teradesa.com. Setiap situasi sulit selalu menghasilkan model ketahanann yang beda-beda bagi semua individu. Itulah yang menyebabkan karakter setiap anak berbeda, perilaku berbeda, dan sikap berbeda. Kuncinya ada pada, ia memiliki ketahanan atau tidak. Bagi yang memiliki ketahanan maka ia akan jadi orang sukses. Sementara, bagi yang tidak memiliki ketahanan maka ia akan jadi pecundang.
Jangan menyalahkan pemerintah, jangan menyalahkan orang tua, jangan menyalahkan lingkungan, dan jangan menyalahkan pihak-pihak lain. Situasi dan dunia eksternal hanyalah merupakan instrumen pembelajaran berharga agar setiap orang memiliki ketahanan untuk menjadi dewasa. Ya resilience itu penting dimiliki.
Setiap orang dianugerahi potensi untuk bertahan (resilience) oleh Tuhan. Resilience adalah kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami berbagai kesulitan. Vaillant (1993) menggambarkan resilience sebagai kondisi kembali bangkit setelah ditekuk. Ya dalam konsep jawa, resilience kira-kira lentur, atau elastis. Orang yang memiliki resilience adalah mereka yang mendapatkan hasil hidup yang baik, misalnya pekerjaan, ekonomi, emosional, dan pergaulan sosial (Rutters, 2001).
Gambarannya seperti ini. Hujan adalah faktor resiko atau situasi yang harus dihadapi. Banyak cara untuk menghindari supaya tidak terkena hujan, misalnya menggunakan payung, memakai mantel, berteduh, atau tetap saja berhujan-hujan yang penting sampai di rumah.
Musim pandemic C-19 yang menyebabkan lumpuhnya semua aspek kehidupan masyarakat adalah fakta, semua orang harus tahu bagaimana agar tetap bisa bertahan, bahkan bangkit, dan menjadi lebih baik. Bahkan kalau mungkin justru pandemic C-19 harus menjadi peluang.
Berikut adalah saran-saran yang dapat dipertimbangkan agar ketahanan diri (resilience) tumbuh, dan menjadi pemenang.
Pertama, kenali potensi diri. Tuhan telah menganugrahkan potensi yang tidak terbatas. Hanya, kadang potensi-potensi tersebut tidak diketahui, tidak difungsikan, dan tidak dioptimalkan. Potensi manusia bersumber dari jasmani dan ruhani. Banyak orang yang sukses karena memaksimalkan potensi kinestetik. Tidak sedikit orang yang berhasil mengatasi semua kesulitan karena kemampuan mengoptimalkan potensi akal, dan mampu mengendalikan diri.
Kedua, memilih lingkungan yang positif. Hidup adalah memilih. Memilih baik atau buruk, memilih jadi orang sukses atau gagal. Keberhasilan hidup diantaranya ditentukan oleh lingkungan sosialnya. Tentu, memilih lingkungan sosial harus relevan dengan tujuan hidup, baik tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Tentukan tujuan Anda, dan pilihlah lingkungan sosial yang positif, dan mampu mensupport tercapainya tujuan tersebut.
Ketiga, trial and error. Semua orang pernah mengalami kegagalan, tetapi banyak diantara mereka yang sukses. Semua orang pernah mengalami kesulitan dalam hidup, tetapi mereka memiliki tujuan. Dan, banyak orang pernah mengalami hidup yang tertatih, dan berada pada titik nol, tetapi mereka tidak mengeluh.
Ada pelajaran berharga dari Vivi Leonita (founder vileo handicraft). Dia harus bertahan menyeleseikan S1 dalam situasi ayahnya strok, ibunya sakit lupus, dan adiknya sakit kanker leukimia. Ini tidak mudah baginya, kuliah dan merawat keluarga serta mencari nafkah. Hebat, semua dapat dilalui, menjadi pemenang lulus tepat waktu dengan IPK 4,00 (greathers pol).
Keempat, bergantung hanya kepada Tuhan. Yakinlah, apapun kesulitan yang dihadapi, itulah cara Tuhan mendidik dan mendewasakan semua hambanya untuk menjadi pemenang. Kelenturan dan ketahanan fisik, ketahan fikiran, dan ketahanan emosional sedang diasah. Tuhan menunjukkan model mendidik yang terbaik dan berbeda untuk setiap hamba-Nya. Nur Kholis