teradesa.com. Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia. Dalam perspektif sosiologis, agama dipandang sebagai sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu.[1] Pendekatan sosiologis perlu dipergunakan dalam mengungkap aspek-aspek sosial masyarakat di masa lampau.
Misalnya golongan mana yang berperan, nilai-nilainya, hubungannya dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi dan sebagainya. Deskripsi sejarah dalam pengertian ini dapat pula dikatakan sebagai sejarah sosial yang mencangkup golongan sosial, jenis hubungan sosial, peranan dan status sosial. [2]
Melalui pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-Qur’an misalnya, kita jumpai ayat ayat berkenaan dengan hubungan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan kesengsaraan. Semua itu dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan[3]. Misalnya peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa Mesir.
Peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya. Disinilah letaknya sosiologi sebagai salah 2 satu alat dalam memahami ajaran agama.[4]” Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial.
Pengertian Sosiologi
Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.[5] Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan daya kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Menurut Bouman mendefenisikan, sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam kelompok[6]. Sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang kehidupan bersama yang didalamnya terkandung unsur-unsur hubungan antara orang perorangan dalam kelompok dengan kelompok dan sifat-sifat dan perubahan yang terdapat dalam dan ide-ide sosial yang tumbuh. Sedangkan studi sosiologi agama menurut Joachim Wach merumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang interelasidari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka.
Dorongan-dorongan, gagasan dan kelembagaan agama mempengaruhi dan juga sebaliknya dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial, organisasi dan stratifikasi sosial. Sosiolog agama bertugas meneliti tentang bagaimana tata cara masyarakat, kebudayaan dan pribadi-pribadi mempengaruhi mereka. Kelompok-kelompok mempengaruhi terhadap agama, fungsi-fungsi ibadat untuk masyarakat, tipologi dari lembaga-lembaga keagamaan dan tanggapan-tanggapan agama terhadap tata dunia, serta langsung maupun tidak langsung antara sistem-sistem religius dan masyarakat.[7]
Metode Sosiologi Agama
Sebagai suatu usaha analisis yang memakai metode kajian ilmiah, sosiologi dituntut untuk memakai pendekatan yang bersifat empiris. Sosiologi dapat memilih berbagai metode dalam melaksanakan kajiannya. Tentu saja metode yang dipilih sesuai dengan prosedur, alat dan desain penelitian yang digunakan[8].
Istilah metode, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “meta” yang berarti sesudah dan kata “hodos” yang berarti “jalan”. Dengan demikian metode merupakan langkah langkah yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan.”[9]
Menurut Kneller, metode ilmiah adalah struktur rasional dari penyelidikan ilmiah yang hipotesisnya disusun dan diuji. [10]” Dengan berbagai prespektif yang ada dapat disimpulkan bahwasanya metode merupakan sebuah alat untuk merumuskan suatu tujuan tertentu sehingga menjadi utuh. Oleh karenanya dalam mengkaji metode ilmiah tidak hanya satu pemikiran saja yang dipakai, akan tetapi cukup luas menjadi lebih menyeluruh dan lebih terdefinisikan sehingga menjadi rinci.
Dalam penelitian sosiologi menurut Kahmad umumnya digunakan tiga bentuk penelitian yakni, deskriptif, komparatif, dan eksperimental.[11] Sedangkan menurut supardan, selain metode itu ada metode lain yaitu Eksplanatori, Fungsionalisme, studi kasus, survei dan Historis Komparatif.[12]
Metode Deskriptif
Metode deskriptif yakni suatu metode penelitian tentang dunia empiris yang terjadi pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan, secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Supardan, metode ini dituntut kehati-hatian dalam, mengumpulkan suatu data atau fakta untuk mengungkapkan beberapa hal yang diuraikan, seperti penggolongan, praktik, maupun peristiwa yang mencakup didalamnya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disusun melalui angket terhadap responden untuk mengukur pendapat atau tanggapan publik tentang sesuatu yang diteliti.
Metode komparatif
Metode komparatif adalah sejenis metode deskriptif yang ingin mencapai jawaban mendasar tentang sebab akibat, analisis faktor-faktor atau penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena. Jangkauan waktunya adalah masa sekarang. Jika jangkauan waktu terjadi pada masa lampau, maka penelitian tersebut termasuk dalam metode sejarah. Metode komparatif ini juga mementingkann perbandingan antara macam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan serta sebab-sebabnya.
Metode eksperimental
Metode eksperimental adalah suatu metode pengujian terhadap suatu teori yang telah mapan dengan suatu perlakuan baru. Pengujian suatu teori dari ilmuan yang telah dibuktikan oleh berapa kali pengujian bisa memperkuat atau memperlemah teori tersebut. Tetapi ternyata dapat dibuktikan oleh eksperimen baru, maka teori tersebut akan lebih menguat dan mungkin akan mencapai taraf hukum teori.
Metode eksplanatori
Metode eksplanatori adalah metode yang bersifat menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” sehingga lebih mendalam daripada metode deskriptif yang hanya bertanya tentang apa, siapa, kapan, dan dimana. Metode ini termasuk bagian dari emtode empiris.
Metode historis komparatif
Metode historis komparatif adalah metode yang menekankan pada analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip namun, yang kemudian digabungkan dengan metode komparatif, dengan menitikberatkan pada perbandingan natara beberapa masyarakat beserta bidangnya agar memperoleh pola persamaan beserta sebab-sebabnya. Dengan demikian dapat dicari petunjuk perilaku kehidupan masyarakat ada masa silam dan sekarang, serta perbedaan tingkat peradapan satu sama lain.
Metode fungsionalisme
Metode fungsionalisme adalah metode yang bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Metode ini berpendirian pokok bahwasanya unsur-unsur yang membentuk masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang salaing mempengaruhi, masing-masing memiliki fungsi tersendiri terhadap masyarakat.
Metode Studi Kasus
Metode studi kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam dari individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan variable dan hubungannya diantaranya variabel yang mempengaruhi status atau perilaku yang saat itu menjadi pokok kajian. Dengan demikian peneliti mampu mengungkap keunikan-keunikan objek penelitian dan menelaah hubungan antara variabel yang mempengaruhi status tau perilaku yang dikaji.
Metode survey
Metode survei adalah metode yang berusaha untuk memperoleh data dari anggota populasi yang relatif besar untuk mementukan keadaan, karakteristik, pendapatdan populasisekarang yang berkenaan dengan satu variable atau lebih.[13]
Metode dalam sosiologi agama pada umumnya bahwa terdapat dua jenis cara kerja (methode). Pertama, metode empiris yaitu menyandarkan diri pada keadaan yang nyata (empirik) didapat didalam masyarakat. Hal ini dapat diaplikasikan dalam penelitian. Kedua, Metode rasionalisme yaitu mengutamakan pemikiran dengan logika dan pemikiran sehat untuk mencapai pertain tentang masalah-masalah kemasyarakatan.
Dalam seluruh pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif, sosiologi agama menggunakan tiga metode, yaitu observasi, interview, dan Angket untuk menggali masalah masalah keagamaan yang dianggap penting dandibutuhkan. Walaupun ada pula yang menyebut ketiga metode tersebut sebagai teknik penelitian, karena teknik itu merupakan cara pelaksanaan (operasional) yang lebih rinci, rutin, mekanis, dan spesialis.[14]
Tema-Tema Sosiologi dalam Studi Islam
Setidaknya ada lima tema dalam studi Islam yang dapat menggunakan pendekatan sosiologi, di antaranya :[15]
- Studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat. Studi Islam dalam bentuk ini mencoba memahami seberapa jauh pola-pola budaya masyarakat (seperti menilai sesuatu itu baik atau buruk) berlandaskan pada nilai-nilai agama, atau seberapa jauh struktur masyarakat (seperti supremasi kaum lelaki) berpangkal pada ajaran tertentu suatu agama, atau seberapa jauh perilaku masyarakat (seperti pola konsumsi atau berpakaian masyarakat) berpangkal pada ajaran tertentu dalam suatu agama.
- Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap pemahaman ajaran agama atau konsep keagamaan, seperti letak geografis antara Basrah dan Mesir melahirkan qaul qadim dan qaul jadid oleh Imam Syafi’I atau bagaimana fatwa yang dilahirkan oleh ulama yang dekat dengan penguasa tentu berbeda dengan ulama independen yang tidak dekat dengan penguasa hal tersebut terjadi karena ada perbedaan struktur sosial.
- Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat, studi ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pola penyebaran agama dan seberapa jauh ajaran agama itu diamalkan oleh masyarakat. Studi evaluasi tersebut juga dapat diterapkan untuk mengujicoba dan mengukur efektifitas suatu program. Misalnya seberapa besar dampak penerapan UU No. 1 Tahun 1974 dalam mengurangi angka perceraian.
- Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim.
- Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat melemahkan atau menunjang kehidupan beragama.
Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam
Sejak awal permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada semua lapisan masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut untuk terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh dijadikan sekedar lambang kesolehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konsepsional, menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntunan terhadap agama seperti itu dapat dijawab apabila pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.[16]
Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini, selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya. Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut: [18]
- Dalam Al-Quran atau Hadis, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam tersebut berkenaan dengan urusan mua‟amalah. Menurut Ayatullah Khomeini perbandingan antara ayat-ayat ibadah dengan ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah 1:100. Untuk satu ayat ibadah ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
- Bahwa ditekankannya masalah mu’amalah atau sosial dalam masalah Islam adalah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan mu’amalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan, tentu bukan ditinggalkan melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
- Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan, karena itu shalat yang dilakukan berjamaah adalah lebih tinggi nilainya dari pada shalat yang dikerjakan sendirian.
- Dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah tidak dilakukan dengan sempurna atau batal, maka kifaratnya (tebusannya) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
- Dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat amalan lebih besar dari pada ibadah sunnah.
Berdasarkan pemahaman kelima alasan diatas, maka melalui pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-Qur‟an misalnya dijumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu hanya baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada ajaran agama itu diturukan.[19]
Dalam kajian pendekatan sosiologi dalam studi Islam, banyak para penulis baik penulis dari barat maupun penulis muslim itu sendiri, yang telah menghasilkan karyanya tentang sosiologi yang ada hubungannya dalam memahami agama. Diantaranya adalah Clifford Geertz dalam bukunya The religion of Java, tulisannya ini sangat memberikan kontribusi yang luar biasa meskipun banyak kritikan yang dilontarkan kepadanya.
Namun dari segi metodologi banyak manfaatnya yang bisa diambil dalam karyanya ini. Geertz menemukan adanya pengaruh agama dalam pojok dan celah kehidupan Jawa. Masih banyak lagi karya Geertz yang lain seperti Religion as a cultural system dalam Anthropological approachhes to the studi of religion, juga karyanya yang lain; Tafsir kebudayaan, after the fact, politik kebudayaan Islam serta karya-karya Geertz yang lainnya.
Menurut Akbar S.Ahmad tokoh-tokoh sosiologi dalam dunia Islam telah tumbuh dengan pesat jauh sebelum tokoh-tokoh dari barat muncul, seperti seorang tokoh muslim Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Menurut sumber-sumber otentik, karya al-Biruni lebih dari 200 buah, namun hanya sekitar 180 saja yang diketahui dan terlacak.beberapa diantara bukunya terbilang sebagai karya monumental. Selain yang telah tersebut di atas . Seperti buku al-Atsar al-Baqiyah, al-Qurun al-Khaliyah (peninggalan bangsa-bangsa kuno) yang ditulisnya pada 998 M, ketika dia merantau ke-Jurjan, daerah tenggara laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut, al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta dan festival bangsa-bangsa kuno.[20]
Ali Syari’ati merupakan salah satu tokoh sosiologi, yang menyatukan ide dan praktik yang menjelma dalam revolusi Islam Iran. Kekuatan idenya itulah yang menggerakkan pemimpin spiritual Iran, Ali Khomeini memimpin gerakan masa yang melahirkan Republik Islam Iran pada tahun 1979. [21]Sebagai sang sosiolog yang tertarik pada dialektis antara teori dan praktik : antara ide dan kekuatan-kekuatan sosial dan antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan.
Dua tahun sebelum revolusi Iran- Syari‟ati telah menulis beberapa buku, diantaranya : Marxisme and other western Fallacies, On the Sociology of Islam, Al-Ummah wa Al-Imamah, Intizar Madab I’tiraz dan Role of Intellectual in Society. Selanjutnya Ibnu Batutah, adapun karyanya yang berjudul Tuhfah al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa Ajaib al-Asfar (persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dan perjalanan yang mengagumkan)
Kemudian tokoh sosiologi yang tidak asing lagi yaitu Ibnu Khaldun, pemikiran dan teori-teori politiknya yang sangat maju telah mempengaruhi karya-karya para pemikir politik terkemuka sesudahnya seperti Machiavelli dan Vico. Dia mampu menembus ke dalam fenomena sosial sebagai filsuf dan ahli ekonomi yang dalam ilmunya. Dia juga peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum opus-nya, Al-Muqaddimah. Adapun teori yang dikemukakan Ibnu Khaldun dikenal orang dengan teori disintegrasi (ancaman perpecahan suatu masyarakat/bangsa).
Dia menulis soal itu lantaran melihat secara faktual ancaman disintegrasi akan membayangi dan mengintai umat manusia bila mengabaikan dimensi stabilitas sosial dan politik dalam masyarakatnya. Setidaknya, berkat dialah dasar-dasar ilmu sosiologi politik dan filsafat dibangun. Tidak heran jika warisannya itu banyak diterjemahkan keberbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. [22] Juga banyak tokoh-tokoh sosiologi Indonesia seperti: Soerjono Soekanto, diantara karyanya; sosiologi suatu pengantar. Di antara hasil karyanya; masyarakat desa di Indonesia masa ini, beberapa pokok antropologi sosial dan lain-lain.
Daftar Rujukan
[1] (Henri L. Tischler, 1990:380)
[2] Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metologi Sejarah ( Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1993) , hlm. 4-5
[3] Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam ( Jakarta: Raja Grafindo Persada 2002 ) , hlm. 83-86
[4] Ibid., hlm. 39
[5] Abdul Syani, Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat ( Lampung: Pustaka Jaya, 1995 ) , hlm. 2
[6] Zainimal, Sosiologi Pendidikan, (Padang: Hayfa Press, 2007) , hlm. 74
[7] Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia-UMM Press, 2002) , hlm. 21
[8] Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983) , hlm. 7
[9] Sri Suprapto, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty, 2013) , hlm. 128
[10] Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: Bumi Aksara) , hlm. 42
[11] Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) , hlm. 10
[12] Supardan, Pengantar Ilmu Sosial, hlm. 91-93
[13] Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. (Jakarta:
Rajawali Pers) , hlm. 40
[14] Ibid
[15] Ibid , hlm. 242-245
[16] Rosihan Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009) , hlm. 71
[17] Nata, Metodologi Studi Islam , hlm. 27-28
[18] Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1986) , hlm.48
[19] Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 48
[20] Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam (Bandung: Mizan 2003) , hlm.
69
[21] Ibid, hlm. 302
[22] Ibid, hlm. 173
Penulis: Alfin Ardiansah, Aida Dyah Nur Safara, Ana Vironika, Dewi Ayu Agustin, Hanif Kurnia saputri, Zulfa Nafisatil A’yun