada pada persimpangan meta pikiran negatif dan meta pikiran positif. Kata Rumi, “Malaikat selamat karena pengetahuannya, binatang selamat karena ketaidaktahuannya, diantara keduanya manusia terus berjuang”. Manusia memang kadang bisa menjadi seperti Malaikat, saat ia berada pada meta pikiran positif. Dan kadang juga bisa seperti binatang, saat ia berada pada meta pikiran negatif. Manusia, karenanya dituntut untuk selalu berjuang agar tetap berada pada jalan meta pikiran positif.

Dalam filosofi masyarakat jawa, “orang yang beruntung, adalah mereka yang selalu waspodo, mawas diri”. Selalu menyadari sejak awal, memikirkan setiap apa yang akan dibicarakan, mempertimbangkan dari setiap aspek sikap dan tindakannya. Itulah sikap kehati-hatian atau mawas diri. Kedisiplinan dalam melaksanakan mawas diri akan menyelamatkannya dari jalan meta pikiran negatif.

Marah itu ibarat api yang mudah membakar semua hal-hal yang baik. Jika orang telah terjebak pada meta pikiran negatif maka semua akan menjadi negatif. Dan, kondisi demikian apabila tidak segera dibelokkan pada kesadaran meta pikiran positif maka ia akan berkutat atau terjebak pada meta pikiran negatif. Ini bahaya, sudah lampu merah, yuk sadar sadar dan sadar. Oleh karena itu, dalam konsep Islam disarakankan berganti posisi, misal dari posisi berdiri ke duduk, berbaring, atau berwudlu. Berwudlu adalah mekanisme untuk mengembalikan pada meta pikiran positif.

Meta pikiran positif dapat menyebabkan seseorang semakin kreatif. Kreatifitas yang dikembangkan secara terus menerus akan menyebabkan produktifitas semakin tinggi. Baik, produktifitas pada tataran gagasan, ide; atau karya. Pada posisi demikian, kita perlu secara konsisten terus mempertahankannya agar dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Inilah letak hubungan antara meta pikiran positif, kesehatan mental dan fisik dengan daya produktifitas.

Ketenangan jiwa atau mental merupakan sarana penting agar seseorang selalu berada pada meta pikiran positif. Islam telah memberikan resep agar seseorang selalu berada pada ketenangan mental/jiwa, yaitu dengan memperbanyak dzikir (QS al-Ra’d/13: 28). Beberapa riset menunjukkan bahwa dzikir merupakan model pengendalian otak yang efektif. Otak manusia selalu bekerja sesuai dengan nutrisi yang masuk setiap saat. Apabila nutrisinya baik, misalnya; bacaan, lingkungan pergaulan/interaksi, dan pembiasaan maka ia berada pada meta pikiran positif dan berdampak pada produktifitas yang tinggi. #Nur Kholis


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top