teradesa.com. Siang ini, di Kota T, cuaca sangat panas dan sedikit berdebu. Aku sengaja tidak keluar rumah. Lagian, untuk apa keluar. Mungkin karena beberapa hari makan seadanya, kepalaku berkunang-kunang, mumet, dan gemetar. Aku membuka kulkas, “ohya ini ada nasi goreng tinggal separoh”. Aku sangat senang, bisa sarapan. Tadi malam teman mengirim nasi goreng via grabfood, sengaja aku makan seporohnya saja.
Seperti hari-hari biasanya, setelah makan, aku membersihkan rumah dalam dan luar. Pada saat membersihkan depan rumah, saya melihat ada sesuatu terbungkus kain putih diletakkan di teras. Aku dekati dan membukanya. Isinya boneka kecil ditusuk jarum dan kembang. Aku tidak tahu maksud dari benda-benda diletakkan di teras rumahku. Akhirnya, benda itu kumasukkan kedalam bak sampah, dan kubakar.
Setelah semua bersih, aku masuk kedalam rumah. Ingin segera membersihkan diri; mandi dan sholat dhuha. Tiba-tiba kakiku tergelincir di kamar mandi. Sakit sekali rasanya, dibagian mata kaki bengkak. Aku tidak bisa meminta bantuan siapapun, termasuk sepupuku yang rumahnya di belakang rumahku. Aku yakin pasti dia tidak mau membantu. Kejadian ini kuceritakan via chat pada teman jauh. Dia mengirimkan pesan, “coba dibobok beras kencur, bikin sendiri, semoga lekas sembuh, amin yra”.
Kucoba mengikuti saran teman jauh ini. Aku jalan ke dapur dengan sempoyongan dan gigit gigi, merasakan sakitnya kaki kananku. Di dapur tidak kudapati kencur, memang sudah lama aku tidak memasak. Ya, memang tidak ada yang dimasak. Aku duduk di dapur, kupijit-pijit kakiku dengan kedua tanganku. Perlahan aku merasakan sedikit enak’an. Pikirku, “semoga bengkaknya tidak fatal”.
Dari dapur kudengar ada yang ketuk-ketuk pintu, semakin lama ketukannya keras, bahkan sampai menggedor-gedor pintu. Sebetulnya, aku ingin segera membuka pintu depan, tetapi apa daya, jalan saja rasanya tidak sanggup. Sekuat tenaga aku berjalan menuju pintu depan sambil merasakan sakitnya kakiku. Kubuka pintu, “dasar asu, diketuk-ketuk pintu tidak segera dibuka”. Oh, rupanya sepupuku yang datang. Dia memang selama ini sangat kasar denganku.
Aku hanya terdiam dan bersimpuh di lantai. Dari kejauhan sepupuku melemparku dengan batu. Ya Allah, lemparannya mengenai kakiku yang bengkak. Kaki yang bengkak tambah berdarah. Dia tidak merasa bersalah, malah dengan kata kasarnya ingin meminjam rumah almarhum adikku. “Aku pinjam rumah adikmu untuk menginap calon besan dari Solo, nanti bersihkan dulu, listrik nyalakan, dan airnya kamar mandi dipenuhi”. Dia ngeloyor balik ke rumahnya.
Aku hanya bisa menangis, merintih kesakitan. Bengkaknya saja belum sempat terobati. Sekarang malah luka menganga, dan berdarah. Aku hanya bisa pasrah dan menangis. Aku dengar memang besuk sepupuku akan ada tamu, anaknya akan bertunangan dengan orang Solo. Mungkin maksudnya calon besannya agar menginap di rumah adik, dari pada di hotel. Aku tidak peduli, aku tidak meminjami rumah adik untuknya.
Perlakuan sepupuku ini tidak akan pernah kulupakan. Aku dendam, sampai mati-pun tidak akan kumaafkan. Sakit kakiku bercampur aduk dengan sakit hati. Dalam kesakitan yang sendiri ini, aku hanya bisa mengeluh dan bercerita dengan teman jauh. Dari kejauahan dia hanya bisa khawatir. Dan, membalas chat, “Sabar ya, apa perlu tak kirim obat via grab?”. “ga usah, semoga tidak apa-apa”, jawabku singkat.
Sepertinya hari ini sangat berat. Lapar, haus, sakit bengkak kaki, dan bercampur sakit hati. Beberapa jam kemudian, menjelang magrib, teman jauh kirim pesan, “sudah aku kirim makanan ringan dan minuman via grab, jika tidak bisa membuka pintu, biar ditaruh diteras saja, nanti silahkan diambil”. Dua puluh menit kemudian, driver grab mengirim pesan bertanya posisi rumahku. Aku balas supaya barangnya ditaruh diteras rumah saja.
Alhamdulillah, aku dikirimi makanan ringan, seperti; mie goreng, snack, roti, susu, dan air mineral. Aku bilang pada teman jauh, “terimakasih kirimannya sudah nyampe, tetapi aku tidak suka susu”. Sedikit lega dan bisa tertawa kecil, kusampaikan kepada teman jauh, “banyak sekali mie goreng, nanti aku bisa kriting tiap hari makan mie, wkwkwk”. Dia, menjawab, “ga papa untuk selingan, daripada mati kelaparan ga pernah makan, hehe”.
#2 cerbung, by Cak Nur