Wujud Bayangan

0
197

teradesa.com. Akhir-akhir ini sebagian masyarakat dikejutkan dengan pengakuan mas Mentri, Nadiem Makarim. “Kami sekarang memiliki 400 manajer produk, insinyur perangkat lunak, ilmuwan data yang bekerja sebagai tim yang melekat untuk kementerian,” kata Nadiem dalam video yang diunggah di Instagram @nadiemmakarim pada Rabu (21/9/2022).

Pak Nadiem menjelaskan bahwa ketua tim organisasi ini setara dengan dirjen yang ada di kementerian. Pak Nadiem juga menjelaskan cara kerja tim ini. Cara kerja tim ini sesuai dengan arahan Kemendikbud-Ristek. Nantinya, tim ini akan bekerja untuk memvalidasi produk-produk kebijakan Kemendikbud-Ristek. “Mereka diposisikan sebagai rekan bertukar pikiran dalam mendesain produk kami,” ungkapnya.

Baiklah, penulis tidak mau terlibat dalam perdebatan itu. Hanya kata, “bayangan”, yang saya kira menarik untuk dijadikan topik dalam mendiskusikan hubungan antara pencipta dan tercipta. “Tuhan adalah cahaya langit dan bumi”. (QS. al-Nur/24: 35). Dunia ciptaan adalah bayangan Tuhan yang tercipta ketika cahaya (nur) Tuhan menerpa arketipe. Yakni, bentuk ideal  dan non-material segala sesuatu. Bayangan bukanlah wujud kenyataan. Eksistensi bayangan  sangat tergantung dari wujud yang riil. Bahkan, bentuk dan warna bayangan tergantung dari jarak dan sinaran-Nya.

Dunia-ciptaan sebagai bayangan Tuhan ini menunjukkan bahwa di satu sisi, duni-ciptaan (alam semesta) dan sumber-ciptaan (Tuhan) itu tak pernah terpisah. Bayangan selalu ada selama ada obyek dan cahaya (Tuhan). Dan, ia selalu terkait dengan-Nya. “Dia selalu bersamamu di manapun kamu berada (QS. al-Ma’idah/5:4). “Dan, sesungguhnya Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang urat leher mereka sendiri” (QS. Qaf/50: 16). Dilain sisi, bayangan bukanlah obyek itu sendiri, keberadaannya sepenuhnya bergantung pada keberadaan sumber-ciptaan.

Ketakterpisahan antara dunia-ciptaan dengan sumber-ciptaan mengambil bentuk emanasi. Keragaman dunia-ciptaan merupakan bentuk ungkapan keagungan-Nya. Kesempurnaan sumber-ciptaan merupakan ketakterbatasan tajalli-Nya dalam setiap ciptaan, fisik maupun non-fisik. Lihat, semua ciptaannya memiliki sifat kesempurnaan, keunikan, dan kebermanfaatan bagi dirinya sendiri dan bagi makhluk-makhluk lainnya. Hubungan antar dunia-ciptaan satu dengan lainnya bersifat simbiosis-mutualis, saling memberi manfaat.

Antara dunia-ciptaan dengan sumber-ciptaan bukanlah satu, tetapi berbeda, transenden. Sumber-ciptaan berbeda dengan dunia-ciptaan. Bayangan tidak memiliki otoritas sebagaimana otoritas yang dimiliki oleh sumber-ciptaan. Otoritas dunia-ciptaan bersifat relatif, sementara otoritas sumber-ciptaan bersifat mutlak. Relatifitas otoritas dunia-ciptaan terbatas oleh ruang dan waktu yang melekat kepada dirinya. Sementara, warna dan keindahannya tergantung tingkat tajallinya sumber-ciptaan terhadap masing-masing dunia-ciptaan.

Keragaman, keindahan, dan kesempurnaan warna dunia-ciptaan bukan eksistensi itu sendiri, tetapi hanyalah pancaran sinar tunggal dari sumber-cipataan. Setiap warna tidak memiliki eksistensi tanpa adanya cahaya, tetapi pada saat yang sama, realitas masing-masing warna tidak kemudian hilang oleh kenyataan bahwa warna-warna itu merupakan unsur-unsur suatu cahaya tunggal. Eksistensi keragaman warna, dalam suatu pelangi ditentukan oleh manifestasi jarak, dan kondisi ruang penerimaan penglihatan kita terhadap sumber cahaya ketunggalan. #Cak Nur.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here