teradesa.com. Cuaca hari ini sangat bersahabat; redup, semilir angin dan agak dingin. Sepertinya sudah mulai memasuki musim bediding (dingin). Seingatku setiap memasuki bulan Juni, cuaca mulai enak; tidak panas juga tidak terlalu dingin.
Para petani mulai menyiapkan tanaman memasuki musim kering (ketigo). Dinamakan musim ketigo, karena ia berada pada urutan ketiga dari musim, yaitu; Pertama, musim hujan. Kedua, musim peralihan dari hujan ke musim kekeringan. Ketiga, musim kekeringan.
Kebanayakan orang-orang di desaku hanya dapat menanam pada musim pertama dan kedua. Begitulah tradisi petani tadah hujan. Karakter petadi tadah hujan terutama adalah bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan diri-sendiri dalam waktu setahun. Bahasa ilmiahnya mereka disebut sebagai petani subsisten.
Pada musim pertama (musim hujan) semuanya menanam padi di sawah. Sedangkan yang tegalan ditanami cabe dan diselani jagung. Inilah hari-hari yang sangat sibuk bagi para petani. Pada waktu aku kecil, sangat menyukai musim ini karena orang tua selalu masak yang enak-enak; sambel kemangi plus ikan panggang, telur, pindang, dll.
Pada musim kedua (musim peralihan), baik di sawah maupun di ladang (tegalan) ditanami jagung, terong, bawang merah atau kacang-kacangan. Hasil tanaman pada musim ini biasanya dijual untuk persiapan memasuki musim ketigo. Tetapi, sebagiannya, terutama hasil tanaman jagung disimpan untuk kebutuhan makan sehari-hari.
—————
Tuben, mbak Indah nge-chat, woowww rupanya ngasih voucher gratis perawatan. Sepekan lalu aku mendengar dia membuka usaha perawatan kecantikan natasha. Dia adalah teman lamaku, waktu di SMA. Juga teman se-team bolla volley putri di sekolah. Jadi, kami termasuk satu geng-lah.
“Hai, Mimin. Selamat datang di natasha. Lama kita tidak ketemu. Ohya kamu nanti tak kasih gratis facial, dan boleh ditambah light activated therapy”. Begitu penjelasan singkat dengan suara renyahnya dan senyum yang terus mengembang.
Aku ikuti saja apa katanya. Kan memanfaatkan fasilitas gratis. Memang sudah dua tahunan aku tidak pernah melakukan perawatan wajah secara intensif. Dulu, saat masih bersama suami, aku sering melakukan hal demikian. Sekarang cuma bisa menjaga dari sisi makanan saja, terutama mengkonsumsi sayuran hijau.
Selain gratis, aku ingat jika besuk pagi aku jadwalnya nyusul Andika ke Bandara. Makanya hari ini langsung kusamperin voucher gartis itu, karena besuk aku ga bisa. Sudah sekitar tiga pekan Andika melaksanakan tugas kepolisian di NTT, sepertinya ada tugas khusus. Maklum Andika tugas tambahannya adalah di pemberantasan narkoba.
Sejak ditinggal Andika ke NTT, aku mencoba nyetir mobil pribadinya. Sebetulnya, dulu pada saat orang tua masih ada aku pernah bisa. Begitu pula saat bersama suami aku sering menggunakan mobil dinasnya, kadang nyusul ke pabrik. Jadi, tidak sulit bagiku untuk nyetir mobil, hanya butuh keberanian saja saat ini.
“mbak Mimin, besuk dikawal Awi dan Dani untuk ke Bandara. Tetapi mereka membawa mobil sendiri ngawal dari belakang”. Petunjuk singkat dari Andika untuk tugasku besuk pagi, berangkat jam 5 pagi.
Sesuai jadwal pada pagi ini, tepat jam 5.00 wib Pak Awi dan Pak Dani ke rumah. Dan, kami langsung menuju Bandara. Sesampai di bandara, sebenarnya aku meminta Pak Awi dan Pak Dani untuk pulang dulu, karena toh aku sudah di ruang tunggu. Tetapi mereka tidak mau, katanya menunggu sampai Pak Andika datang.
“Tidak mbak Mimin, kami akan tetap mengawasi dari kejauhan sampai pak Andika datang, dan tetap mengawal sampai kantor. Karena kami melihat ada gelagat mencurigakan orang yang mengikuti kita sejak dari rumah”. Penjelasan Pak Awi dan Pak Dani. Aku mencoba mengerti protokol pengawalan kepolisian.
Aku mempersilahkan Pak Awi dan Pak Dani untuk membeli sarapan di kantin Bandara, tepatnya di Timur Masjid. Aku menunggu Andika di ruang tunggu kedatangan penerbangan lokal. Dan, seperti biasanya, aku selalu mengabarkan tentang aktifitas kepada Cahya.
“Ya, hati-hati”. Dia hanya dingin jawabnya, sebel juga sebetulnya. Tapi hanya dengan aku bisa ngobrol meski hanya via chating.
Dibelakangku ada dua laki-laki yang terlibat cekcok serus. Bahkan keduanya mengeluarkan senjata tajam. Tetapi anehnya kedua senjata tajamnya diarahkan kepadaku. Aku takut dan segera aku menggesar posisi duduk. Semakin lama, mereka terus mengikuti sambil cekcok. Untung Pak Awi dan Pak Dani merespon secara cepat.
Mereka dilerai, ditangkap dan diborgol kemudian diamankan di ruang pihak keamanan Bandara. Ternyata cekcoknya tadi hanya modus untuk mencelakaiku. Tidak lama kemudian pesawat Andika sudah landing. Begitu mendapat cerita dari Pak Awi dan Pak Dani. Andika langsung masuk ruangan dan menginterogasi keduanya. Entah, apa yang ditanyakan.
Setelah diinterogasi beberapa waktu. Mereka dibawa ke Mapolda, diserahkan dan dibuatkan BAP untuk menjadi tawanan Mapolda. Aku sebetulnya tidak tahu bagaimana alurnya, karena Andika tidak mau bercerita detail. Dalam perjalanan pulang, Andika juga mampir ke Mapolres yang dilewati. Entah apakah memang seperti itu prosedurnya. Aku tidak mau mengerti.
#11 cerbung, by Cak Nur.