teradesa.com. Umat Islam butuh sekitar dua abad untuk mencapai keemasan peradabannya. Puncaknya pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid dan al-Makmun di era Daulah Abbasiyah. Tentu, ini bukan legacy pemerintahan mereka berdua semata. Karena, puncak keemasan ini berhasil dikembangkan umat Islam secara kolaboratif-akumulatif. Dimulai dari masa awal dakwah Islam, yaitu di masa Rasulullah saw, khilafah al-Rasyidin, masa transisi (Hasan bin Ali, dan Husen bin Ali), dan Daulah Umaiyah.

Gagasan, ide, teori, ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ditemukan dan dikembangkan secara bertahap, berkesinambungan sebagai proses penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap kontribusi para ahli dan komunitas sekecil apapun bermanfaat bagi kesempurnaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu pula halnya dengan model suatu pemerintahan, banyak faktor yang berpengaruh sehingga kesempurnaan pengelolaan pemerintahan semakin baik.

Setiap gagasan, ide, dan teori selalu dipengaruhi oleh ide, gagasan, dan teori-teori lainnya. Pengelolaan pemerintahan Khilafah al-Rasyidin banyak dipengaruhi atau keseluruhannya bersumber dari nilai-nilai, norma, dan ajaran Nabi Muhammad saw. Pengetahuan, sikap, dan perilaku Hasan bin Ali dan Husen bin Ali dalam mengelola pemerintahan dan berhadapan dengan bani Umaiyah sesunguhnya merupakan pancaran dari keilmuan Rasulullah saw. Begitu pula, gagasan Daulah Umaiyah dan Daulah Abbasiyah, selain dipengaruhui ajaran Islam, juga oleh pengaruh peradaban Romawi, Bizantium, Yunani, dan lain-lain.

Kondisi yang kondusif internal pemerintahan dan masyarakat merupakan dasar bagi pengembangan peradaban. Misalnya stabilitas politik yang belum ditemukan pada masa Khilafah al-Rasyidin, dan masa transisi sehingga fokus pemerintahan masih berkutat dibidang politik dalam negeri. Sementara, di pertengahan masa Daulah Umaiyah pemerintahan mulai kondusif. Pemerintah baru bisa memikirkan untuk membangun bidang-bidang lainnya, misalnya pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya. Puncaknya, peradaban Islam sangat mencolok di masa Daulah Abbasiyah.

Dalam bidang pendidikan, Daulah Abbasiyah berhasil meneruskan model pendidikan yang telah dirintis pada masa-masa sebelumnya. Terutama, pengembangan, penemuan model-model sekolah, kurikulum, metode pemebelajaran, dan teknologinya. Berkembangnya bidang filsafat, pendidikan, dan teknologi dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah untuk menterjemahkan dan mencetak buku-buku dari Yunani. Di era ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, bahkan dapat dikategorikan sebagai puncak keemasan peradaban Islam.

Budaya melek ilmu pengetahuan dan teknologi dimulai dari program penterjemahan. Bahkan, pemerintah membayar penterjemah profesional dari luar Islam, misalnya para profesional Kristen, Sabiin, dan para penyembang bintang. Pemerintah juga menyediakan tempat tinggal bagi para penterjemah profesional ini. Hasil penterjemahan kelak dijadikan sebagai sumber pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Tidak saja materi-materi keagamaan yang dipelajari di kuttab-kuttab (sekolah), tetapi juga filsafat, dan pengetahuan umum lainnya.

Pemerintah juga mengembangkan beragam lembaga yang dapat mensupport secara langsung maupun tidak langsung bagi kemajuan bidang pendidikan. Misalnya membangun beragam jenis dan tingkatan madrasah (mulai dasar sampai perguruan tinggi), membentuk lembaga riset ilmu pengetahuan dan teknologi (bait al-Hikmah), mengembangkan toko buku, rumah-rumah para ahli, dan perpustakaan, ribath, dan rumah sakit (bimaristan).

Toko buku tidak hanya berfungsi untuk menjual buku-buku, tetapi lebih dari itu, tempat berkumpulnya pada ahli sastra, berdiskusi, dan menterjemahkan buku-buku luar Arab. Rumah-rumah para ahli, misalnya rumah Ibnu Shina dan rumah Imam al-Ghazali juga dijadikan sebagai tempat belajar langsung oleh orang-orang di sekitar atau datang dari jauh. Perpustakaan selain untuk meminjamkan buku, juga dijadikan tempat halaqah dan berdiskusi, menulis, dan menterjemahkan. Ini, sama dengan fungsi ribath yaitu untuk mengajarkan baca tulis, agama, tasawuf, fiqh, filsafat dan lain-lain. Sedangkan rumah sakit (bimaristan), selain untuk merawat orang sakit, juga dijadikan sebagai tempat pembelajaran kedokteran dan riset. #Nur Kholis.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here