Sumber Pengetahuan

teradesa.com. Setidaknya ada dua peristiwa yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan sumber pengetahuan. Pertama, Allah swt mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam as. (QS. al-Baqarah/02: 31-33). Kedua, perintah kepada Nabi Muhammad saw untuk membaca (QS. al-Alaq/96: 1-5). Kedua peristiwa ini menjadikan alam semesta dan manusia itu sendiri sebagai obyek untuk dipelajari, diteliti, dikaji, dan dibaca.

Benda-benda dalam alam semesta (macrocosmic) dibagi menjadi tiga, yaitu: Pertama, benda-benda yang ada didalam perut bumi. Kedua, benda-benda yang ada di daratan atau di atas bumi. Ketiga, benda-benda yang terdapat di udara. Masing-masing tempat benda-benda ini, jika diteliti dan dipelajari lebih mendalam dapat menghasilkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi manusia dan alam semesta itu sendiri.

Manusia (microcosmic), disisi yang lain berfungsi ganda. Selain sebagai alat (instrument), juga menjadi sumber pengetahuan. Segala aspeknya, jika dipelajari dan diteliti dapat menghasilkan ilmu pengetahuan, misalnya; otak (neurologi), jasmani (biologi), non-fisik (psikologi), interaksi antar manusia (sosiologi), rentang kehidupan spesies manusia (sejarah), transaksi antar manusia (ekonomi), tempat manusia (geografi), asal usul dan kecenderungan pemikiran (budaya), dan banyak lagi.

Inilah, rahasia mengapa Allah swt pertama kali mengajarkan kepada Nabi Adam as, setelah dinobatkan sebagai khalifah adalah tentang nama-nama benda, bukan nama-nama kata kerja. Tujuannya adalah agar manusia dapat memanfaatkan semua unsur kebendaan tersebut untuk diformulasikan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Begitulah, makna tugas manusia (khalifah) adalah untuk memakmurkan bumi (QS. Huud/11: 61).

Selain pengetahuan tentang alam semesta dan kemanusiaan (kontekstual), untuk menyempurnakan pengetahuan kekhalifahaannya, maka seseorang perlu mempelajari sumber lain yang tekstual yaitu al-Qur’an. Al-Qur’an memberikan banyak informasi/pengetahuan tentang etika, norma, pengetahuan kesemestaan, dan pengetahuan tentang kehidupan akhirat. Pengintegrasian sumber pengetahuan; tekstual (qauliyah) dan kontekstual (kauniyah) dapat menghasilkan ilmu pengetahuan yang komprehensip tentang hidup dan kehidupan manusia.

Terdapat beberapa alat untuk menghasilkan beberapa dan gabungan ilmu pengetahuan. Pertama, indra. Indra adalah alat untuk mempersepsi alam materi (alam semesta dan manusia), dengan alat tersebut (indra) manusia memperoleh pengetahuan dari alam materi. Indra berfungsi untuk menerima (receptor) dan menstimulan semua yang diterimanya untuk dianalisis oleh sistem logika dalam otak manusia, sehingga menghasilkan pengetahuan baru.

Kedua, argumen logika. Argumen yang rasional—dalam ilmu logika disebut qiyas (silogisme) atau burhaan (demonstrasi)—yang merupakan bentuk praktik atau tindakan akal manusia. Instrumen tersebut (akal) dapat difungsikan pada saat kita (manusia) meyakininya sebagai sumber pengetahuan. Semua manusia sejak dilahirkan tidak memiliki pengetahuan apapun. Tetapi semakin tumbuh, berkembang, dan dewasa, maka ia semakin bertambah pengetahuannya. Dengan kemampuan logika, ia dapat menghasilkan pengetahuan barunya.

Ketiga, penyujian jiwa (tazkiyah al-nafs). Hati dan intuisi seseorang dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan. Sedangkan alatnya adalah penyucian jiwa. Jiwa yang tidak jernih sulit membedakan antara kebaikan-keburukan, boleh-tidak boleh, dan sebagainya. Salah satu cara penyucian hati adalah mereduksi kepentingan duniawi/indrawiyah, dan berusaha selalu mendengarkan bisikan hati (intuisi) untuk menghasilkan pengetahuan baru. Pengetahuan intuisi ibaratnya pengetahuan asumsi atau hipotesis teoritis.

Menonjolkan alat pengetahuan; indra dan argumen logika an-sich, sebagaimana tradisi positivistic (saintific) hanya akan menghasilkan kebenaran pengetahuan relatif. Sebaliknya, mengintegrasikan alat pengetahuan; indra, argument logika, dan penyucian hati akan menghasilkan kebenaran pengetahuan mutlak. Tugas keilmuan manusia yang paling utama adalah menghasilkan kebenaran pengetahuan keduanya (relatif dan mutlak). Karena, integrasi kebenaran pengetahuan ini memungkinkan seseorang dapat memaksimalkan tugas kekahalifahannya.

Akhirnya, tugas manusia adalah menjadikan sumber-sumber pengetahuan qauliyah dan kauniyah secara integral. Kedua sumber ini sejatinya adalah bersifat saling menjelaskan. Tugas ilmuwan adalah menjelaskan, menemukan, dan menghasilkan rumusan prediktif berdasarkan kajiannya terhadap sumber-sumber pengetahuan itu, sehingga mampu menemukan kebenaran pengetahuan. Kebenaran pengetahuan itu-lah yang dapat menjadkan manusia semakin baik dan bermanfaat sesuai tugas kemanusiaannya. Nur Kholis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top