teradesa.com. Pandemi Covid-19 sudah memasuki tahun kedua. Hal ini sudah tidak bisa lagi kita elakkan. Diam bukan menjadi solusi. Tetapi aksi nyata akan menjadi obatnya. Tentu selama satu tahun, kita sudah berupaya untuk bertahan dalam darurat kehidupan. Satu tahun bukanlah waktu yang pendek. Upaya patuhi protokol kesehatan masih tetap terus digencarkan. Masker menjadi salah satu protokol kesehataan yang wajib kita gunakan. Tetapi dalam masyarakat masih abai dengan dampak limbah masker bagi lingkungan.
Faktanya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berhasil mengumpulkan data
limbah medis selama pandemi Covid-19. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah limbah
medis sejak awal pandemi Covid-19 hingga Juli 2021 mencapai 18.460 ribu ton. Khusus
limbah masker di Jawa Timur tepatnya daerah Surabaya, Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Surabaya telah memperoleh data yang menunjukkan 863,15 kilogram limbah masker per-bulannya.
Limbah masker ini justru menjadi penyumbang sampah terbesar di TPA. Karena dalam
CNN Indonesia, Anna menerangkan bahwa sampah masker menyumbangkan 43,85%. Sampah ini lebih banyak daripada sampah jenis lainnya. Hal ini menjadi kekhawatiran kami terhadap lingkungan di Masa Pandemi dan setelahnya. Karena limbah masker memiliki dampak buruk baik kesehatan maupun lingkungan.
Limbah masker ini termasuk dalam limbah bahan berbahaya dan beracun atau B3. Masker
medislah yang mendominasi di masyarakat. Masker ini berbahan dasar polipropilen. Polipropilen merupakan salah satu jenis plastik. Tentu kita tahu bahwa plastik akan terurai sangat lama. Tidak cukup satu tahun, dua tahun maupun sepuluh tahun melainkan ratusan tahun.
Masker-masker yang terbuang sembarangan di tempat umum tidaklah enak dipandang.
Kenyamanan kita berada di lingkungan pun terganggu. Apabila rasa nyaman tidak kita dapatkan hal ini akan berdampak pada psikologis diri. Psikologis diri akan tertekan sehingga depresi dan stress dapat dengan mudah menghampiri kita.
Bahaya limbah masker dapat kita hindari melalui berbagai upaya. Upaya-upaya penanganan limbah masker ini juga harus segera dilakukan. Tidak hanya di lingkungan tenaga kesehatan tetapi juga di masyarakat. Penanganan ini telah didukung pemerintah melalui Surat Edaran (SE) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MenLHK) Nomor. SE3/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2021 mengenai Pengelolaan Limbah B3 dan Sampah dari
Penanganan Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Apa yang harus dilakukan?
Limbah masker medis harus dikelola dengan baik dan tepat. Masyarakat harus memahami
proses pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun ini. Dilansir dari infeksiemerging. kemkes.go.id, pengelolaan limbah masker harus melalui beberapa tahap. Tahap pertama, mengumpulkan masker bekas dipakai. Tahap kedua, melakukan desinfeksi dengan merendam masker dalam larutan klorin/pemutih/disinfektan. Tahap ketiga, mengubah bentuknya dengan mencacah maupun merobek. Tahap keempat, membuangnya ke tempat sampah rumah tangga atau domestik. Karena limbah masker ini termasuk dalam limbah domestik. Tahap kelima, mencuci tangan.
Bagaimana penanganan untuk jangka panjang?
Sinergitas seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah harus terus berlangsung. Karena pengelolaan limbah masker ini tidak hanya di Masa Pandemi tetapi berkelanjutan. Penanganan jangka panjang yang dapat dilakukan antara lain:
Pertama, Aksi dan sosialisasi bencana non alam. Limbah masker ini meningkat pesat tidak lain karena ditetapkannya pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 ini termasuk bencana non alam. Oleh karena itu, aksi dan sosialisasi pencegahan penularan Covid-19 yang mendorong masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan harus dibarengi dengan penjelasan dampak positif dan negatif masker. Serta, penanganan limbah masker yang baik dan tepat.
Kedua, Aksi dan sosialisasi bencana alam. Limbah masker memunculkan dampak negatif pada manusia, hewan, dan alam. Hal ini akan meningkatkan bencana alam yang terjadi di Indonesia. Walau tidak dalam skala besar untuk saat ini. Tetapi bisa menjadi skala besar di masa depan apabila tidak kita tangani segera. Misalnya, limbah masker yang sedikit demi sedikit terkumpul pada selokan yang akan menghambat aliran air. Jika datang musim hujan dan masyarakat tidak sadar telah tersumbat selokannya, akan menyebabkan banjir. #Zulfa Ilma Nuriana