teradesa.com. Semua benda-benda, hewan, dan manusia pada akhirnya akan kembali ke alam. Termasuk benda-benda matipun akan mengalami perubahan dan terurai menjadi bagian dari unsur-unsur alam semesta. Apapun yang berasal dari alam, pada akhirnya kembali ke alam. Begitulah siklus kehidupan dan/atau rantai makanan. Makhluk hidup lahir dari alam dan akan kembali ke alam melalui proses kematian dan dekomposisi.
Kematian adalah menandai titik akhir episode kehidupan suatu benda dan makhluk. Dia akan diurai dan dimakan oleh makhluk lainya untuk dapat melangsungkan kehidupannya. Benda, hewan, dan manusia ditakdirkan Tuhan untuk saling memakan. Bahkan, fenomena manusia memakan manusia juga dapat kita temui, baik dalam bentuk simbolic maupun riil. Atau, apapun benda dan hewan dimakan oleh manusia.
Dalam konteks kehidupan di alam jagat raya, manusia menjadi tokoh utama. Dia-lah pelaku, aktor tunggal. Bahkan dialah yang merancang dan mengeksekusi perilakunya. Fungsi kekhalifahan manusia menjadikannya ia memiliki wewenang dan tugas yang tidak tak terbatas terhadap alam semesta. Tetapi disisi yang lain, manusia sangat lemah menghadapi diri dan tantangan unsur alam lainnya.
Tidak ada yang benar-benar digdaya. Manusia yang dibekali kemampuan akal. Dan, dengan akal itu ia mampu menciptakan alat yang dapat melumpuhkan lautan dan udara, tetapi ketika alatnya mengalami kerusakan, maka ia bahkan tidak bisa menolong dirinya sendiri. Harimau, yang dijuluki raja hutan juga dapat dilumpuhkan oleh hewan lainnya. Lagi-lagi, begitulah siklus kehidupan dan mata rantai makanan yang ditakdirkan Tuhan.
Mata rantai makanan (saling memangsa) merupakan konsep fundamental dalam ekologi yang menggambarkan bagaimana energi dan nutrisi mengalir melalui berbagai organisme dalam suatu ekosistem. Konsep ini mencerminkan hubungan makan-memakan yang terjadi antara berbagai tingkat trofik didalam ekosistem. Energi dan nutrisi berpindah dari satu organisme ke organisme lainnya, membentuk urutan linier dari pemangsa satu ke pemangsa lainnya.
Ilmu biologi mempelajari tingkatan trofik ini. Dan, membedakannya menjadi tiga tingkat, dimulai dari; Pertama, produsen adalah organisme yang memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis atau kemosintesis. Kedua, konsumen adalah organisme yang mengkonsumsi produsen atau organisme lainnya. Tingkat ini dibedakan menjadi konsumen herbivora, karnivora, omnivora, dan karnifora tingkat tinggi (manusia masuk kategori ini). Ketiga, pelapuk (decomposers). Manusia termasuk bagian dari sasaran docomposers ini.
Kedigdayaan dalam episentrum kesemestaan ini hanyalah dimiliki oleh alam semesta. Semua benda, hewan, dan manusia pada akhirnya akan tersedot dalam pusaran ketidakterbatasan semesta. Siklus demikian merupakan instrument penting agar alam tetap memiliki keseimbangan (equilibrium). Jika kita bersedia memperhatikan, kerusakan suatu titik tertentu dalam alam semesta, maka akan terjadi proses penyeimbangan dalam bentuk kerusakan, dekomposisi, dan wujud benda/makhluk baru.
Semua makhluk (ciptaan Tuhan) memiliki unsur yang sama dengan yang terdapat didalam alam. Bahkan didalam QS. al-Mu’minun/23: 12-14, secara gamblang dijelaskan bahwa manusia pada awalnya diciptakan dari tanah. Oleh karena itu, diujung kematiannya, mereka juga akan kembali ke tanah. Hanya, dalam konsep Islam, semua makhluk memiliki dua unsur utama, yaitu; jasmani dan ruhani.
Jasmaniah-lah yang kembali ke alam, sedangkan ruhani kembali ke penciptanya. Apakah hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda juga memiliki ruh? Semua makhluk hidup memiliki nafas kehidupan (ruh), baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setidaknya ini dapat kita pahami dari QS. as-Sajda/32: 9 dan QS. al-Hijr/15: 29. Ruh makhluk kembali ke Tuhan, karena ia berasal dari-Nya. Sedangkan jasmaniahnya kembali ke bumi (alam), karena ia berasal dari tanah (alam). Nur Kholis