teradesa.com. Semua matakuliah (maddah) pokok di semester dua adalah berkaitan dengan fiqh. Misalnya maddah; fiqih mazhabi, ushul fiqh, fiqih muqaran, qadaya fiqh mu’ashirah. Diantara maddah tersebut, yang paling seru adalah fiqh madzhabi, qadaya fiqh mu’ashirah karena membahas masalah mutakhir dibidang fiqih seperti bayi tabung, dan juga fiqh mazhabi. Nah, di sini Masisir (mahasiswa Indonesia) berbeda dengan misriyat. Kalau masisir, wafidat, dan anak-anak Malaysia mengambil maddah fiqih mazhab syafii. Sedangkan misriyat mengambil fiqih mazhab Hanafi. Karena mazhab Hanafi lebih masyhur di negara Mesir.

Maddah-maddah asasi tersebut pelajari ditermin kedua (semester 2), alhamdulillah saya lulus semua. Disamping itu, ada juga maddah tauhid (ilmu kalam) dan bahts (penelitian/cara penulisan ilmu fiqih dan ushul fiqih). Dilain pihak, ada jam pelajaran hafalan al-Quran atau muraja’ah mandiri, tanpa dukturah pengampu maddah. Semua maddah di atas, sudah ada di jam pelajaran termin satu, kecuali tauhid dan qadaya diambil di termin dua.

Maddah-maddah yang sudah diujikan di termin satu tidak dipelajari lagi ditermin dua adalah ilmu alat. Ilmu alat adalah ilmu dasar untuk bisa mempelajari muqoror/diktat asasi, seperti; nahwu sharf dan bahasa inggris. Selain itu, di termin dua kami sudah melewatu ujian maddah tarikh tasyri’, tafsir ayat ahkam, dan ‘Ulumul Hadits.

Semua maddah diujikan dengan ujian tulis. Ada dua maddah yang selain ujian tulis, juga ada ujian lisan, yaitu maddah al-Qur’an dan qadaya. Deg-degan juga ya untuk ujian lisannya. Belum lagi ketika aku ngerasa belum punya kemampuan berbahasa arab yang cukup, gimana aku bakal jawab pertanyaan-pertanyaan dari dukturah. Dan, belum lagi ketika ngeblank sama materi-materi yang udah disiapin. Alhamdulillah, Allah swt mudahkan semua itu.

Aku seneng banget sih, ternyata banyaknya jumlah mahasiswa Indonesia di Mesir, membuat kami sangat mudah dalam belajar, mencari lingkungan belajar yang baik, atau pun fasilitas belajar. Kayak bimbingan belajar, mudah banget kita dapetin, terutama di tingkat satu. ketika kami masih cupu-cupu dan perlu adaptasi cara belajar dan memahami muqoror.

Makanya perlu bimbingan belajar berbahasa Indonesia dulu, buat bantu kita yang kurang memahami penjelasan dukturah, apalagi di kuliah banat. Sebagian besar pembelajaran dukturoh pake bahasa ‘ammiyah (Bahasa lokal Mesir). Padahal selama ini di Indonesia, maupun di Darul Lughah belajar Bahasa Arab fusha, yakni bahasa Arab resmi yang juga dipake di kitab.

Ada keistimewaan Masisir menurut perspektif ustad ustadzah di Mesir ataupun mahasiswa negara lain. Masisir umumnya sudah punya kemampuan Bahasa Arab yang baik. Karena masisir sudah belajar di pondok pesantren bertahun-tahun dan belajar Bahasa Arab. Di darul lughah dulu, ketika kita bisa menempuh kursus bahasa selama beberapa bulan aja, mahasiswa Malaysia atau Nigeria dan negara lain, bisa selesai setelah satu tahun bahkan lebih. Dan ketika masisir bisa langsung masuk level 3 atau 4 bahkan 5, mereka biasanya baru masuk level 2 atau bahkan 1.

Tapi ada hal besar yang perlu disayangkan, mungkin itulah bukti kalau tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna wkwkwkwk. Apa itu?, di sisi lain semangat belajar masisir gak setinggi mahasiswa negara lain. Entah siapa yang menciptakan tradisi rebahan dikehidupan warga Indonesia. Yang jelas itulah yang terjadi di Masisir.

Kegiatan rebahan sangat menghambat kemajuan masisir. Ketika mahasiswa Malaysia datang pagi-pagi bareng Misriyat, Masisir belum beranjak dari tempat tidur. Dan ketika di kelas masih ada Muhadoroh di jam-jam akhir menjelang hilangnya kekuatan, Masisir sudah kembali merebahkan diri di rumah. Padahal rumah kami sangat sangatlah dekat dengan kampus, klo dibandingin sama Misriyat yang ketika berangkat jam 6 pagi, mereka baru pulang dari kuliah jam 9.

Belum lagi hal yang paling membuat aku aku geram, yaitu masisir suka begadang, tapi bangun subuh jam 8. Atau so soan solawatan sampe malam, tapi sholat subuh yang wajib diremehkan. Udah tahu Mesir bahaya, tapi banat pulang malam tanpa penjagaan dengan dalih abis ibadah mulia, solawatan. Kenapa ga siang sih solawatannya? Atau siang sibuk? Oke lah. Tapi bagaimana dengan Subuh yang waktunya melebihi solat Dhuha? Bagaimana kalau ada pelecehan di kendaraan umum karena banat pulang terlalu malam? Di sini siapa yang perlu disalahkan? Perlu muhasabah dan gebrakan perubahan, biar masisir bukan cuma unggul di ilmunya, tapi juga perlu unggul di ibadahnya.

Suka iri sama anak Malaysia, mereka yang jumlahnya jauh lebih banyak, tapi ada penjagaan yang rapi. Kalau ada banat yang butuh keluar malam, mereka wajib didampingi musyrif. Tapi, batasan pergaulan mereka luar biasa. Ga ada namanya acara gabung banin banat, apalagi acara bebas kayak masisir. Mereka pun juga menghindari acara malam hari, jadi ga ada namanya keluar malam yang membahayakan banat. Ga ada juga alasan banat minta diantar banin karna pulang malam, kecuali kebutuhan mendesak.

Kalo tradisi masisir pada acara bimbel, organisasi atau acara senat masih banyak yang campur baur banin banat. Belum lagi jalan berdua dengan yang bukan mahram udah jadi tradisi. Padahal, kalau anak Malaysia, ketemu lawan jenis aja mereka nunduk. Luar biasa. Self reminder sih. Astaghfirullah.

Oya, untuk belajar di masa pandemi C-19 ini ada dua model, yaitu blended learning (offline dan online). Mahasiswa Syariah tingkat pertama, belajar offline di hari Senin dan Kamis. Sedangkan belajar online di hari Sabtu dan Ahad. Belajar dimulai jam 9, dan terkakhir gak selalu sama tiap harinya, kadang jam 4 kdang juga bisa jam 5 bahkan mepet maghrib.

Kesannya, di al Azhar kita santai. Tinggal datang ke kuliah, duduk mendengarkan dosen jelasin materi, selesai pulang dan tidur lagi tanpa beban dan tanpa tugas. Belajar cuma 4 hari, dan klo online biasanya pake Microsoft Teams atau via telegram pake vn. Bahkan klo vn biasanya dikit banget materinya. Benar-benar terkesan santai belajar sini. Bahkan ga kuliah pun terkesan ga masalah. Tapi, bagaimana hasil yang ga belajar, yang males-malesan, yang gak punya semangat, semua bisa list sendiri diakhirnya. #Nabila

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here