Ruh Kesemestaan

0
100

teradesa.com. Sebetulnya, penulis tidak memiliki pengetahuan yang mendalam tentang topik ini. Hanya, sekedar pengetahuan reflektif terhadap realitas “yang ada” dari unsur kesemestaan. Selain juga, tidak terlalu serius dan tidak berdasar rujukan. Mengapa benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan manusia memiliki kemiripan dalam banyak aspek? Sebagaimana penulis uraikan sebelumnya. Dan, dari sisi jasmaniah, maupun keberfungsiannya dalam siklus keberlansungan kesemestaan.

Termasuk tentang ada manusia yang jahat, tetapi banyak yang baik. Ada tumbuhan, hewan, dan benda mudarat (merugikan), tetapi banyak juga yang memiliki manfaat, baik bagi manusia maupun makhluk lainnya? Tuhan-lah yang mengetahui rahasia ini. Manusia, hanya diberi pengetahuan yang sangat sedikit tentang ini (QS. al-Isra’/17: 85). Hal ini, patut diduga berkaitan dengan ruh ilahiyah yang bersemayam dalam semua ciptaan-Nya.

Setidaknya terdapat dua ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang ruh. “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh (ciptaan)- Nya kedalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur”. (QS. as-Sajdah/32: 9). “Maka apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud”. (QS. al-Hijr/15: 29).

Kedua ayat tersebut sangat jelas menerangkan tentang ditiupkannya ruh kedalam makhluk. Makhluk (ciptaan)-Nya tidak bisa dipahami hanya manusia, tetapi juga makhluk-makhluk lainnya, seperti; benda-benda semesta, tumbuh-tumbuhan, dan hewan (didalam dan di atas bumi, udara). Mereka semua tunduk, bertasbih, dan patuh terhadap masing-masing takdirnya. Kepatuhan makhluk selain manusia, berupa keberfungsian, kebermanfaatan, dan kemudaratan bagi yang lainnya.

Konteks ini dapat dijelaskan dengan meminjam konsepnya Ibnu ‘Arabi tentang tanazzul. Konsep tanazzul berkaitan dengan hubungan antara Tuhan dengan ciptaan-Nya. Khususnya dalam hal bagaimana realitas kesemestaan berkaitan dengan Tuhan. Tanazzul mengacu pada pandangan bahwa Tuhan secara terus menerus “menurunkan” aspek-aspek dari realitas-Nya kedalam ciptaan-Nya. Juga, mencakup ide bahwa segala sesuatu dalam alam semesta mencerminkan keberadaan (sifat-sifat) Tuhan.

Ibnu ‘Arabi juga berpandangan bahwa “wujud mufrad” (Keberadaan Tunggal) yang merupakan sifat mutlak dari Tuhan yang unik dan tidak dapat dibagi-bagi. Dalam konteks ini, semua wujud lainnya (makhluk) adalah manifestasi atau penurunan dari wujud Tuhan. Dalam setiap entitas atau obyek (benda-benda semesta, hewan, tumbuhan, dan manusia), terdapat keberadaan (sifat-sifat) Tuhan yang mencerminkan keberadaan-Nya yang mutlak.

Keberfungsian, kebermanfaatan, dan kemudaratan semua makhluk adalah karena terdapat “penurunan” (tanazzul)-Nya dari sifat-sifat dan kemutlakan-Nya. Sifat utamanya adalah luapan kasih sayang-Nya, sehingga tidak ada satu makhluk-pun yang tidak memiliki manfaat atau fungsi dalam proses keseimbangan alam semesta. Termasuk, kemudaratan suatu makhluk bagi makhluk lainnya. Dalam suatu hadis Qudsi dijelaskan bahwa penciptaan makhluk merupakan wujud luapan kasih sayang-Nya.

Selain penyediaan nutrisi dan energi yang dihamparkan Tuhan di alam semesta ini sebagai wujud luapan kasih sayang-Nya. Maka Tuhan juga menurunkan aturan-aturan (syari’ah). Syariah merupakan sumber etika normatif dan panduan hidup dan keberhidupan yang sesuai dengan kompleks unsur jasmaniah makhluk. Misalnya, dalam Islam larangan memakan dan meminum suatu tertentu, karena memang didalamnya mengandung mudarat/membahayakan jasmani dan ruhaninya.

Begitulah, sejatinya maqashid syariah adalah untuk mewujudkan kebaikan bagi semua makhluknya. Terutama adalah untuk kebaikan manusia, sebagai karnivora tingkat tinggi. Dibolehkan dan diharamkan suatu makanan dan minuman bagi manusia adalah sejatinya karena memang memiliki fungsi dan/atau membahayakan bagi jasmaniah dan ruhaniahnya. Tidak ada satupun makanan dan minuman yang dilarang dalam Islam, selain karena membahayakan bagi manusia itu sendiri. Itulah—wujud luapan kasih sayang-Nya. Nur Kholis

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here