Ultah ke 55, MD KAHMI Blitar: Greendfields Jangan Merusak Lingkungan Desa Kami

teradesa.com. Majelis Daerah Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Blitar, 19 September 2021 menggelar peringatan ultah KAHMI ke 55 di Pandlegan Cafe. Hadir pada acara tersebut, Koordinator Presidium Agus Setyo, Sekretaris Umum Mustofa, Fariz, Fuad Fauzi, dan Nur Kholis (anggota Presidium), pengurus harian, dan anggota-anggota. Seremoni ultah ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Presidium dan diserahkan kepada perwakilan dari Majelis Wilayah KAHMI Jawa Timur.

Terdapat beberapa fakta problem kebangsaan yang disoroti, terutama yang berkaitan dengan pembangunan di Blitar pada sesi refleksi acara tersebut. Diantaranya adalah masalah greenfields (GF), ternak ayam petelur, pabrik gula, dan pemanfaat potensi wilayah utara dan selatan Blitar. Dua masalah yang mendapat apresiasi besar dalam diskusi refleksi ultah tersebut adalah masalah limbah greenfields dan ternak ayam petelur.

Diskusi dimulai dari isu reposisi paradigma KAHMI dalam menyoroti pembangunan di daerah. KAHMI harus melihat setiap pembangunan secara kritis, berpihak kepada masyarakat kecil yang banyak. Dari posisi demikian, maka dalam mendiskusikan dua masalah besar tersebut akan mendapatkan titik temu, dan tidak terjebak pada ritme permainan kapitalis. Ingat, menurut Presiden Soekarno, “kapitalis adalah model imperaialisme terakhir”.

Harus diakui bahwa elit politik di Daerah terbelah menjadi dua dalam mensikapi masalah GF. Dan, anehnya masyarakat, juga lembaga sosial dan ormas keagamaan turut dalam dua arus yang dipermainkan GF. Sudah jamak dipahami bahwa prinsip kapitalis adalah mengambil untung sebanyak-banyaknya. Tidak peduli dengan lingkungan. Dan, jika ada masalah dengan masyarakat mereka lebih menyukai permainan adudomba.

Forum menyoroti bahwa sebetulnya bagi GF membangun insfrastruktur pengolahan limbah itu sangat kecil, jika dilihat dari profitnya. Keuntungan GF perbulan sekitar 100 milyar. Sementara, limbah yang dihasilkan adalah 353 kubik/perhari. Hanya butuh sekitar 30 milyar untuk membangun dan mengolahnya sehingga tidak mencemari lingkungan.

Pabrik susu GF berada di ketinggian 1100 meter dari dasar laut. Artinya, begitu limbah masuk ke sungai-sungai selalu beririsan dengan sumber-sumber air di Blitar. Air bersih adalah masa depan Blitar. Jika GF tidak mau peduli dengan masalah ini, maka ia dapat dikatakan sebagai perusahaan penjahat lingkungan. Ia lebih memilih membuang limbah ke sungai, ketimbang diolah atau diambil secara gratis oleh masyarakat sekitar untuk pupuk pertanian. Greenfieds jangan kotori desa Kami!!!

Saat ini, gugatan dari masyarakat dan lembaga hukum peduli lingkungan terhadap GF masuk pada tahap mediasi di pengadilan. Begitulah kapitalis, tidak hanya mengadu domba, tetapi juga menurunkan preman untuk memprovokasi dan memfitnah anggota-anggota masyarakat (pihak penggugat) agar mengurungkan gugatannya (bersambung). #Nur Kholis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top