teradesa.com. Tulisan kali ini mengulas tentang asul usul suatu daerah. Karya ini lahir untuk mengikuti sebuah event yang diselenggarakan oleh salah satu Kantor Dinas di Kota Blitar dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Blitar yang ke-699. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar menyelenggarakan Lomba Penulisan (feature) tentang sejarah Kota Blitar.
Lomba tersebut dikemas sedemikian rupa untuk dapat diikuti oleh semua kalangan. Mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen, akademisi, para pegawai instansi, karyawan swasta, dan umum.Tepat satu tahun yang lalu, dalam rangka hari jadi Kota Blitar yang ke-698. Penulis juga berkesempatan mengikuti event yang sama, dengan tema yang berbeda. Kalau dulu, tentang “Kota Blitar” secara global.
Peserta bebas memilih tema yang telah disajikan oleh panitia. Bisa mengambil tema kuliner, seni, adat-istiadat, agama, budaya, sejarah atau wisata. Sambutnya ketika saya temui ketika istirahat. Kala itu penulis mengambil kedua tema sekaligus, yaitu agama dan wisata. Mengupas tuntas tempat-tempat wisata yang tertuang dalam karya buku yang diberi judul “7 Wisata Religi di Bumi Bung Karno”
Seperti memilih sejoli diantara puluhan bidadari. Layaknya memilih baju terbaik diantara karya-karya brand ternama. Menjatuhkan pilihan ke Kelurahan Klampok untuk menjadi objek karya tulis berbentuk feature sejarah. Tentu merupakan sebuah pertimbangan yang tidak ringan. Karena, menyingkirkan beberapa kelurahan yang juga sangat menarik dan berpotensi untuk digali informasinya.
Seperti Kelurahan Turi yang terkenal dengan Batik Kembang Turi karya masyarakat setempat. Kelurahan Pakunden yang mashur ditelinga masyarakat luas, dengan produksi Tahu Kunden sebagai ciri khas. Kelurahan Turi dan Kelurahan Pakunden sudah cukup terkenal.
Banyak berita atau tulisan-tulisan, video, picture hasil jepretan para pencari konten, yang diunggah di sosial media. Meng-expose, mengangkat, menge-share segala informasi tentang kelurahan tersebut untuk dijadikan konten maupun bacaan.
Gerbang masuk ke kelurahan pun terpasang plakat-plakat yang mendiskripsikan tempat yang menarik untuk disinggahi, ciri khas, kuliner, juga wisata. Hal ini menjadi pertimbangan penulis untuk mencari alternatif tempat atau instansi lain yang belum begitu viral di media sosial namun menyimpan potensi dan daya tarik yang tinggi.
Lalu, jatuhlah pilihan pada Kelurahan Klampok yang dinilai unik dan menarik (interest) untuk digali. Tepat pada hari Jumat, H-8 dari hari terakhir pengumpulan naskah lomba, penulis menyempatkan diri dari kesibukan kesehariannya sebagai admin dan dosen di Universitas Islam Blitar (UNISBA).
30 menit sebelum pulang saya ijin meluncur ke Kelurahan Klampok untuk melakukan wawancara dengan sesepuh kelurahan, warga, anak-anak dan Lurah Klampok. “Paginya saya sudah kesana, minta kontak person, supaya mudah untuk membuat schedule dengan Lurahnya, kapan bisa saya wawancarai. Kebetulan Lurahnya seorang perempuan.” Jelasnya sambil tersenyum manis.
Penulis tidak hanya melakukan wawancara pada hari itu, namun juga mengambil dokumentasi untuk menambah manis karyanya kali ini. Kantor kelurahan, Sumber Kali Balang, sawah, masjid, pintu gerbang, dan spot-spot foto yang bagus dia hampiri untuk mendapatkan angle picture yang menawan. Sekali dayung dua pulau terlampaui.
Dalam wawancaranya dia mengakui “selama satu minggu, saya ngebut menulis. Udah keluarin saja yang ada di benak saya. Hasil dari wawancara saya kembangkan. Saya mencoba browshing, hasilnya nihil. Tak ada informasi apapun yang saya dapat tentang Kelurahan Klampok ini.
Alhamdulillah, saya sempat minta masukan dari rekan untuk membuat kerangka tulisan feature. Saya semakin percaya diri bahwa Klampok ini masih minim expose. Saya semakin semangat untuk nglembur sampai wayangan menyelesaikan karya ini.
Sampailah H-1 pengumpulan naskah terakhir tanggal 2 Juni 2023. Setelah waktu Dhuhur pukul 14.38 tulisan Feature Tentang Sejarah Kota Blitar yang berjudul ”The Uniqueness of Klampok Village” telah selesai dan dikirimkan ke panitia lomba via email. Lega rasanya sebuah karya telah lahir tepat waktu.
Perjuangan telah dilalui, kini tinggal usaha dalam doa. Sebuah pesan dari Eyang BJ. Habibie tiba-tiba hinggap dalam ingatan, “Jangan lelah mencoba. Tidak ada jaminan kesuksesan, tetapi memilih untuk tidak mencoba adalah jaminan kegagalan”.
Tibalah waktu pengumuman yang sesuai dengan penjadwalan. Tanggal 12 Juni 2023. Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua peserta Lomba Penulisan (Feature) Tentang Sejarah Kota Blitar. “Waktu itu saya ada agenda mengantar dan mendampingi anak-anak Lomba PORSENI Tingkat Kecamatan. Kebetulan putri saya mewakili lomba SBQ dari Sekolah MI.
Jadi hari Selasa itu saya ijin untuk masuk siang ke kampus tempat kerja. Saya sempat tanya kepada panitia lomba, apakah pengumuman sudah disiarkan secara live? barangkali saya ketinggalan tidak bisa mengikuti. Begitu sampai di kampus jam 11.00 siang, saya melihat berita acara penilaian dewan juri lomba yang di share di WA story oleh Ibu Anggun salah satu panitia lomba.”
Berita acara penjurian yang tertuang dalam selembar kertas pada story WA tertuliskan nama dan karya pada kolom sebelah kanan. Sontak rasa haru, bangga, senang campur setengah tidak percaya menyelimuti perasaan penulis.
Pada baris nomor satu tertulis nama dan karya yang berjudul “The Uniqueness of Klampok” sebagai Juara Pertama. Dalam event yang diselenggarakan pada tahun sebelumnya karya penulis belum berkesempatan untuk menyabet juara, hanya masuk dalam 10 besar. Tetapi, kali ini karyanya melesat melebihi ekspektasi, ya….Perdana! menduduki Juara Pertama.
Dibalik rasa senang dan bangga harus tetap ada rasa rendah hati, mengakui bahwa karya-karya peserta lain juga tentu tidak kalah menarik. Menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak dan tiada karya yang terlahir tanpa cela.
Semoga sedikit goresan tangan ini dapat menginspirasi.
Niqo, 12 Agustus 2023