Mereka bukan Kalangan Bodoh (Jahiliyah), Begini Budaya Berdagang di Makkah Pra-Islam

teradesa.com. Dari sekian suku di Arab, saat itu, suku Quraisy yang dihormati. Mereka memiliki kebiasaan berdagang, tidak saja lokal, tetapi ke beberapa negara tetangga. Mereka melakukan perjalanan bisnis ekspor-impor sekaligus. Bahkan, al-Qur’an mengabadikan informasi demikian, “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, yaitu kebiasaan bepergian pada musim dingin dan musim panas” (QS. Quraisy/106: 1-2). Pada musim panas mereka berdagang ke Negara Syam, dan pada musim dingin berdagang ke Negara Yaman.

Diantara para pedagang suku Quraisy, yang paling mashur ada empat orang. Hasyim, kakek ketiga Nabi Muhammad saw suka berdagang ke Syam. Abd Syams memilih berdagang ke Habasyah. Al-Muththalib ke Yaman. Dan, Naufal ke Persia. Dari aktifitas perdagangan mereka inilah, maka Kota Makkah berubah, dan masyarakat semakin sejahtera. Karena, banyak juga pedagang dari luar yang masuk ke Kota Makkah. Pedagang dari Yaman biasanya membawa kulit, dupa, dan pakaian. Sedangkan pedagang dari Syam membeli minyak, bahan makanan, sutra, senjata dll.

Sebagian mufasir (ahli tafsir) menjelaskan bahwa Allah swt membinasakan Pasukan Gajah, Raja Abrahah, tidak lain tujuannya selain melindungi Ka’bah, juga untuk memuluskan perjalanan dagang penduduk Makkah (suku Quraisy). Di kalangan berbagai suku, maka para pedagang dari suku Quraisy dikenal sebagai dermawan, matang pemikirannya, cenderung pada perdamaian, dan umumnya berparas tampan. Sehingga banyak disukai rekan bisnisnya dan masyarakat pada umumnya.

Diantara strategi yang ditempuh oleh pedagang Quraisy untuk melancarkan perdagangannya, adalah menjalin kerjasama dalam bidang keamanan dan material perdagangan. Misalnya Hasyim bekerjasama dengan suku-suku yang dilintasinya untuk keamanan perjalanan berdagang. Dan, sebaliknya suku Quraisy menjamin keamanan suku-suku lain yang hendak menjalankan ibadah haji di Ka’bah. Dengan demikian suku Quraisy semakin terpandang dikalangan suku-suku lainnya, selain juga karena suku Quraisy-lah yang ditunjuk untuk menjaga Ka’bah (QS. al-Qashash/28: 57).

Dinamika kemajuan Kota Makkah lebih disupport karena kebanyakan penduduknya berdagang. Indutsri pengrajin hanya sebatas pembuatan senjata sederhana, misalnya pedang, pisau, tombak, panah, dan perisai. Terdapat juga sedikit penduduk yang menekuni kerajinan membuat ranjang dipan, peternak, dll.

Alat tukar perdagangan antar Negara saat itu menggunakan mata uang asing Dirham dan Dinar. Dirham ada dua, yaitu mata uang perak yang bertulis dan gambar Raja Persia dan Byzantium. Sedangkan, Dinar adalah alat tukar terbuat dari emas. Selain itu, mereka juga sudah mengenal alat ukur dan timbangan. Maka, dalam masa Islam diingatkan untuk bersikap adil dan jujur dalam menimbang bahan dagang (QS. al-Muthaffifin/83: 1-3).

Pada saat itu, pedagang dari suku Quraisy tidak hanya laki-laki, kaum perempuan juga sudah terlibat dalam perdagangan ke luar negeri. Ini, menunjukkan bahwa kesetaraan gender sudah dipraktikkan. Diantara tokoh pedagang perempuan yang mashur adalah Khadijah binti Khuwailid ra (istri Nabi Muhammad saw), dan al-Hanzhaliyah (ibu dari Abu Jahal). Perlu diingat bahwa kelak, Abu Jahal sangat memusuhi Nabi Muhammad saw.

Dampak dari kegiatan perdagangan manca negara ini, maka Kota Makkah tumbuh menjadi metropolis. Lahir orang-orang kaya baru dan memiliki rumah mewah, seperti Abdullah bin Jad’an al-Tami. Konon, kebanayakan peralatan rumah tangganya berlapis emas. Juga kebanyakan mereka memiliki villa, kuda/kendaraan, perempuan, menyukai minuman keras, sambil mendengarkan aneka syair. Seni yang mashur saat itu adalah puisi, atau syair. Karena kesukaan pada perhiasan dan perempuan ini-lah, kemudian diingatkan Allah swt dalam QS. Ali-Imran/3: 14.

Selain itu, tingkat pendidikan penduduk Makkah semakin baik. Kegiatan baca tulis meningkat, bahkan Abdul Muththalib, kakek Nabi Muhammad saw memilki keahlian menulis. Pada tahun 812 M ditemukan tulisan akad yang menyangkut catatan/tulisan piutangnya sebanyak seribu dirham kepada Shan’a (pedagang Yaman). Ini, juga bermakna bahwa tidak mungkin Nabi Muhammad saw tidak bisa membaca dan menulis. Sementara, beliau sebelumnya telah sukses menjadi fund manajer dari kalangan pebisnis elit suku Quraisy. #Nur Kholis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top