Terus Berjalan, Menebar Kebaikan dalam Kegelapan

teradesa.com. Kehidupan selalu mengikuti prinsip kausalitas. Semua pikiran, ucapan, sikap, dan tindakan seseorang akan kembali padanya. Prinsip kausalitas mengikuti model pantulan cermin. Ketika kita menanam kebaikan, maka akan menuai kebaikan. Sebaliknya, ketika kita menanam keburukan, juga akan menuai keburukan pula. Kebaikan dan keburukan tidak memantul kepada jasad manusia, tetapi kepada jiwa (ruh). Dengan demikian, ada seseorang yang selalu menanam keburukan tetapi kehidupannya terlihat baik-baik saja. Dan, sebaliknya ada orang selalu menanam kebaikan tetapi kehidupannya mengalami kesulitan.

Kehidupan jasad manusia terbatas oleh waktu dan tempat, sementara keberadaan jiwa tidak terbatas oleh keduanya. Pantulan kebaikan dan keburukan selalu kembali, jika tidak pada saat masih bersatunya antara jasad dengan jiwa, maka pasti ia akan memantul pada saat jasad dan jiwa telah berpisah (kematian jasad). Jasad hanyalah asesoris, sementara jiwa adalah eksistensi. Fokus pada pemenuhan asesoris hanya akan menghabiskan waktu, energi, dan, tidak akan mendapatkan apapun, karena akhirnya ia akan tiada. Sementara, jika kita fokus pada pemenuhan eksistensi, maka akan menemui kebahagiaan.

Funniwati Sucipto adalah satu diantara jutaan manusia yang menjadikan spiritualitas agama sebagai energi untuk bergerak menanam karma kebaikan dalam kesunyian. Ia memahami, menghayati, dan menyadari realitas spiritualitas tersebut di atas sebagai karma. Setiap orang memiliki karma, yakni karma baik atau buruk. Karma selalu memantul pada jiwa yang bersangkutan. Karma melihat kita bukan sebagai manusia, tetapi sebagai jiwa, dan tidak pernah gagal menemukan orang dari mana asalnya. Oleh karena itu, selalu mencapainya dan memberinya hasil yang sama beberapa hari, tahun atau kapanpun pada waktu-waktu kemudian.

Titik Balik Hidup

Titik awal perjalanan spiritualitas Funni adalah pada saat ia merasakan matanya hampir buta. Dokter memvonis pembuluh darah mata kanannya pecah. Funni, menceritakan bahwa suatu ketika kedua matanya tertutup total, tidak bisa melihat dan bekerja lagi. Pada saat terpuruk itu, terdapat dua hal yang menyadarkannya. Pertama, teman-temannya menasehati bahwa ini adalah saat karma sudah berbuah, maka memperbanyak kebaikan pada sesama adalah jalan untuk merubah karma. Kedua, dalam kondisi terpuruk itu, kedua orang tuanya selalu membantu pengobatannya. Dia merasa bersalah, mengapa? Ia berfikir, “seharusnya orang yang berambut hitam tidak boleh hidup dalam belas-kasihan orang yang sudah berambut putih, yakni ibu”.

Pada saat kelopak putih matanya disuntik oleh oleh dokter, ia tidak berasa sakit. Justru ia membayangkan pada saat itu bejalan di hutan yang sangat sunyi. Dalam kesunyian di hutan itu, ia dapat mendengar rintihan dan penderitaan orang-orang yang tidak mampu, dan membutuhkan pertolongan. Ia semakin sadar bahwa bergerak (karma) dalam kesunyian adalah takdir yang harus dijalankan. Pemaknaan karma Funni ini, memberikan pembelajaran bagi kita semua bahwa bisikan jiwa dalam kesunyian adalah kebenaran, dan selalu menghantarkannya untuk berbuat baik.

Pengobatan, kemo, dan suntik secara rutin di dalam negeri belum berbuah hasil yang baik. Mata kanan Funni semakin memburuk, mengalami perdarahan berkali-kali. Jalan satu-satunya harus dioperasi. Ia berusaha berobat ke bangkok, dan terakhir di Singapura. Dokter menyarankan segera dioperasi, kalau tidak akan terjadi komplikasi yang lebih parah. Resikonya, selain terus mengalami perdarahan, juga mengakibatkan retina matanya lepas (saat itu sudah seperempat yang lepas). Dokter meyakinkan bahwa 95% operasi akan berhasil. Sebagai karyawan, tentu ia tidak memiliki biaya operasi, karena kebaikan semua teman-temannya diberbagai media sosial, ia mendapatkan bantuan untuk biaya operasi sekitar Rp. 210 juta. Kini mata Funni kembali sehat.

Ia sadar, bahwa ini adalah takdir. Baginya takdir bisa dirubah dengan melakukan suatu kebaikan (karma). Kesadaran spiritualitas ini membuka mata hatinya, dan berdoa kepada Tuhan agar diberi kesempatan untuk berbagi pada sesama. Pada tahun 2015, ia memulai usaha pempek funny. Ia mengambil keuntungan Rp. 1000,-. Rp. 500,- dari keuntungan tersebut ia gunakan untuk membantu oarang-orang yang sedang membutuhkan. Pertama kali, tahun 2015 dari keuntungan berdagang itu ia mengundang anak-anak jalanan, 30 anak untuk berbuka puasa bersama. Ia merasa bahagia, Tuhan telah menjawab doanya, diberi kesempatan untuk berbagi pada sesama.

Semakin lama usaha Funni dikenal oleh masyarakat. Banyak yang menjadi relawan dan berdonasi untuk gerakan berderma Funni ini. Saat artikel ini ditulis, follower IG-nya (pempek_funny) berjumlah 86,6 ribu. Funni berhasil membangkitkan energi positif dari keterpurukannya, ia menjadi inisiator dan menginspirasi banyak orang untuk selalu berbagi pada sesama. Sampai saat ini, gerakannya berhasil menyalurkan milliaran rupiah kepada orang-orang yang sakit. Ia juga telah membeli sebuah ambulan yang peruntukkan bagi para lansia dan orang-orang yang tidak mampu secara gratis. Bahkan, ia juga membangun rumah singgah untuk orang-orang luar kota yang sedang berobat di Jakarta.

Kebaikan yang dilakukan Funni melahirkan sejuta energi positif. Menjelma menjadi gerakan bersama kebaikan di Indonesia untuk semua orang. Kesedihan dan kebahagiaan selalu silih berganti hadir dalam sandiwara kehidupan manusia. Dan, rasa kemanusiaan yang didasarkan pada ketakwaan kepada Tuhan akan melahirkan perilaku baik pada semua orang, yang melintasi batas-batas geografi dan agama. “Bantulah orang-orang dengan hati yang benar, karena hanya karma yang baik yang bisa menolong kamu di saat kamu susah”. Tegas Funni.

Energi positif tidak hanya mengalir menggerakkan rasa kemanusiaan, tetapi juga mampu menggerakkan roda ekonomi di kampung. Usaha Funni mendorong tumbuhnya usaha ekonomi pempek di kampungnya, Lubuk Linggau. Tidak hanya saudara-saudaranya yang berkembang usahanya melalui pasar yang dikembangnya, tetapi juga pengusaha pempek lainnya di kampung. Bahkan, beberapa artis membantu meng-endors pempek_funni. Relawan yang membantu memasarkan pempek_funni dan berderma semakin banyak. Akhirnya, Funni telah berhasil memaknai kesedihan, dan kesulitan sebagai jalan spiritualitas Budhis dalam mengembangkan semangat hidup bagi semua orang. Nur Kholis



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top