Tips Menumbuhkan Karakter Jujur dan Kreatif pada Diri Anak

teradesa.com. Kejujuran dan kreatifitas merupakan karakter utama dalam menopang terwujudnya bangsa yang maju dan berperadaban. Saat ini, ketidakjujuran telah menyebar kesemua komunitas di masyarakat. Oleh karena itu, epidemic ini harus segera dipotong. Ada banyak bentuk ketidakjujuran yang terjadi di masyarakat, diantaranya adalah korupsi, mencuri, plagiat, copy paste (copas), meniru ide, curi start atau bisnis orang lain, dan lain-lain.

Jamak terjadi di masyarakat bahwa jika ada usaha tertentu yang berkembang, maka kebanyakan orang-orang di sekitarnya langsung meniru usaha tersebut. Tidak banyak yang mau memulai usaha lebih dulu. Ini menunjukkan sikap yang tidak baik dan tidak memiliki kreatifitas yang tinggi. Akibatnya, ekonomi kreatif di masyarakat belum berkembang secara menggembirakan.

Karakter jujur dan kreatifitas dapat ditanamkan dan dibudayakan dalam kehidupan keseharian anak, baik di sekolah, rumah, dan masyarakat. Sinergi antara ketiga tempat pendidikan tersebut menjadi urgen. Keselarasan ketiga tempat pendidikan itu, dapat mempercepat terwujudkan karakter baik dalam diri anak.

Anak-anak selalu membandingkan antara yang ia dengar, lihat, dan dirasakan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Budaya jujur dan kreatif hendaknya sedini mungkin dilakukan sejak anak-anak. Berikut tips-tips menanamkan budaya jujur dan kreatif anak.


1. Tidak menghukum saat anak jujur


Sering kita tidak sadar, misalnya ketika anak-anak memecahkan piring di rumah saat orang tua tidak berada di rumah. Ketika masuk rumah dan melihat ada piring yang berantakan dan sebagian pecah. Kita tanya, “siapa yang memecahkan piring-piring ini?”. Dengan jujurnya anak mengakui, “saya bu”. Tanpa pikir panjang langsung kita menjewer anak, dan ia menangis.

Menghukum (menjewer) ketika anak jujur dapat berdampak pada usaha untuk tidak jujur dikemudian hari. Harga piring tidak sebanding dengan usaha anak untuk tidak jujur, karena takut menerima hukuman berikutnya. Dan, ini tertulis dalam alam bawah sadarnya, untuk tidak jujur daripada mendapat hukuman lagi.

Sebaiknya orang tua bijak saat seperti ini, misalnya memeluk anak sambil menegaskan, “aku bangga Ananda sudah berani dan mau mengakui, kamu harus bertanggungjawab menata kembali piring-piring yang berantakan itu, dan lain kali hati-hati ya saat mengambil piring supaya tidak pecah lagi”.


2. Menumbuhkan gagasan anak


Kesibukan orang dalam bekerja, kadang melupakan peran dalam mendidik anak. Hidup seperti mesin; bekerja, menyiapkan kebutuhan sekolah anak, menyiapkan makan keluarga. Luangkan sedikit waktu setiap hari untuk berkomunikasi yang berkualitas dengan anak-anak secara hangat. Tumbuhkan gagasan, imaginasi, dan potensi kreatifitas anak.

Merangsang imaginasi anak dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya membiasakan menggambar, bercerita tentang yang dilakukan anak-anak di sekolah, apa yang dilakukan saat anak-anak bermain dengan temannya. Bercerita, selain merangsang daya imaginasi juga dapat memperbanyak penguasaan kosa kata, ia akan memiliki sikap yang baik. Berdialoglah saat anak-anak bercerita, jangan hanya menjadi pendengar pasif.

Tunjukkan respon, penguatan, dan ketertarikan Anda terhadap cerita dan hasil gambar anak-anak. Saat anak-anak sedang bercerita, responlah dengan kalimat yang menguatkan dan merangsang anak untuk terus bercerita atau menggambar. Misalnya ketika anak bercerita, dengarkan baik-baik, dan tunjukkan sikap keingintahuan Anda yang kuat dengan cara bertanya, seraya berusaha mendalami dan mengeksplor cerita anak. Contoh, “lalu bagaimana…? Apa yang akan terjadi…? coba bagaimana nasibnya tokoh dalam ceritamu itu?….

3. Bersahabat dengan anak

Tempatkan diri Anda sebagai sahabat yang baik bagi anak. Menjadi sahabat berbeda dengan menjadi orang tua. Ketika Anda menjadi sahabat anak, maka Anda harus banyak mendengar cerita, keluh kesah, dan kegembiraan anak-anak. Jadilah pendengar yang baik dan menyenangkan bagi anak. Jangan biarkan anak-anak curhat kepada orang lain, apalagi ke lawan jenis. Tempatkan diri menjadi teman curhat yang baik bagi anak, dan membantu menemukan solusi atau dukungan terhadap ide, gagasan kreatif anak.

Jangan memotong cerita anak, atau saat anak sedang menceritakan gagasan tentang sesuatu. Carilah tahu sebanyak mungkin. Memberi masukan, tetapi tidak menggurui. Setiap anak memiliki imaginasi, harapan, dan alur ceritanya. Tumbukan dan kembangkan dengan respon yang baik. Orang tua dapat memerankan diri sebagai mentor, tetapi tidak terkesan mendekte.

4. Hangat dalam Bersikap

Memberi kecupan dan mengucapkan salam saat anak pamit ke sekolah dan/atau bermain adalah attachment yang penting. Attachment dapat berbentuk bersalaman yang hangat, memeluk, dan mengecup kening anak. Lantunkan doa-doa yang baik dan keselamatan dalam hati disaat memberikan attachment tersebut. Jangan menjawab salam anak sambil mengerjakan sesuatu. Tujuannya adalah agar ada ikatan batin dan “persahabatan” yang selalu hangat antara orang tua dengan anak.

Luangkan sesering waktu, baik langsung maupun melalui medsos untuk menyapa dan sekedar say hallo terhadap anak, dimanapun dan kapanpun. Kegiatan ini akan membantu menumbuhkan perasaan nyaman dan tenang dalam kegiatan masing-masing; anak dan orang tua. Ketenangan dapat membantu menumbuhkan daya kreatifitas anak, karena ia merasa bebas berkespresi. #Nur Kholis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top