teradesa.com. Perkembangan masyarakat modern ditandai oleh dibutuhkannya tenaga-tenaga manusia yang memiliki kemampuan (ability) spesific. Semakin spesific, unik, dan khusus, maka pekerjaan tersebut semakin menarik. Saat ini kita sudah memasuki era meritocratic society, di mana hanya orang-orang yang memiliki keunggulan pengetahuan, ketrampilan, dan jaringan khusus yang dapat eksis.
Berkembangnya masyarakat merit ini menjadikan rekrutment tenaga kerja semakin demokratis, dan selektif sesuai kepasitas yang dibutuhkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin selektif sesuai kemampuan yang dibutuhkan, maka output hasil kerja sumber daya dalam suatu lembaga akan semakin efektif dan efisien.
Oleh karena itu, semakin modern suatu masyarakat, maka praktik nepotisme menjadi hilang dengan sendirinya. Dengan demikian, pendidikan tetap menjadi satu-satunya cara untuk dapat merubah kesejahteraan dan kesetaraan kesejatahteraan masyarakat yang berkeadilan.
Konsep dan makna sekolah sekarang sudah seharusnya dipahami secara tidak kaku lagi; sentralistik, administratif oriented, input oriented, dan sebagainya. Kemampuan mengkapitalisasi beragam sumber pembelajaran, metode, teknis, dan social kapital sekolah, maka dapat memungkinkan masing-masing sekolah diberbagai tingkatan dan wilayah dapat mengkreasi sesuai kebutuhan dan situasi kondisi sekitarnya.
Memberikan kebebasan, dan mandat kepada masing-masing Daerah dan Kepala Sekolah untuk mengelola sebaik mungkin, efisien, dan efektif suatu sekolah akan berdampak pada hasil pembelajaran yang baik. Sekolah-sekolah yang dapat memaksimalkan partisipasi stakeholders dalam pengelolaan sekolah, akan berdampak pada meningkatnya mutu sekolah, baik mutu secara akademik maupun mutu non-akademik.
Mutu akademik adalah berkaitan dengan kualiats pengetahuan, ketrampilan dan sikap anak. Sedangkan mutu non-akademik berkaitan dengan berkembangnya potensi-potensi bakat, minat, dan hoby anak.
Berkembangnya potensi-potensi akademik dan non-akademik anak akan memungkinkan kelak mereka dapat memanfaatkannya untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Kebanyakan orang-orang yang sukses karena mereka bekerja sesuai potensi diri dan kepeminatannya.
Minat, hoby, dan bakat yang dielaborasi, didalami, dan ditekuni juga dapat menjadi pekerjaan. Begitu juga halnya dengan potensi akademik bahwa kemampuan, ketrampilan dan sikap menjadi penentu mereka dapat bekerjasama dengan orang atau lembaga-lembaga lainnya.
Kemampuan menyatukan antara kemampuan akademik dan non-akademik dapat menjadikan seseorang memiliki kapasitas pembeda. Kapasitas pembeda merupakan kemampuan spesifik yang dimiliki seseorang, karena ia berhasil menyatukan secara seimbang antara potensi akademik dan non-akademik yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat meritocratic berbasis digital. #Nur Kholis