teradesa.com. Setiap bulan Muharram, umat Islam melakukan banyak ritual, diantaranya; Puasa tasyu’ah dan Asyura, kenduren takir plontang ngetung bathih (biasanya dilaksanakan di prapatan jalan), munajat doa akhir dan awal tahun, santunan anak yatim, sedekah, dan peringatan hijrah Nabi saw. Sedangkan bagi sebagian umat Islam lainnya Muharram adalah bulan kesedihan dan trauma yang mendalam.

Bulan Muharram memerah. Tanggal 1 merah karena ditetapkan sebagai hari libur. Sedangkan tanggal 10 merah karena darah dan amarah. Muharram bukan bulan paradoks, tetapi hanya didalamnya terdapat dua moment yang penting dalam sejarah kelam umat Islam. “Begitu tulis Dr. Muhsin Labib”.

1 Muharram dirayakan sebagai hari anak yatim sedunia. Sementara, tanggal 10 diratapi sebagai hari aniaya anak yatim termulia. Sebagian besar umat Islam mengelus-elus dan menciumi kening anak-anak yatim saat memperingati 1 Muharram. Pada 10 Muharram, yatim-yatim al-Mustofa disekap, diolok-olok, dan didzalimi. Umat Islam merayakan kembang api di 1 Muharram, sementara pada 10 Muaharram kerabat Muhammad dikepung oleh kobaran api.

Lebih lanjut, Muhsin Labib menulis, “Muharram adalah bulan kejahatan terbesar kawanan berjubah aristokrat yang tergeletak di istana dan rumah mewah budak-budak tiran”. Muharram adalah pengorbanan terbesar pangeran berwajah Ahmad yang tergelatak di gurun Sahara Karbala. Bulan Maharram adalah bulan yang berwajah dua; gembira dan sedih; menyenangkan dan traumatis, dirayakan dan penuh resah.

Kita semua tidak ingin mengulang sejarah hitam, permusuhan antar saudara, saling meniadakan antar golongan, dan perpecahan antar umat Islam. Muharram adalah moment untuk melakukan perubahan (hijrah) menjadi lebih baik dari semua aspek. Memperingati Muharram harus didasari dengan i’tikad perubahan diri yang lebih baik, setidaknya ada empat unsur.

Pertama, I’tiqadiyah (keyakinan). Keyakinan terhadap Allah swt harus semakin mantab dan kuat. Keimanan menjadi kunci, oleh karenanya perlu terus diupdate. Allah swt menjadi hendaknya menjadi sandaran dan tujuan. Keyakinan demikian menjadi sumber nilai, dan sumber energi dalam bertindak.

Kedua, fikriyah (pikiran). Mengembangkan pikiran-pikiran positif dalam setiap memahami fenomena, permasalahan sosial dan kebangsaan. Pikiran positif dapat bersumber dari nilai-nilai kemasyarakatan dan/atau agama.

Ketiga, syuriyah (perasaan). Perasaan sangat terkait dengan psikologis diri. Perasaan dipengaruhi oleh pikiran dan situasi eksternalnya. Semuanya dapat dikendalikan dengan menyadari posisi diri dihadapan Tuhannya dan mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi di komunitasnya.

Keempat, sulukiyah (perilaku). Perilaku merupakan eskpresi dari ketiga aspek di atas. Oleh karena itu, pengendaliannya harus dimulai dari keyakinan. Keyakinan akan menimbulkan niat. Dan, niat dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. #Nur Kholis

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here